Konten dari Pengguna

Bagaimana Atheis dalam Sastra?

Dina Amalia
Mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 Desember 2024 14:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam "Atheis," konflik antara modernisme dan tradisionalisme bukan hanya latar belakang, tetapi merupakan inti dari perjalanan karakter utama, Hasan. Tradisionalisme, yang diwakili oleh keyakinan agama yang kuat dan norma-norma sosial yang ketat, bertentangan dengan modernisme yang membawa pemikiran rasional, ateisme, dan ideologi Marxis. Ketegangan antara kedua ideologi ini menciptakan dinamika yang kompleks dan menantang bagi Hasan dalam mencari jati diri dan tempatnya di dunia yang sedang berubah.
ADVERTISEMENT
Novel ini menggambarkan benturan antara nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh oleh masyarakat dan pandangan hidup modern yang mulai menyebar. Dalam novel "Atheis" karya Achdiat Karta Mihardja, benturan antara modernisme dan tradisionalisme merupakan tema sentral yang menggaris bawahi perjalanan karakter dan konflik dalam cerita. Berikut adalah analisis teks mengenai bagaimana modernisme dan tradisionalisme saling berinteraksi dan berbenturan dalam novel "Atheis" ini.
Tradisionalisme dalam novel "Atheis" diwakili oleh nilai-nilai dan norma-norma agama serta budaya yang telah ada dalam masyarakat Indonesia pada masa itu yang disiratkan melalui narasi-narasi mencakup:
Tradisionalisme dalam "Atheis"
1. Keyakinan Agama yang Kuat:
ADVERTISEMENT
Kalimat-kalimat ini secara keseluruhan menggambarkan orang tua yang sangat taat beragama, yang kehidupan dan kebahagiaannya berpusat pada praktik dan pengamatan ibadah. Dari kecil, mereka telah menjalani hidup yang diwarnai oleh ibadah dan kesalehan. Kekuatan iman mereka yang tebal dan rasa nikmat yang mereka peroleh dari melihat orang lain bersembahyang menunjukkan betapa mendalam dan pentingnya agama dalam kehidupan mereka. Perbandingan dengan kenikmatan penggemar film menonton film bagus membantu pembaca memahami betapa besar nilai dan kebahagiaan yang mereka temukan dalam kegiatan keagamaan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pada kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa keyakinan pada agama merupakan salah satu bentuk tradisionalisme yang digambarkan dalam novel ini. Hasan sebagai tokoh utama juga digambarkan sebagai seseorang yang taat pada agama. Hal ini dikarenakan saat kecil Hasan sudah menerima didikan agama yakni mengaji dan sembahyang serta diperkuat ketika Hasan ikut menganut ilmu mistik seperti ayah dan ibunya. Norma atau nilai-nilai keyakinan agama yang kuat inilah yang menjadikan sisi tradisionalisme kuat dalam novel ini.
Ilustrasi Konflik yang dirasakan tokoh. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Nilai tradisionalisme juga tidak bisa terlepas dari ritual, ajaran moral, dan hukum yang mengatur kehidupan individu di masyarakat. Dalam novel ini ketaatan pada nilai agama dianggap hal yang penting dan berperan besar. Berdasarkan kutipan di atas identitas Hasan diperkuat sebagai seseorang yang taat akan ajaran moral dan hukum-hukum yang berlaku pada tradisi agama. Maka dari itu pengaruh tradisional masih mempengaruhi tokoh utama.
2. Norma Sosial dan Keluarga:
ADVERTISEMENT
Tentunya tradisionalisme menekankan pentingnya norma sosial seperti penghormatan terhadap orang tua maupun peran gender yang jelas. Berdasarkan kutipan di atas Hasan masih menjalankan norma sosial dimana ia merasa kurang nyaman di saat berada dalam posisi berduaan dengan seorang perempuan yang baru saja dikenal. Didikan keagamaan membuat Hasan teringat bahwa sifat-sifat keindahan dan keduniawian itu tidak dibenarkan. Ketidakpatuhan terhadap norma-norma ini sering kali dianggap sebagai pelanggaran dan dapat menyebabkan konflik.
ADVERTISEMENT
Modernisme dalam "Atheis"
Modernisme diwakili oleh ideologi dan pemikiran yang berkembang dalam konteks perubahan keyakinan dan ketaatan. Dalam novel ini, modernisme meliputi:
1. Pemikiran Rasional dan Skeptisisme:
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini Hasan sebagai tokoh utama beberapa kali terpengaruh oleh ideologi marxisme akibat hasil buah perbincangannya dengan tokoh Rusli. Kutipan 1 menjelaskan bahwa Rusli memeluk ideologi marxisme akibat pergaulan yang ia terima ketika ia hidup di Singapura. Sementara kutipan dua menjelaskan bahwa Hasan kini mulai terpengaruh apa yang Rusli dapatkan di Singapura yaitu ideologi marxisme.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kutipan tersebut juga disuratkan bahwa Hasan yang dulunya suka memberi uang kepada fakir miskin kini tidak merasa segan untuk mengusir orang-orang tersebut karena menurutnya menolong orang miskin itu reaksioner karena dapat memperlambat jatuhnya kapitalisme. Pemikiran berkembang seperti inilah yang mengubah norma-norma tradisional yang ada di dalam diri Hasan. Ini merupakan salah satu bentuk interaksi bagaimana proses tradisionalisme dan modernisme bersaing. Proses ini melibatkan evaluasi kritis terhadap ajaran agama dan penekanan pada pemikiran logis dan empiris.
2. Perubahan Sosial dan Kritis terhadap Kapitalisme:
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa pengaruh ideologi marxisme membuat Hasan tergoyahkan pemikirannya. Dengan narasi-narasi yang dilontarkan oleh Rusli berhasil membuat Hasan yang tadinya fokus pada ketaatan agama kini beralih menjadi seseorang yang kritis terhadap kapitalisme akibat pengaruh ideologi yang ia terima dapat dibuktikan melalui kutipan di atas.
ADVERTISEMENT
3. Kebebasan Individu dan Eksperimen Intelektual:
Ilustrasi kebebasan dalam novel ini. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini modernisasi juga menekankan kebebasan individu untuk menentukan jalannya sendiri dan mengeksplorasi ide-ide yang baru. Berdasarkan kutipan di atas banyak narasi atau kalimat-kalimat yang menyinggung mengenai unsur-unsur apa yang terjadi di dalam manusia, bagaimana unsur-unsur yang dapat menjadikan seseorang menjadi manusia. bagaimana unsur-unsur yang menyusun nyawa. Ide-ide atau pemikiran baru ini merupakan batas-batas luar dari nilai tradisional yang Hasan pelajari ketika kecil. Ini merupakan salah satu bentuk interaksi antara tradisional dan modernisme yang diterima oleh tokoh utama.
Konflik antara Modernisme dan Tradisionalisme
1. Konflik Internal Hasan:
ADVERTISEMENT
2. Ketegangan dengan Keluarga dan Masyarakat:
3. Perubahan Sosial yang Lebih Luas:
Dalam novel "Atheis," pertempuran antara modernisme dan tradisionalisme menggambarkan konflik internal dan sosial yang dialami oleh tokoh-tokoh dan masyarakat. Novel ini memperlihatkan bagaimana ideologi baru dapat mengguncang tatanan yang telah ada dan mempengaruhi pencarian identitas pribadi dan kolektif. Dengan menggambarkan ketegangan ini, Achdiat Karta Mihardja memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana perubahan ideologis dan sosial dapat mempengaruhi kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT