Perumusan Teks Proklamasi: Kronologi, Arti, dan Peristiwa di Baliknya

Kabar Harian
Menyajikan beragam informasi terbaru, terkini dan mengedukasi.
Konten dari Pengguna
1 April 2022 21:13 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Harian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Soekarno dan Hatta memiliki peranan penting dalam penyusunan teks proklamasi. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Soekarno dan Hatta memiliki peranan penting dalam penyusunan teks proklamasi. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Teks proklamasi menjadi salah satu saksi sejarah peristiwa kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi sendiri dibuat dalam bentuk tulisan tangan dan ketikan.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah milik Drs. Tugiyono dijelaskan, teks proklamasi merupakan buah pikiran dari tiga tokoh nasional, yakni Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo.
Sebagai informasi, Ir Soekarno yang menulisnya menggunakan tangan (disebut dengan teks klad), sedangkan Sayuti Melik yang bertugas mengetiknya (disebut dengan teks otentik).
Selain berisi pernyataan tentang kemerdekaan Indonesia, teks proklamasi sekaligus menandakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah berdiri dan terlepas dari masa penjajahan.
Langsung saja, berikut pembahasan kronologi perumusan teks proklamasi, isi, hingga artinya yang dirangkum dari beberapa sumber.
Negara Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Foto: Unsplash

Kronologi Perumusan Teks Proklamasi

Perumusan teks proklamasi ditulis di rumah Laksamana Tadashi Maeda, yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Pembahasan naskah berlangsung pada 17 Agustus 1945 dini hari.
ADVERTISEMENT
Dalam perumusannya, bacaan teks proklamasi di kalimat pertama merupakan hasil gagasan Achmad Soebardjo. Sementara pada kalimat terakhir, naskah proklamasi disumbang oleh Mohammad Hatta.
Naskah proklamasi ditulis dalam selembar kertas blocknote berwarna putih berukuran panjang 25,8 sentimeter, lebar 21,3 sentimeter, dan tebal 0,5 milimeter.
Terlihat dua coretan di sebelah kanan naskah proklamasi tulisan tangan. Coretan pertama adalah perubahan kata 'pengambilan' menjadi 'pemindahan'. Sementara coretan kedua, kata 'diusahakan' menjadi 'diselenggarakan'.
Naskah tersebut kemudian dibahas bersama beberapa tokoh nasional lain yang berada di rumah Laksamana Maeda. Setelah disetujui, naskah teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.
Namun, di kediaman Laksamana Maeda tidak tersedia mesin ketik. Akhirnya, ajudan Laksamana Maeda, Satsuki Mishima segera pergi ke kantor perwakilan militer Jerman untuk meminjam mesin ketik.
ADVERTISEMENT
Setelah tersedia mesin ketik, Sayuti Melik mulai mengetik naskah proklamasi didampingi oleh BM Diah. Sayuti Melik tidak hanya mengetik teks, tetapi juga melakukan beberapa perubahan dalam konsep proklamasi yang dibuat dengan tulisan tangan Soekarno.
Ilustrasi teks proklamasi tulisan tangan. Foto: Situs Kemdikbud

Isi Teks Proklamasi

Berikut isi teks proklamasi kemerdekaan yang menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia:
Dalam peralihan teks Proklamasi tulisan tangan menjadi teks proklamasi ketikan atau otenik, bersumber dari situs resmi milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, terdapat lima perubahan yang dilakukan antara lain:
ADVERTISEMENT
Setelah naskah selesai diketik, terdapat perdebatan lagi, yaitu perihal siapa yang akan menandatangani atau mengesahkan naskah tersebut. Soekarno mengusulkan, agar naskah ditandatangani anggota PPKI keesokan harinya. Namun, usal ini ditolak tegas oleh para pemuda.
Di sisi lain, golongan muda mengusulkan orang-orang yang hadir di sanalah yang menandatangani. Akhirnya, atas usul Sukarni, disepakati jika naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, tepatnya atas nama bangsa Indonesia.
Ilustrasi teks proklamasi ketikan atau otentik. Foto: Situs Kemdikbud

Arti Teks Proklamasi

Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dideklarasikan oleh Soekarno-Hatta merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia. Dirangkum dalam buku Sejarah SMA Kelas XII karya Drs. Sardiman, A.M, M.Pd, arti teks proklamasi bagi bangsa Indonesia dapat ditinjau dari berbagai aspek, seperti:
ADVERTISEMENT
1. Aspek Hukum
Teks proklamasi merupakan sebuah pernyataan yang berisi keputusan politik tertinggi bangsa Indonesia, untuk menghapuskan hukum kolonial (bangsa penjajah) dan menggantinya dengan hukum nasional (Indonesia), sehingga melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Aspek Historis
Teks proklamasi merupakan titik akhir sejarah penjajahan di Indonesia, sekaligus menjadi titik awal bagi Indonesia sebagai negara yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Sejarah membuktikan, bangsa Indonesia mampu melawan dan mengusir penjajah meski dengan peralatan yang sederhana.
3. Aspek Politis
Ditinjau dari aspek politis, teks proklamasi adalah bentuk pertanyaan bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Setelah proklamasi, bangsa Indonesia memiliki kedudukan yang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di seluruh dunia dan dapat menentukan sikapnya, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
ADVERTISEMENT
4. Aspek Sosiologi
Lahirnya teks proklamasi menjadikan perubahan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Proklamasi memberikan rasa bebas dan merdeka dari belenggu penjajahan.
Jiwa rakyat Indonesia pun berubah menjadi masyarakat yang lebih bebas membangun kembali bangsanya, setelah sekian lama dijajah dan porak poranda akibat peperangan. Hal ini dilakukan dalam rangka mengisi kemerdekaan dengan yang hal-hal yang bermanfaat.
Di balik penyusunan dan pembacaan teks proklamasi, terdapat rentetan peristiwa bersejarah lainnya. Foto: Unsplash

Peristiwa Di Balik Teks Proklamasi

Peristiwa pembacaan naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 tentu tidak terlepas dari kisah di balik penyusunan teks proklamasi tersebut. Mengutip dalam buku Seri Pengenalan Tokoh: Sekitar Proklamasi Kemerdekaan tulisan Riris Sarumpaet, peristiwa tersebut di antaranya:
1. Jepang menyerah pada Sekutu
Kemerdekaan Indonesia bisa terwujud berawal dari jatuhnya bom atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki, sehingga memaksa Jepang menyerah pada Sekutu. Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
ADVERTISEMENT
Peristiwa penting ini diketahui oleh golongan muda Indonesia melalui siaran radio BBC Inggris. Melihat ada kesempatan untuk merdeka, golongan muda kemudian mendesak golongan tua, agar segera menyatakan kemerdekaan.
Belum ada pernyataan resmi dari Jepang, membuat golongan tua menolak usulan dari golongan muda. Mereka memilih menunggu hingga 24 Agustus 1945, yaitu tanggal yang ditetapkan Jepang sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Tidak ingin kemerdekaan Indonesia diberikan oleh Jepang, pada 15 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diasingkan oleh golongan muda.
Sukarni, Wikana, dan Chairul Saleh merupakan tokoh golongan muda yang membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Mereka berharap dengan memisahkan Soekarno dan Hatta dari anggota golongan tua lainnya, Soekarno dan Hatta bisa berubah pikiran dan segera menyatakan kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
2. Sejarah bendera merah putih
Kain untuk bendera merah putih didapatkan Ibu Fatmawati dari seorang perwira Jepang, Chairul Basri. Ibu Fatmawati yang meminta Chairul untuk mengambil kain tersebut di sebuah gudang Jepang yang berada di daerah Pintu Air Jakarta Pusat, di depan bioskop Capitol.
3. Rekaman suara pembacaan teks proklamasi
Rekaman pembacaan teks yang selama ini didengar, sebenarnya tidak diambil secara langsung pada peristiwa proklamasi berlangsung. Pada saat itu, teknologi di Indonesia belum secanggih saat ini, sehingga rekaman suara belum bisa diambil.
Peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya diabadikan dalam bentuk foto. Rekaman suara seseorang yang sedang membaca teks proklamasi yang biasa didengar di beberapa tempat bersejarah, memang suara asli Presiden Soekarno. Namun, suara tersebut bukanlah suara yang diambil pada tahun 1945.
ADVERTISEMENT
Rekaman suara asli Presiden Soekarno yang membacakan teks proklamasi adalah suara yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang saat ini bertempat di Jalan Merdeka Barat 4-5 Jakarta Pusat. Perekaman suara tersebut disarankan oleh Jusuf Ronodipuro, salah satu pendiri RRI.
4. Dokumentasi pembacaan teks proklamasi
Foto Soekarno saat membacakan naskah teks proklamasi ternyata diambil secara diam-diam oleh Mendur bersaudara, yakni Frans Sumarto Mendur dan Alexius Impurung Mendur.
(VIO)