Bank Dunia: Distribusi Vaksin Terlambat Bikin Pertumbuhan Ekonomi Minus 1 Persen

26 Maret 2021 13:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Dunia menyebut vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk pemulihan ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Namun, vaksinasi saja dinilai tidak bisa mengakhiri pandemi secara cepat.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan Bank Dunia Edisi April 2021 berjudul 'Pemulihan Belum Merata', lembaga internasional yang berbasis di Washington itu menilai, vaksinasi dan reformasi kebijakan yang signifikan dapat mendorong perekonomian dan mencegah kerugian lebih dalam akibat COVID-19.
Namun demikian, distribusi vaksin masih menjadi risiko di sejumlah negara. Keterlambatan vaksin disebut dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi.
“Pada sisi negatif, keterlambatan distribusi vaksin dapat mengakibatkan berlarut-larutnya infeksi dan pembatasan kegiatan masyarakat yang diterapkan, sehingga dapat mengurangi pertumbuhan sekitar 1 persen,” seperti dikutip dari laporan tersebut, Jumat (26/3).
Tak hanya itu, lambatnya penanggulangan global terhadap virus corona juga dapat meningkatkan risiko kemunculan varian-varian baru. Bahkan hal ini bisa lebih menular hingga resisten terhadap jenis vaksin yang ada.
ADVERTISEMENT
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Selain itu, meskipun produksi vaksin dinilai cukup untuk melindungi seluruh orang dewasa di dunia pada akhir tahun 2021, kemanjuran (efikasi) dan distribusi vaksin yang tidak merata menyiratkan bahwa kebanyakan negara masih belum dapat mencapai tingkat imunitas kelompok (herd immunity).
“Beberapa estimasi menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2021, dalam skenario yang paling optimistis, cakupan vaksinasi yang disesuaikan dengan kemanjuran vaksin di negara-negara berpenghasilan tinggi akan mencapai 81 persen dan di negara-negara berkembang hanya 55 persen,” tulis laporan Bank Dunia tersebut.
Adapun di tahun ini, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,4 persen.
China dan Vietnam diprediksi akan memimpin perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik, yang masing-masing akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 8,1 persen dan 6,6 persen di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, mengatakan hanya kedua negara tersebut yang mampu menunjukkan pemulihan ekonomi secara cepat dan grafik perekonomiannya berbentuk huruf V. Selain itu, perekonomian China dan Vietnam juga dinilai akan pulih ke level sebelum adanya pandemi COVID-19.
"Sementara negara lain tidak memperlihatkan pemulihan, baik dari sisi output maupun momentum perekonomian," ujarnya.