Efek Jokowi Rombak Menteri, Rupiah Menguat Rp 15.550 per Dolar AS

19 Agustus 2024 16:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Perombakan menteri yang dilakukan Presiden Jokowi, Senin (19/8) pagi, memberikan sentimen positif ke nilai tukar rupiah. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat Rp 15.550 per dolar AS, naik 143 poin atau 0,91 persen dari posisi akhir pekan lalu di Rp 15.693 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, menguatnya rupiah ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Untuk internal, dia menilai pasar merespons positif atas dilantiknya tiga menteri dan seorang Wakil Menteri oleh Presiden Jokowi dalam reshuffle kabinet di Istana Negara hari ini (19/8).
Mereka adalah Bahlil Lahadalia sebagai menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rosan Roeslani sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM dan Supratman Andi Agtas sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), serta Angga Raka Prabowo sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika.
"Reshuffle kali ini melibatkan Menteri-Menteri yang dekat dengan PDIP dan Megawati seperti Yasona dan Arifin diganti dengan lingkungan terdekat Prabowo dan Jokowi. Diperkirakan akan memanaskan hubungan Jokowi-Megawati yang sudah lama retak," kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Senin (19/8).
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Menkumham Supratman Andi Agtas (ketiga kiri) usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Dari sisi eksternal, Ibrahim menilai salah satu penguatan ini dipengaruhi oleh konflik yang terjadi di Timur Tengah. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada hari Minggu dalam lawatan Timur Tengah lainnya untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, tetapi Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya.
ADVERTISEMENT
Negara yang menjadi penengah yaitu Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir sejauh ini gagal mempersempit perbedaan yang cukup untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi yang berlangsung selama berbulan-bulan, dan kekerasan terus berlanjut di Gaza pada hari Minggu.
Selain itu, penguatan rupiah ini dipengaruhi juga oleh Investor yang bertaruh pada nada dovish yang muncul dalam notulen rapat kebijakan Federal Reserve bulan Juli dan pidato Ketua Jerome Powell.
Notulen, yang akan dirilis pada hari Rabu dan pidato Powell pada hari Jumat kemungkinan akan menjadi pendorong utama volatilitas pergerakan mata uang untuk minggu ini.
Petugas menujukkan pecahan mata uang Dolar di salah satu gerai penukaran mata uang di kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (17/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Volatilitas saat itu diperparah oleh serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan. Khususnya, laporan pekerjaan yang lemah untuk bulan Juli, karena investor khawatir ekonomi terbesar di dunia itu akan mengalami resesi dan bahwa Fed lambat dalam melonggarkan suku bunga," kata Ibrahim.
ADVERTISEMENT
Para pedagang juga telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari Fed pada bulan September, dengan peluang 24,5 persen untuk penurunan sebesar 50 bp. Sementara, kontrak berjangka menunjukkan pelonggaran lebih dari 90 bps pada akhir tahun.