Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal 3 Teknik Eco Printing dan Bahan yang Digunakan
6 November 2023 15:32 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam pembelajaran tata busana, pewarnaan pada tekstil merupakan hal yang penting. Teknik eco printing sendiri merupakan salah satu teknik pewarnaan pada tekstil.
ADVERTISEMENT
Teknik eco printing memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai pewarna. Teknik ini juga cenderung sederhana dan tidak memerlukan mesin.
Meski teknologi sudah semakin maju seiring zaman, teknik eco printing tetap menjadi pilihan banyak pengrajin. Simak penjelasan selengkapnya mengenai teknik eco printing di bawah ini.
Pengertian Teknik Eco Printing
Sesuai dengan namanya, ecoprint atau eco printing berasal dari bahasa Inggris, yakni eco (ekosistem) yang berarti 'alam' dan print yang berarti 'mencetak'.
Berdasarkan buku yang berjudul Pengelolaan Kain dengan Teknik Ecoprint di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Dr. Noto Pamungkas, M. Si., dkk, (2020:1), ecoprint atau eco printing merupakan teknik cetak yang menggunakan pewarna alami, tekniknya sederhana dan tidak melibatkan mesin atau cairan kimia sama sekali.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, teknik pembuatan batik ecoprint dilakukan dengan menyerap pigmen alami dari tumbuhan sehingga menghasilkan warna dan pola yang eksotis.
Bahan Alami yang Mengandung Pigmen Warna
Daun atau tumbuhan yang sering digunakan untuk ecoprint diantaranya adalah daun jati, daun kelor, daun jarak dan lain sebagainya. Selain itu, berikut beberapa bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna kain.
1. Kunyit
Tak sulit untuk mendapatkan warna dari kunyit. Pigmen warna kuning pada kunyit disebut kurkuminoid. Pigmen tersebut sangat mudah menempel pada permukaan kain.
ADVERTISEMENT
2. Bayam
Jika kamu merebus bayam, biasanya akan keluar warna, bukan? Nah, selain bisa dimakan, bayam juga bisa menghasilkan warna alami untuk kain. Pigmen warna hijau pada klorofil daun bayam dapat memberikan efek warna hijau pada kain.
3. Bawang merah dan bombai
Setelah dikupas, kulit bawang jangan dibuang, karena kulit bawang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Kulit bawang merah dikenal memiliki pigmen warna merah yang berasal dari antosianin.
Kulit bawang bombai memiliki pigmen warna kuning kecokelatan. Warna yang dihasilkan dari kulit bawang akan berkisar antara rentang cokelat muda menuju merah bawang.
4. Alpukat
Selain menjadi makanan yang lezat, alpukat juga mengandung pigmen yang membuatnya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pewarna alami. Hampir semua bagian alpukat dapat dijadikan pewarna alami, lho!
ADVERTISEMENT
Daun alpukat bisa menghasilkan rentang warna cokelat. Sementara biji dan kulit alpukat umumnya menghasilkan warna antara cokelat hingga merah muda.
5. Daun ketapang
Pohon yang umumnya hidup di kawasan pantai ini telah lama dikenal sebagai pewarna alami. Ketapang umumnya digunakan masyarakat pesisir.
Pada dasarnya, daun pohon ketapang memiliki pigmen warna kecokelatan. Namun, jika dicampur dengan larutan tertentu, daun ketapang bisa menghasilkan warna hitam.
6. Indigofera atau tanaman nila
Indigofera telah lama digunakan sebagai pewarna alami oleh masyarakat. Sejarah mencatat, pada abad ke-16, masyarakat India dan beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah membudidayakan indigofera untuk digunakan sebagai pewarna alami.
Daun dari tanaman indigofera dapat menghasilkan biru laut yang cantik. Warna yang dihasilkan umumnya sama seperti warna pada bahan denim.
ADVERTISEMENT
7. Kayu secang
Selain menjadi bahan minuman tradisional populer, kayu secang juga bisa dijadikan pewarna alami. Seduhan kayu secang dapat menghasilkan warna merah gading muda.
Jenis-jenis Teknik Eco Printing
Mengutip dari buku Pembelajaran Seni Rupa dan Keterampilan di SD oleh Erna Zumrotun dkk (2023), terdapat tiga teknik eco printing, yaknik teknik pounding (pukul), steaming (kukus), dan fermentasi daun.
Ketiga teknik di atas memiliki cara, alat, dan bahan yang berbeda sehingga dalam pembuatannya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Teknik Pounding (Pukul)
Teknik pounding merupakan teknik pembuatan motif pada kain yang paling sederhana, karena pembuatannya hanya dengan cara memukulkan palu ke atas daun atau bunga yang sudah ditata pada kain.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pembuatan eco printing menggunakan teknik pounding memerlukan ketelitian dan ketelatenan agar menghasilkan produk yang memiliki corak eksotis.
Untuk menghasilkan eco printing yang maksimal dengan teknik pounding, berikut beberapa langkah yang bisa kamu ikuti.
ADVERTISEMENT
2. Teknik Steaming (Kukus)
Teknik steaming merupakan teknik pembuatan ecoprint dengan cara dikukus. Teknik ini dapat dikatakan menjadi teknik paling rumit dalam pembuatan ecoprint karena memerlukan bahan dan langkah-langkah yang cukup banyak dan panjang.
Untuk menghasilkan produk dengan teknik steaming, kamu perlu mengukus lembaran kain yang sudah ditempeli berbagai ornamen tumbuhan.
Adapn cara untuk membuat kain eco printing dengan teknik steaming adalah sebagai berikut:
Alat dan bahan:
Langkah-langkah pembuatan:
Tahap mordant atau perendaman daun
ADVERTISEMENT
Tahap pewarnaan dan pembentukan motif
Tahap fiksasi
ADVERTISEMENT
3. Teknik Fermentasi Daun
Fermentasi daun merupakan teknik pembuatan ecoprint yang dilakukan dengan merendam daun ke dalam air cuka yang kemudian dipukul seperti teknik pounding.
Berikut langkah-langkah untuk membuat kain ecoprint menggunakan teknik fermentasi daun.
Demikianlah penjelasan mengenai teknik eco printing. Untuk hasil ecoprint yang bagus, disarankan untuk menggunakan kain-kain berbahan serat alami seperti katun, rayon, kain modal, bemberg dan sutra. Baik yang masih mentah (greige) maupun yang sudah diproses finish.
ADVERTISEMENT
(DEL)
Live Update