Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
5 Obat Saraf Terjepit di Apotek yang Ampuh dan Redakan Gejala
27 Oktober 2022 18:39 WIB
·
waktu baca 7 menitDiperbarui 4 September 2023 18:04 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Obat-obat tersebut terdiri dari obat antiinflamasi nonsteroid, kortikosteroid oral, hingga antidepresan. Kebanyakan obat saraf terjepit bekerja dengan cara mengurangi pembengkakan yang kerap menyertai kondisi saraf kejepit tersebut.
Ingin tahu lebih lengkap apa saja penyebab hingga ragam obat saraf terjepit di apotek? Simak informasinya berikut ini.
Penyebab Saraf Terjepit
Saraf terjepit adalah kondisi yang terjadi ketika ada tekanan atau kompresi pada saraf, sehingga mengganggu fungsi normalnya. Tekanan pada saraf bisa disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Beberapa kondisi medis dan gaya hidup tertentu dapat menyebabkan terjadinya saraf terjepit. Dikutip dari laman Mayo Clinic, adapun beberapa penyebab umum saraf terjepit, yaitu:
1. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah peradangan kronis pada sendi yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada persendian yang mengelilingi saraf, sehingga menyebabkan tekanan pada saraf tersebut.
2. Cedera
Cedera akibat kecelakaan atau aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan herniasi diskus, yaitu suatu kondisi ketika cakram tulang belakang robek sehingga beberapa bagian di dalamnya menonjol keluar. Kondisi ini dapat menyebabkan saraf terjepit pada tulang belakang.
3. Sindrom Terowongan Karpal
Carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal adalah kumpulan gejala, seperti nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan. Kondisi ini terjadi akibat tekanan pada saraf median saat melewati terowongan karpal di pergelangan tangan.
ADVERTISEMENT
4. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan pembengkakan pada bagian jalur saraf. Kondisi ini dapat memberikan tekanan tambahan pada saraf yang berpotensi menyebabkan saraf terjepit.
5. Diabetes
Komplikasi diabetes dapat menyebabkan neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf yang terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi melukai saraf di seluruh tubuh. Kondisi ini ditandai dengan kesemutan, nyeri, atau mati rasa.
Selain sejumlah penyebab di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena saraf terjepit, di antaranya:
ADVERTISEMENT
Obat Saraf Terjepit di Apotek
Menurut laman Mayo Clinic, saraf kejepit dapat terjadi akibat dari sebagian atau seluruh bagian lunak pada tulang belakang yang tertekan ke dalam bagian lunak piringan sendi. Tulang belakang terdiri dari 24 tulang yang disebut dengan vertebrata dan tersusun di atas satu sama lainnya.
Susunan tulang belakang tersebut berfungsi untuk membentuk tabung guna melindungi sumsum tulang belakang dan saraf yang menghubungkan sinyal perintah antara otak otot. Nah, di antara masing-masing tulang terdapat piringan sendi yang berbentuk datar dan bulat.
Piringan tersebut bekerja sebagai bantalan untuk meredam tekanan ketika berjalan atau berlari. Jika bantalan mulai melemah, tulang akan bergeser bahkan pecah.
Akibatnya, bagian lunak pada piringan berpotensi bocor melalui celah di antara tulang. Cairan yang bocor tersebut bisa menimbulkan tekanan dan menyebabkan saraf terjepit.
ADVERTISEMENT
Jika dibiarkan terus-menerus, saraf terjepit berpotensi menyebabkan komplikasi, salah satunya hilangnya kendali di area tubuh yang terkena, bahkan kelumpuhan. Lantas, apa saja obat saraf terjepit di apotek yang dapat dikonsumsi? Berikut informasinya.
1. OAINS
OAINS (Obat Anti Inflamasi Nonsteroid) adalah salah satu obat saraf terjepit yang dapat meredakan gejala dari saraf terjepit. Sebab ketika dikonsumsi, obat ini akan bekerja dengan mengurangi pembengkakan yang kerap menyertai kondisi saraf kejepit.
Namun, perlu diingat, sebelum mengonsumsi jenis obat ini, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mencobanya. OAINS yang dapat dikonsumsi, yakni aspirin, ibuprofen, atau naproxen.
2. Kortikosteroid
Menyadur laman Drugs, kortikosteroid adalah kelompok obat yang mengandung hormon steroid sintesis. Obat ini sering digunakan untuk meredakan peradangan pada beberapa kondisi, seperti alergi, lupus, rheumatoid arthritis, dan pemphigus vulgaris, serta mengobati polip hidung tanpa operasi.
ADVERTISEMENT
Sama dengan OAINS, kortikosteroid juga sebaiknya dikonsumsi usai berkonsultasi dengan dokter. Sebab, kondisi ini bisa menyebabkan beberapa efek samping, mulai dari siklus menstruasi, tukak lambung, kenaikan tekanan darah tinggi.
3. Antidepresan
Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk menangani depresi. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan senyawa kimia alami di dalam otak.
Umumnya, antidepresan ini bekerja untuk mengatasi gangguan mental, mulai dari gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan stress pasca trauma (PTSD), hingga kecemasan.
Namun, obat ini tidak hanya berfungsi untuk depresi saja, tetapi juga bisa bekerja untuk mengatasi saraf terjepit. Antidepresan yang umumnya digunakan untuk saraf kejepit adalah amitriptyline, nortriptyline, doxepin, sampai desipramine.
4. Antikonsulvan
Antikonvulsan adalah obat yang dikembangkan untuk menghambat penyebaran kejang di otak dengan menekan penembakan neuron yang cepat dan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Antikonsulvan ini biasanya diberikan pada pengidap epilepsi. Namun, obat ini juga bisa dikonsumsi untuk mengontrol rasa nyeri akibat kerusakan saraf.
Obat ini memberikan efek untuk menenangkan dari obat antikonsulvan juga membuatnya bisa dipercaya, sebagai obat saraf kejepit untuk meringankan rasa nyeri. Biasanya, obat antikonsulvan, mulai dari gabapentin atau pregabalin.
5. Opioid
Opioid adalah salah satu jenis golongan obat anti nyeri yang dapat berikatan secara spesifik dengan reseptor opioid di dalam tubuh manusia.
Ketika opioid ini masuk dan mulai mengalir di dalam darah, obat yang satu ini akan menempel pada reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lainnya.
Menurut laman Medical News Today, golongan obat yang termasuk ke dalam opioid digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang sedang hingga berat, misalnya untuk mengendalikan rasa sakit yang dialami usai operasi.
ADVERTISEMENT
Apakah Saraf Terjepit Bisa Sembuh Sendiri?
Obat-obat yang disebutkan di atas tidak sepenuhnya dapat menyembuhkan saraf terjepit, sebab kebanyakan obat hanya dapat meredakan gejala. Untuk menyembuhkan kondisi ini, pengidap saraf terjepit perlu menjalani operasi hingga fisioterapi atas rekomendasi dokter.
Operasi ini mungkin akan disarankan untuk mereka yang memiliki gejala cukup serius, mulai dari gejala nyeri hebat, kebas atau kelemahan otot, tidak mampu menahan kencing atau buang air besar, dan kesulitan berdiri atau berjalan.
Secara tidak langsung, operasi ini menjadi jalan terbaik apabila saraf terjepit sudah berat, karena jika sudah berat, obat hingga terapi fisioterapi tidak akan sembuh. Untuk hasil yang lebih maksimal, sebaiknya Anda bisa berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan operasi.
ADVERTISEMENT
Tindakan Medis untuk Mengatasi Saraf Terjepit
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan saja tidak cukup untuk mengatasi saraf terjepit. Menurut laman Cleveland Clinic, ada beberapa tindakan medis yang diperlukan untuk mengatasi saraf terjepit, seperti:
Fisioterapi
Fisioterapi adalah terapi fisik yang bertujuan untuk meredakan gejala saraf terjepit dan meningkatkan kondisi fisik tanpa harus menjalani prosedur pembedahan. Terapi fisik yang dibutuhkan oleh pasien tergantung pada kondisi medis yang mendasarinya.
Umumnya, terapi fisik untuk mengatasi saraf terjepit melibatkan peregangan dan olahraga ringan untuk membantu mengurangi tekanan pada saraf dan meredakan rasa nyeri.
Selain latihan fisik, fisioterapi juga dapat mencakup perawatan tambahan seperti pemijatan, terapi panas atau dingin, dan elektrostimulasi (terapi listrik). Semua perawatan ini bertujuan untuk meredakan nyeri dan mempercepat proses pemulihan.
ADVERTISEMENT
Operasi atau Pembedahan
Operasi merupakan pilihan terakhir yang biasanya direkomendasikan dokter untuk kasus yang parah dan pengobatan nonbedah tidak efektif dalam mengurangi tekanan pada saraf. Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi saraf terjepit meliputi:
Setelah menjalani operasi, proses pemulihan umumnya memerlukan waktu beberapa bulan. Sebagian besar orang bisa kembali beraktivitas normal dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi, tergantung pada jenis operasi yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Artikel ini telah direview oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
(JA & SFR)