Konten dari Pengguna

Pengertian Kimia Hijau, Manfaat, dan Penerapannya dalam Kehidupan

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
26 Juli 2022 17:02 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 22 Agustus 2023 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak upaya yang dilakukan oleh para ahli dalam mengurangi polusi lingkungan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan kimia hijau. Pada dasarnya, pengertian kimia hijau adalah bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi.
ADVERTISEMENT
Menurut Dina Mustafa dalam jurnal Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan, kimia hijau atau green chemistry adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia.
Tujuan utama kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman bagi kehidupan. Dengan pendekatan ini, seseorang juga dapat memilih cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesis zat kimia dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.

Pengertian Kimia Hijau

Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
Dikutip dari jurnal Pengaplikasian Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sebagai Pendekatan untuk Pencegahan Pencemaran Akibat Bahan-Bahan Kimia dalam Kegiatan Praktikum di Laboratorium oleh Adhina Choiri Putri, berikut pengertian kimia hijau menurut para ahli.
Menurut Mitarlis, kimia hijau adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminasi penggunaan dan penghasilan zat-zat (substansi) berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Prabawati, kimia hijau adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
Prabawati menambahkan bahwa kimia hijau bertujuan untuk mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.
Adapun menurut Ismail Marzuki dan Sattar dalam buku Aplikasi Mikrosimbion Spons dalam Bioremediasi Lingkungan, kimia hijau adalah suatu filosofi yang senantiasa mendorong untuk mencari cara penerapan teknologi atau metode tertentu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Kimia hijau dimaksudkan untuk membuat berbagai kemudahan dalam kelangsungan kehidupan dengan mengurangi dan mencegah terjadinya potensi pencemaran pada lingkungan maupun pada area sekitarnya, baik yang sifatnya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kimia hijau adalah ide untuk membuat produk atau proses kimia untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan beragam senyawa yang berbahaya bagi kehidupan manusia serta lingkungan.

Manfaat Kimia Hijau

Ilustrasi kimia hijau. Foto: Pixabay
Is Fatimah, Guru Besar Bidang Ilmu Kimia FMIPA UII, berpendapat bahwa kimia hijau dapat berperan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini kehidupan.
Dina Mustafa turut menjelaskan dalam jurnal berjudul Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan, manfaat kimia hijau adalah untuk mengusahakan proses-proses kimia yang lebih ekonomis.
Sebab dengan kimia hijau, biaya produksi dan regulasi akan lebih rendah. Selain itu, adapun beberapa manfaat kimia hijau lainnya, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan atau teknologi kimia hijau, risiko-risiko berbahaya yang ditimbulkan akan jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman bagi pengguna atau pembeli.

Penerapan Kimia Hijau

Ilustrasi penerapan kimia hijau dalam kehidupan. Foto: Pixabay
Penerapan kimia hijau dalam hal penemuan atau inovasi akan membawa kepada proses dan produk yang aman di dalam ekosistem alami, dan mudah terurai, sehingga menjadi zat gizi untuk alam atau dapat didaur ulang. Adapun beberapa di antaranya, yaitu:

Cat Ramah Lingkungan

Senyawa organik di dalam cat atau volatile organic compounds (VOC) biasanya mudah menguap, sehingga dapat bersifat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Meski sejak dulu ada cat yang larut dalam air berbentuk bubuk, kenyataannya barang ini tidak mudah didapat.
ADVERTISEMENT
Dengan kimia hijau, perusahan cat di Inggris akhirnya berhasil membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung VOC, tetapi tetap menarik. Misalnya, cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik.

Plastik Ramah Lingkungan

Sebagaimana diketahui bahwa plastik merupakan bahan kimia yang sulit terurai. Namun kini, sudah ada produk-produk plastik yang berbahan dari tanaman hasil pertanian, sehingga lebih mudah terurai ketika berada di tanah.
Untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum, beberapa produk plastik ramah lingkungan tersebut dibuat dari hasil pertanian, seperti jagung, kentang, dan gula dari buah bit.

Pendekatan Kimia Hijau

Ilustrasi pembuatan produk berbahan kimia yang ramah lingkungan. Foto: Pexels
Secara umum, pendekatan kimia hijau merujuk pada berbagai penemuan dan penerapan sintesis zat-zat kimia dengan menggunakan sumber-sumber terbarukan, kondisi-kondisi reaksi yang ramah lingkungan, meminimalkan energi, serta pemanfaatan zat-zat kimia yang tidak beracun.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Green Technology: Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Berbagai Bidang oleh Zainal Arifin, dkk., (2023: 43), proses kimia yang digunakan diusahakan agar seminimal mungkin dalam menimbulkan polusi dan dampak negatif bagi lingkungan.
Adapun tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling efisien untuk mensintesis zat-zat tersebut, sehingga bisa mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Menurut Dina Mustafa dalam jurnal yang sama, pendekatan kimia hijau juga bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak proses perancangan.
Pencegahan bahaya dari sejak awal proses pembuatan zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan, yang meliputi proses perancangan, produksi, penggunaan, dan pembuangan limbah yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT

Prinsip-Prinsip Kimia Hijau

Ilustrasi membuat obat dengan toksisitas minimal. Foto: Pexels
Berdasarkan buku Green Technology Innovation: Transformasi Teknologi Ramah Lingkungan Berbagai Sektor oleh Hotnida Nainggolan, dkk., (2023: 108-110), ada 12 prinsip kimia hijau yang dapat diterapkan pada berbagai sektor, yaitu:

1. Waste Prevention (Pencegahan Limbah)

Pencegahan limbah dilakukan dengan meminimalisasi produksi limbah serendah mungkin dan mengolah limbah industri menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan.

2. Maximize Atomic Economy (Memaksimalkan Ekonomi Atom)

Ekonomi atom mengacu pada konsep memaksimalkan bahan baku. Misalnya, merancang sintesis pembuatan obat sedemikian rupa, sehingga produk akhir mengandung jumlah maksimum atom dari reaktan. Hal ini dapat mengurangi jumlah atom yang terbuang ke lingkungan.

3. Design Safer Chemicals (Merancang Bahan Kimia yang Lebih Aman)

Merancang bahan kimia yang efektif dan memiliki toksisitas minimal atau tanpa toksisitas bagi manusia dan lingkungan.
ADVERTISEMENT

4. Design Less Hazardous Chemical Syntheses (Merancang Sintesis Kimiawi yang Tidak Berbahaya)

Kegiatan pembuatan zat kimia diusahakan menerapkan metode yang dirancang untuk memanfaatkan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

5. Use Safer Solvents and Reaction Conditions (Gunakan Pelarut yang Lebih Aman dan Menjaga Kondisi Reaksi)

Menggunakan pelarut atau bahan tambahan kimia lainnya yang lebih aman. Penggunaan pelarut yang lebih aman ditujukan agar proses sintesis zat kimia dapat dikurangi secara maksimal.

6. Increase Energy Efficiency (Peningkatan Efisiensi Energi)

Banyak proses pembuatan zat kimia dilakukan dengan memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbarui, seperti minyak bumi. Karenanya, sangat penting untuk meningkatkan efisiensi energi dengan memanfaatkan energi alternatif.
Beberapa energi alternatif yang bisa dimanfaatkan termasuk tenaga surya (termal dan fotovoltaik), tenaga angin, energi panas bumi, tenaga air, dan sel bahan bakar hidrogen.

7. Use Renewable Raw Materials (Gunakan Bahan Baku yang Dapat Diperbarui)

Menggunakan sumber bahan baku yang dapat diperbarui, seperti produk-produk pertanian.
ADVERTISEMENT

8. Avoid Chemical Derivatives (Hindari Turunan Bahan Kimia)

Hindari penggunaan bahan kimia semaksimal mungkin yang bersifat sementara, karena senyawa ini biasanya menggunakan reagen tambahan, sehingga nantinya akan menghasilkan banyak limbah.

9. Use Catalysts (Menggunakan Katalis)

Untuk meminimalisasi limbah, gunakan reaksi katalis. Pemanfaatan katalis dilakukan seselektif mungkin dan menggunakan reagen kimia dengan sifat stokiometrik yang paling baik.

10. Design Chemicals for Degradation (Merancang Bahan Kimia yang Mudah Terdegradasi)

Merancang formulasi bahan-bahan produk yang alami untuk meminimalisasi penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

11. Real-Time Pollution Prevention (Pencegahan Polusi secara Real- Time)

Melakukan kontrol dan pemantauan saat proses pembuatan bahan kimia secara real time untuk mengurangi atau menghilangkan pembentukan produk sampingan yang berbahaya.

12. Minimize the Risk of Accidents (Meminimalkan Risiko Kecelakaan)

Merancang penggunaan bahan-bahan kimia dengan mengenali sifat serta bentuk fisiknya (padat, cair, atau gas) untuk mengurangi potensi kecelakaan kimia, seperti kebakaran, ledakan, dan pencemaran lingkungan.
(NDA & SFR)
ADVERTISEMENT