Kisah Restrukturisasi Garuda: Selamat Secara Terhormat dari Kebangkrutan

21 November 2022 15:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio (Kiri) menyerahkan buku 'Garuda Inside Story' hasil karyanya kepada Direktur Utama/CEO, Irfan Setiaputra. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio (Kiri) menyerahkan buku 'Garuda Inside Story' hasil karyanya kepada Direktur Utama/CEO, Irfan Setiaputra. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
ADVERTISEMENT
Jajaran manajemen, stakeholder, serta para karyawan Garuda Indonesia bisa bernapas lega, setelah BUMN maskapai penerbangan itu lolos dari gugatan PKPU (Penundaan Kewajiban dan Pembayaran Utang). Para kreditur Garuda Indonesia dengan total utang sebesar Rp 120,5 triliun, sepakat untuk menempuh cara restrukturisasi.
ADVERTISEMENT
Kisah restrukturisasi Garuda Indonesia yang disebut terbesar sepanjang sejarah BUMN di Indonesia itu pun, kini telah dibukukan. Buku berjudul 'Garuda Inside Story Kisah di Balik Restrukturisasi Terbesar BUMN Sepanjang Sejarah' itu ditulis oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio.
Penulis buku menyebut, tumpukan utang raksasa yang diperparah oleh dampak pandemi COVID-19, membuat Garuda Indonesia nyaris bangkrut. Buku itu sendiri diluncurkan pada Rabu (16/11).
Direktur Utama dan CEO Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyampaikan sambutan di acara peluncuran buku 'Garuda Inside Story', Rabu (16/11). Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Buku setebal 364 halaman itu memotret rumitnya proses PKPU, hingga terwujudnya kesepakatan perdamaian untuk melakukan restrukturisasi antara para kreditur dengan Garuda Indonesia. Prasetio yang berlatar pendidikan akuntansi dan hukum, melakukan sendiri riset dan wawancara untuk penulisan buku, seiring tugasnya menyelamatkan Garuda Indonesia.
Homologasi yang ditempuh Garuda Indonesia, memberikan hasil yang menggembirakan. Sebanyak 97 persen kreditur menyetujui proposal restrukturisasi utang, dengan hasil melampaui target sebesar 67 persen.
ADVERTISEMENT
Sedemikian rumitnya proses yang harus dilalui, Direktur Utama yang juga CEO Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyebut banyak hal terkait restrukturisasi yang sebelumnya bahkan tidak diketahui. Tapi dia mengakui banyak hikmah dan pelajaran berharga yang didapat dari berbagai kesulitan itu.
"Dengan tiga mindset ini anda membuka diri terhadap ide-ide positif terhadap ilmu-ilmu baru untuk melewati masa-masa susah," lanjutnya dalam perbincangan dengan kumparan.
Dirut Garuda Indonesia (2002-2005), Indra Setiawan dan Direktur Niaga dan Layanan, Ade R. Susardi, menunjukkan buku 'Garuda Inside Story'. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Garuda Indonesia merupakan maskapai terkemuka di kawasan Asia Tenggara. Layanan kelas ekonominya, berulang kali meraih penghargaan karena keramahan awak kabinnya. Tapi pandemi mendera, membuatnya tersungkur dengan belitan utang hingga pernah mencapai Rp 197 triliun.
Sejumlah kasus fraud (penyimpangan) di masa lalu, seperti markup dan suap dalam penyewaan pesawat, memperberat beban keuangan perusahaan. Demi mempertahankan operasi, manajemen sempat melakukan PHK massal, seiring memotong gaji karyawan dan manajemen.
ADVERTISEMENT
"Dapat dikatakan, buku ini adalah buku yang menceritakan Garuda in motion dalam arti sebenarnya,” ujar Prasetio yang berlatar belakang bankir.
Kariernya sebagai bankir selama lebih dari 20 tahun, dimulai di Bank Niaga. Di masa krisis moneter, lulusan FE Unair, Surabaya, dan FH UGM, Yogyakarta itu kemudian bergabung di BPPN. Puncak kariernya sebagai bankir adalah ketika menjadi direktur di Bank Danamon.
Sebelum menjadi direktur di Garuda Indonesia, dia ditunjuk pemerintah menjadi Direktur Keuangan PT (Persero) Merpati Nusantara Airlines (MNA), Direktur Compliance & Risk Management PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia Tbk dan Direktur Utama Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).