Konten dari Pengguna

Pelantikan dan Pemecatan: Dua Wajah Kekuasaan

Firdaus Arifin
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
20 Februari 2025 14:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdaus Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bidak catur bergerak sesuai arahan pemainnya. Foto: Freepik.
zoom-in-whitePerbesar
Bidak catur bergerak sesuai arahan pemainnya. Foto: Freepik.
ADVERTISEMENT
Jabatan selalu berpindah. Seorang pejabat naik ke panggung, seorang lainnya turun ke belakang layar. Yang satu diberi selamat, yang lain meninggalkan ruangan dengan diam. Ini bukan hanya soal nama dan posisi, tetapi soal bagaimana kekuasaan bekerja—bagaimana ia memberi, mengambil, lalu memberi lagi.
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto baru saja merombak kabinetnya. Baru empat bulan berjalan, satu kursi sudah berganti pemilik. Satryo Soemantri Brodjonegoro dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, digantikan oleh Brian Yuliarto. Pelantikan dan pemecatan, dua peristiwa yang tampak berlawanan, tapi berasal dari mesin yang sama.
Kita selalu melihat pelantikan dengan optimisme dan pemecatan dengan pesimisme. Tapi, apakah keduanya benar-benar berlawanan? Ataukah keduanya hanyalah bagian dari satu siklus yang terus berulang?
Harapan yang Dibangun
Ketika seorang pejabat dilantik, kita menyaksikan seremoni yang sama: Janji, tepuk tangan, dan pidato tentang masa depan. Seolah-olah jabatan ini akan mengubah segalanya.
Brian Yuliarto, seorang akademisi dari Institut Teknologi Bandung, kini masuk ke dalam dunia yang berbeda. Dari laboratorium, ia beralih ke birokrasi; dari sains, ia masuk ke politik. Pelantikannya membawa harapan—untuk pendidikan tinggi, untuk sains dan teknologi, untuk riset yang lebih serius. Tapi apakah pelantikan ini benar-benar tentang visi, atau hanya soal politik yang sedang mencari keseimbangannya?
ADVERTISEMENT
Di dalam politik, pelantikan adalah cara kekuasaan menyesuaikan dirinya. Presiden ingin menunjukkan bahwa pemerintahannya bergerak, merespons kritik, memastikan semua tetap berjalan sesuai arah yang diinginkan. Tapi, lebih dari itu, pelantikan adalah pesan: Bahwa jabatan bukan sesuatu yang tetap, bahwa setiap menteri harus ingat bahwa mereka bisa dicopot kapan saja.
Setiap pejabat yang dilantik masuk dengan dua pilihan: Apakah ia akan mengubah sistem, atau ia akan menjadi bagian darinya?
Kekuasaan yang Menjaga Diri
Jika pelantikan adalah produksi harapan, maka pemecatan adalah cara kekuasaan mengatur ulang dirinya sendiri.
Satryo Soemantri Brodjonegoro diberhentikan. Mungkin ia gagal menjalankan tugasnya, mungkin ia tidak cukup cepat beradaptasi dengan kehendak istana. Tapi, dalam politik, pemecatan jarang hanya tentang kinerja. Ia lebih sering tentang keseimbangan—tentang bagaimana seorang pejabat masih bisa cocok dengan irama kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Seorang menteri bisa saja bekerja dengan baik, tetapi jika ia tidak sesuai dengan politik yang sedang berjalan, ia akan disingkirkan. Ini bukan soal benar atau salah, tetapi soal relevansi politik. Kita sering berpikir bahwa pemecatan adalah tanda kegagalan. Tapi sering kali, ia hanya tanda bahwa kekuasaan sedang menata ulang barisannya.
Menteri bukanlah pengambil keputusan tertinggi, mereka hanya perwakilan dari sesuatu yang lebih besar. Dan dalam kekuasaan, yang lebih besar selalu lebih penting dari yang kecil.
Antara Loyalitas dan Kemampuan
Setiap menteri menghadapi dilema: Apakah ia bekerja untuk kepentingan publik atau untuk kepentingan politik yang menunjangnya?
Brian Yuliarto mungkin memiliki ide-ide besar untuk pendidikan tinggi dan riset, tetapi ia juga harus memahami batas-batasnya. Seorang menteri tidak bekerja sendirian. Ada sistem, ada kepentingan, ada tekanan.
ADVERTISEMENT
Dan ini adalah pertanyaan klasik dalam politik: Apakah pejabat dipilih karena kompetensinya, atau karena loyalitasnya?
Di banyak negara, kita melihat bahwa jabatan menteri sering kali lebih tentang keseimbangan politik daripada tentang keahlian. Seorang akademisi bisa menjadi menteri, tetapi itu tidak berarti bahwa sains akan lebih diutamakan. Seorang teknokrat bisa memimpin birokrasi, tetapi itu tidak berarti bahwa birokrasi akan berjalan lebih profesional.
Yang menentukan bukan siapa yang duduk di kursi itu, tetapi bagaimana kekuasaan bekerja di belakangnya.
Dua Wajah, Satu Mekanisme
Kita sering melihat pelantikan sebagai kemenangan dan pemecatan sebagai kekalahan. Tapi, keduanya adalah bagian dari mesin yang sama.
Seorang menteri dilantik bukan hanya karena ia diharapkan membawa perubahan, tetapi juga karena ia dianggap bisa menjalankan arah politik yang telah ditentukan. Seorang menteri dicopot bukan hanya karena ia gagal, tetapi karena ia tidak lagi sesuai dengan kebutuhan politik saat itu.
ADVERTISEMENT
Dalam politik, jabatan bukanlah tujuan, melainkan alat. Menteri bukanlah pemegang kekuasaan sejati, mereka hanya bagian dari sistem yang lebih besar. Mereka bisa diangkat, mereka bisa dicopot.
Dan sistem ini akan terus berjalan, dengan atau tanpa mereka. Apa yang Sebenarnya Berubah?
Setelah semua seremoni selesai, setelah satu pejabat pergi dan yang lain masuk, pertanyaannya tetap sama: Apakah ini benar-benar mengubah sesuatu?
Di banyak negara, perubahan menteri tidak selalu berarti perubahan kebijakan. Yang berganti adalah wajah, tapi sistem tetap sama. Brian Yuliarto mungkin akan membawa gagasan baru, tetapi apakah ia bisa menjalankannya? Ataukah ia hanya akan menjadi bagian dari birokrasi yang sama, dengan ritme yang sama?
Sejarah politik kita penuh dengan pergantian pejabat, tetapi yang benar-benar penting bukanlah siapa yang duduk di sana, melainkan apakah sistem ini benar-benar bekerja untuk rakyat. Karena di luar istana, di luar pidato dan seremoni, yang paling menentukan bukan siapa yang menjadi menteri hari ini, tetapi apakah kebijakan yang dihasilkan benar-benar membawa perubahan.
ADVERTISEMENT
Pelantikan dan pemecatan hanyalah dua wajah dari mekanisme yang sama. Dan dalam politik, wajah-wajah akan terus berganti, tetapi kekuasaan tetap berada di tempatnya.