Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belajar Menghadapi Kejenuhan di Ibu Kota dari Anime
29 April 2021 11:50 WIB
Tulisan dari Patrick Ivan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melakukan rutinitas dan merasakan hiruk pikuk ibu kota sering kali memengaruhi aspek psikologis manusia. Setiap hari melaksanakan perintah dan tuntutan dari penguasa demi gaji bulanan, serta menaati sistem yang sudah ditetapkan dalam kehidupan sehingga setara dengan budak. Makanya, media telah menyoroti perilaku masyarakat ibu kota sering kali ke arah negatif karena rutinitas kehidupan selalu menghantui hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Secara tidak sadar, ini merupakan permasalahan yang kompleks. Rasa keberanian manusia sudah perlahan menurun sehingga menutup kemungkinan adanya kesempatan. Mudahnya manusia untuk berada dalam zona nyaman sering kali susah untuk melakukan eksplorasi hal-hal yang baru. Alasan yang tepat atas permasalahan ini karena kurangnya minat dalam belajar.
Manusia dan permasalahan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Setiap hari ada saja permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang disebabkan kebosanan manusia dalam menghadapi rutinitas sering kali menghambat dalam kehidupan. Terkadang keputusan manusia menggambarkan perilaku mereka di dalam kehidupan. Jadi, tidak heran apabila kebosanan mudah menghantui hidup mereka.
Secara ilmu komunikasi, kebosanan dapat dinilai dari adanya gaya komunikasi verbal dan aspek nonverbal. Manusia dapat menilai bahwa seseorang itu membosankan dari pemilihan topik pembicaraan dalam berdialog. Ketidaknyamanan manusia dalam berdialog merupakan dampak dari kurangnya pemilihan topik sehingga percakapan terasa dingin. Alangkah baiknya, pemilihan topik dari lingkungan sekitar dalam percakapan.
ADVERTISEMENT
Cara berpakaian manusia merupakan gambaran diri manusia. Pemilihan pakaian sering kali mengutamakan rasa kenyamanan dan nilai estetika. Memilih warna dan jenis pakaian yang sama dari hari ke hari memberikan sebuah kesimpulan, bahwa orang tersebut memiliki selera dalam berpakaian yang membosankan. Ketakutan manusia dalam cara berpakaian didasarkan atas penilaian manusia. Sering kali penilaian manusia berujung penghinaan.
Rumitnya mengekspresikan diri dalam kehidupan ini membangkitkan rasa kejenuhan. Cibiran manusia atas perbedaan sering kali menghambat manusia untuk mengekspresikan diri, sebab kurangnya keberanian dalam menghadapi permasalahan tersebut. Jadinya, manusia mudah dianggap sepele karena kurangnya keberanian. Akibatnya, kejenuhan mulai mendatangi kehidupan manusia.
Kita tidak bisa menghentikan cibiran orang lain atas hidup kita. Terkadang, omongan orang lain dapat memberikan titik tumpu untuk melakukan perubahan. Kebosanan bisa memberikan sebuah sudut pandang baru dalam mengeksplorasi hal lain. Apalagi, pandemi yang menuntut manusia melakukan aktivitas dari rumah, mampu membangkitkan rasa kejenuhan sampai maksimal. Namun, apa boleh buat, kita harus menjaga diri dalam situasi yang mampu menyerang kondisi fisik dan psikis manusia.
ADVERTISEMENT
Membutuhkan mental yang kuat dalam menghadapi rasa kejenuhan karena rasa ini tidak memandang usia. Tidak hanya mental yang kuat, kita membutuhkan lingkungan yang mampu mendukung, agar tidak mengalami kejenuhan. Terkadang waktu yang selalu berjalan maju membuat manusia menjadi jenuh sehingga manusia lebih memilih berjalan mundur. Bahkan, kejenuhan membuat manusia lebih suka menghabiskan waktu menonton anime.
Anime, sebuah animasi berasal dari negeri sakura, memberikan jalan cerita yang mampu menghibur manusia, seperti: Naruto, Attack on Titan, Boku no Hero Academia, Tokyo Ghoul, dan sebagainya. Di mata orang lain, anime merupakan hal yang sepele karena mereka tidak mengerti jalan cerita yang disajikan. Bagi saya, anime memberikan pelajaran kehidupan yang begitu banyak untuk diterapkan. Elemen kejutan yang diberikan anime mampu menarik perhatian penonton dan pembaca komik.
ADVERTISEMENT
Initial D, anime yang menceritakan seorang tukang tahu keliling yang mendalami dunia balapan, berhubungan dengan mobil, memberikan saya begitu banyak pelajaran hidup. Takumi Fujiwara, seorang karakter utama dari anime ini, memiliki latar belakang sebagai tukang tahu di saat siang hari. Namun, ketika malam hari, dia merupakan seorang pembalap liar di gunung Akina. Dengan mengendarai mobil untuk mengantar tahu, dia bisa mengalahkan semua lawannya dan mampu menguasai gunung Akina.
Ketika, dia berada di balik kemudi, saya melihat adanya perbedaan karakter yang mampu menghasilkan jalan cerita yang menarik. dia sering kali mendapatkan cibiran atau diskriminasi karena adanya perbedaan latar belakang. Namun, dia mampu membungkam lawannya dengan kemampuan kemudinya dalam balapan. Sering kali dia mengalami rasa jenuh dalam pekerjaannya karena dia bekerja pada dua tempat yang berbeda, sebagai pelayan pengisian bensin dan tukang antar tahu. Namun, dia mau melakukan pekerjaan tersebut, agar membantu usaha ayahnya sebagai tukang tahu dan menambahkan modal untuk modifikasi mobilnya.
ADVERTISEMENT
Initial D menyajikan kisah balapan yang penuh intrik demi mengalahkan satu sama lain, agar menentukan siapa yang pantas menguasai gunung Akina. Karakter utama anime ini, memiliki jalan keluar yang terkadang mengejutkan sang lawan sehingga dia ditakuti oleh lawannya. Anime ini mengajarkan dalam menghadapi segala tantangan yang ada, pasti ada jalan keluar.
Ketika, Takumi melawan Shingo dalam balapan, seharusnya dia sudah menang telak. Namun, karakter lawan akan melakukan apa saja demi menghentikan dia, yakni: menabrak mobilnya. Awalnya, hal ini membuat dia kesal, namun tidak menghentikan dia untuk mencari cara. Ketika, dia melaju dengan cepat, dia menemukan elemen kejutan dengan berhenti secara mendadak. Tentu saja, lawan pun kaget dan menabrak tembok sehingga mobilnya kehilangan kendali.
ADVERTISEMENT
Ketika, saya menonton anime ini, saya mengamati dari cara berpikir saat menghadapi lawannya. dia memiliki prinsip hidup bahwa, “ketika melakukan sesuatu, harus terselesaikan” atau “bertanggung jawab” prinsip dia sama seperti prinsip yang orang tua saya ajarkan. Banyak sekali orang mudah memiliki rasa jenuh sehingga sukar bertanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu.
Bagi dia, “kalah atau menang” merupakan urusan belakang, asalkan kita bisa bertanggung jawab atas pekerjaannya maupun permasalahannya. Di jalan ceritanya, dia tidak selalu menang dalam menghadapi lawan, namun sekali-sekali dia pernah mengalami kekalahan. Hal tersebut membuat dia terus belajar demi kemampuan berkemudinya.
Karakter utama dalam Initial D juga mengajarkan untuk berani dalam mengambil segala risiko yang ada. Ketika, dia meyakini akan kemenangan, namun lawannya melakukan segala cara untuk menjatuhkannya, dia akan mengambil risiko tersebut sebagai senjata perlawanan. Kekurangan manusia sering kali takut dalam mengambil risiko dari kehidupan. Padahal, untuk berkembang lebih jauh membutuhkan pengambilan risiko, agar kehidupan tidak membosankan.
ADVERTISEMENT
Mengambil risiko akan membuat kita selalu berhati-hati dalam melangkah. Mungkin diperlukan dalam kehidupan untuk mengambil langkah yang langka. Di setiap langkah memiliki nilai kekurangan dan kelebihan, tugas kita hanya melakukan evaluasi atas setiap pemilihan langkah hidup kita, agar membuka titik terang. Bunta, ayahnya dia, berusaha menasihati anaknya agar tidak mengambil langkah yang salah dalam menghadapi lawannya. Namun, dia mendukung anaknya untuk balapan karena mengetahui potensi yang ada di dalam diri anaknya.
Jika, kita memiliki passion dalam menekuni sesuatu, tentu saja tidak akan mengalami kejenuhan. Semuanya akan terasa bahagia jika dilakukan dengan hati. Memang, tidak semuanya bisa dilakukan mengatas dasarkan dengan hati, pasti ada saja muncul rasa kejenuhan. Pada akhirnya, semua ini tentang bagaimana anda bisa menghadapi rasa kejenuhan tersebut.
ADVERTISEMENT