Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Co-Founder Wlabku, Johan Budi Sirait menjelaskan, ekspor ampas tebu ini memanfaatkan limbah olahan tebu dari PT PG Rajawali, pabrik gula di Majalengka, Jawa Barat yang dikelola di bawah BUMN PT RNI (Persero). "Sebelumnya kita telah pernah melakukan ekspor dari Kediri Jawa Timur," katanya dalam pernyataan yang diterima kumparan, Rabu (20/10).
Dia menuturkan, selama ini ampas tebu lebih banyak dibakar sebagai sumber energi di pabrik pengolahan tebu. Wlabku sendiri terus melakukan penggembangan produk fermented bagasse ini sebagai energiy fuel pellet, media tanam, atau bahan baku papan serat (fibre board).
ADVERTISEMENT
"Apalagi untuk bisa melakukan ekspor di dalam kondisi pandemi, tentu membutuhkan usaha ekstra, mengingat hal itu tidaklah mudah melakukan dilakukan," ujarnya.
Sementara itu Chief Operating Officer Wlabku, Antonius Sianipar, mengakui ekspor ampas tebu ini bisa dilakukan atas dukungan PT PG Rajawali II di bawah BUMN PT RNI (Persero). Selain itu, juga dukungan dari Gayo Capital sebagai Venture Buildet yang yang mewujudkan jalan dari ide bisnis ke tahap saat ini.
Wlabku merupakan startup di sektor valuable waste maker, menyampaikan apresiasi atas dukungan tersebut. Kegiatan usaha yang dilakukan Wlabku, ujar Antonius, tidak hanya menjawab penciptaan value added product (produk bernilai tambah), namun juga green product dan menuju green industry.
"Saya melihat kolaborasi yang terbangun dari ekosistem industri pengolahan tebu ini perlu diperkuat dengan keberadaan penelitian berkelanjutan bersama perguruan tinggi atau BRIN," ujar Co-Founder dan Managing Partner Wlabku.
ADVERTISEMENT