Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Ada Jejak Noni Belanda di Sumur Minyak Tua Indonesia di Balikpapan
26 Juni 2022 10:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbagai literatur mengungkapkan, sumur minyak pertama di Indonesia dibor di kaki Gunung Ciremai, yang kini masuk wilayah Desa Maja Selatan, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Dikenal sebagai sumur Maja 1 atau sumur Tjibodas Tangat 1, sumber minyak tersebut dibor oleh pengusaha Belanda bernama Jan Reerink pada 1871.
Sumur minyak itu masih dikelola tradisional. Dibor dengan tenaga sapi, pengelolaannya tak berlangsung lama karena Reerink kehabisan modal. Ini berbeda dengan sumur minyak di Desa Telaga Said, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang ditemukan ahli tembakau pada perusahaan Deli Tobacco Maatschappij, Aeliko Jans Zijker, di tahun 1880.
Setelah memastikan kandungan minyak yang cukup besar di lokasi tersebut, Zijker mulai melakukan pengeboran minyak secara komersial di Telaga Said, dekat Pangkalan Brandan, pada 17 November 1884. Dari sinilah cikal bakal perusahaan raksasa migas Belanda, Shell atau lengkapnya The Royal Dutch Shell, dimulai.
ADVERTISEMENT
Perintisan pengeboran migas tersebut membuat wilayah Keresidenan Cirebon di Pantai Utara Jawa Barat (Lokasi Sumur Maja 1), serta wilayah Sumatera Timur (Lokasi Telaga Said di Langkat), dikenal sebagai titik awal sejarah industri migas nasional.
Tak berselang lama dari rintisan sumur migas di Maja 1 (1871) dan Telaga Said (1884), pengeboran sumur minyak juga dilakukan di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dipimpin insinyur perminyakan Belanda, Adrian Stoop, pada 1890. Area yang kini masuk wilayah kerja migas Blok Cepu itu pun, dikenal sebagai awal sejarah migas di Indonesia.
Jejak Noni Belanda di Balikpapan
Selain Pangkalan Brandan, Cirebon, dan Blok Cepu di perbatasan Blora, Cepu, dan Bojonegoro, sejarah perminyakan Indonesia juga punya kisah panjang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pengeboran minyak di Balikpapan dimulai pada 10 Februari 1897, yang kini ditetapkan sebagai hari jadi kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Sumur minyak pertama di Balikpapan itu, dinamai sumur Mathilda. Nama tersebut mengacu pada seorang noni (gadis) Belanda, anak Jacobus Hubertus Menten (1833-1920) yang merupakan pemilik firma Samuel & Co. Perusahaan swasta Belanda itulah yang jadi pemegang hak konsesi pengeboran.
Sejak saat itu, aktivitas pengeboran minyak di Kota Balikpapan terus berkembang dan mengundang pendatang dalam jumlah besar. Kegiatan industri tersebut menjadikan Balikpapan sebagai kota besar di Kalimantan, yang ditopang industri migas hingga kini.
Lokasi sumur Mathilda berada di kaki Gunung Komendur, yaitu sisi timur Teluk Balikpapan. Kini, lokasinya ada di ujung jalan kilang minyak Pertamina. Tepatnya di Jalan Yos Sudarso atau berada di wilayah Refinery Unit (RU) V PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Namun, situs pengeboran pertama ini tidak terbuka untuk umum karena tertutup pagar yang dikelola Pertamina dan masuk kawasan objek vital milik negara. Tak jauh dari lokasi bekas sumur minyak berusia 125 tahun itu, kini juga didirikan tugu kilang minyak untuk mengenang sejarah panjang Balikpapan sebagai kota minyak.
Pada Rabu (22/6), Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas ) mengunjungi sumur Mathilda. Rombongan dari Divisi Pengelolaan Rantai Suplai SKK Migas dan perwakilan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Migas, menelusuri dan mengingat kembali sejarah industri hulu migas di Kalimantan Timur.
Kunjungan tersebut merupakan bagian kegiatan Forum Kapasitas Nasional yang digelar SKK Migas dan KKKS.
Data Badan Pengelola Cagar Budaya Kaltim mencatat, setahun setelah pengeboran sumur Mathilda, tepatnya pada tanggal 15 April 1898 Nederlandsch Indisch Indusrie en Handel Maatschappij (NIIHM) menemukan minyak pada kedalaman 180 Meter. Kala itu, produksi tahunan perusahaan minyak Hindia Belanda tersebut, mencapai 32,618 barel minyak mentah yang berasal dari konsesi sumur minyak Louise dan Mathilda.
ADVERTISEMENT
Sejak penemuan minyak pertama inilah, kegiatan pengeboran di Balikpapan terus berlangsung, bahkan mampu menghasilkan minyak dengan kualitas baik dan dalam jumlah besar, Balikpapan disebut-sebut sebagai kota minyak atau oil city.
Tahun 1903 merupakan akhir cerita dari sumur Mathilda 1. Setelah beroperasi selama kurang lebih 6 tahun dengan total kumulatif produksi 68,375 barel, sumur Mathilda pun ditutup. Penutupan sumur Mathilda 1 ini, karena menurunnya cadangan (natural flow) atau berkurangnya aliran minyak yang keluar. Wilayah konsensi Mathilda, saat ini masih beroperasi dan menjadi kawasan Refinerry Unit (RU) V Pertamina Balikpapan.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisa Biaya SKK Migas, Erwin Suryadi, mengatakan sumur Mathilda ini menjadi bukti Balikpapan merupakan daerah yang kaya hasil minyak bumi pada masa lampau.
ADVERTISEMENT
"Banyak fakta dan sejarah yang memperlihatkan kontribusi Industri hulu migas dalam pengembangan sebuah wilayah, termasuk peradaban. Dalam konteks Indonesia, Industri hulu migas terbukti bisa menjadi lokomotif kemajuan suatu daerah dan perekonomian secara nasional," ujar Erwin.
“Industri hulu migas menghasilkan multiplier effect dan mendorong pergerakan ekonomi di setiap wilayah kerja migas. Hal ini tidak hanya terjadi di Balikpapan, tapi juga di seluruh Indonesia,” dia menambahkan.
Selain mengunjungi sumur minyak Mathilda, Tim Forum Kapasitas nasional 2022 juga melakukan napak tilas ke permukiman pekerja migas yang dikenal dengan nama Gunung Dubs. Infrastruktur di lokasi tersebut masih terawat baik, dengan pemandangan ke arah teluk Balikpapan.
Rombongan juga singgah ke Tugu Australia yang memiliki cerita tentang masuknya tentara Jepang pertama kali masuk ke Indonesia melalui Tarakan dan Balikpapan, guna memperoleh sumur minyak.
ADVERTISEMENT
Sejarah panjang industri hulu migas di Balikpapan Kalimantan Timur ini merupakan bukti bahwa kota ini masih memiliki potensi cadangan migas yang cukup tinggi. Menurut Erwin Suryadi, Balikpapan merupakan inspirasi bagaimana kota dibangun dari aktivitas migas. Bahkan hingga kini Kalimantan dan Sulawesi masih menyumbangkan sepertiga minyak dan gas secara nasional.