Indef: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen di 2022 Tidak Realistis

17 Agustus 2021 18:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menilai target ekonomi yang dipatok Presiden Jokowi masih sangat tinggi, bila melihat kondisi pandemi COVID-19 saat ini. Eko mengatakan proyeksi itu terlalu optimistis dan tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menargetkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5 sampai 5,5 persen pada tahun 2022. Proyeksi ini menjadi salah satu hal yang disampaikan dalam pidato Nota Keuangan 2022 di DPR RI, Senin (16/8).
"Target ini menurut saya terlalu optimistis dan tidak realistis dengan angka ini. Mudah-mudahan ini tidak meleset, saya sendiri masih memberi catatan masih susah dicapai," ujar Eko dalam diskusi INDEF merespons pidato Nota Keuangan 2022, Selasa (17/8).
Ada sejumlah indikator yang membuatnya meragukan target tersebut. Terutama dari masih tergolongnya Indonesia dalam daftar negara dengan kasus dan angka kematian yang tinggi.
Ini juga sejalan dengan masih belum besarnya persentase vaksinasi bila dibandingkan dengan negara-negara yang sudah mulai recovery ekonominya.
ADVERTISEMENT
Demi mencapai target tersebut, kata Eko, selain penanganan COVID-19 dan vaksinasi, butuh dukungan pemulihan di sektor konsumsi, investasi, serta ekspor secara bersamaan.
"Kalau salah satu meleset, dugaan saya pertumbuhan ekonomi akan meleset di bawah 5 persen," tuturnya.
Indikator kesejahteraan juga menjadi catatan lainnya yang mesti dikebut pemerintah. Menurut Eko, target menekan angka pengangguran di bawah 6 persen serta angka kemiskinan 8,5 persen bakalan cukup sulit.
Pemulihan di sektor perdagangan dan industri menjadi dua faktor utama penentu penyerapan tenaga kerja ini. Termasuk juga membaiknya UMKM yang bisa menjadi bantalan bagi tenaga kerja.
"Kemiskinan saat ini juga masih 10 persen, target 8,5 sampai 9 persen masih terlalu optimistis. Caranya distribusi bansos penting agar daya beli tidak terpuruk, dan bergantung kecepatan pemulihan ekonomi," tutur Eko Listiyanto.
ADVERTISEMENT