Laba Bank Himbara Tumbuh, Ekonom: Menyalurkan Kreditnya Tak Semudah Dibayangkan

27 Februari 2023 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Laba bersih dari empat bank BUMN atau Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di 2022 tumbuh pesat. Salah satu kontribusi terbesar kinerja itu, yakni dari penyaluran kredit yang menurut ekonom dalam realisasinya tak semudah yang dibayangkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Penyaluran kredit bank Himbara tidak semudah yang dibayangkan oleh sebagian masyarakat. Selain wajib menerapkan prinsip prudential banking, mereka juga punya hierarki pengambilan keputusan kredit yang cukup panjang,” kata ekonom senior, Ryan Kiryanto dalam Focus Group Discussion (FGD) 2023 bertema “Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluran Kredit Bank BUMN”, Senin (27/2).
Dalam catatan kumparan, laba bersih bank Himbara di 2022 mencapai Rp 107,09 triliun. Angka itu melesat 51,51 persen dibandingkan dengan laba bersih 2021 yang sebesar Rp 70,68 triliun.
Ryan yang juga Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mengungkapkan, laba bersih itu dicapai antara lain melalui kinerja penyaluran kredit empat bank BUMN yang dilakukan dengan prosedur ketat. Hal tersebut sesuai prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya bank swasta dan lembaga multifinance lain, bank pelat merah juga menerapkan prinsip 5C (character, capacity, capital, condition, dan collateral) dalam melakukan analisis kelayakan kredit.
“Semua kredit yang disalurkan bank Himbara sudah sesuai dengan prosedur yang pruden untuk kegiatan korporasi bisnis maupun konsumer. Karenanya, tidak heran, kredit bank Himbara selama ini telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Dia merinci, bahwa dalam Credit Approval Authority (CAA) berdasarkan Prinsip Analytical Hierarchy Process (AHP), ada beberapa layer pengambilan keputusan pemberian kredit. Mulai dari Komite Kredit, yang terdiri dari beberapa Anggota Direksi dan Kepala Divisi Kredit, Direktur Kredit, Kepada Divisi, Kepala Wilayah, dan Kepala Cabang (Sentra Kredit).
Ekonom senior Ryan Kiryanto. Foto: Istimewa
Dalam hierarki pengambilan keputusan kredit, lanjutnya, harus memenuhi empat prinsip mata (4-Eyes Principles). “Hal ini wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian, independensi, dan objektivitas pengambil keputusan kredit, yang dimaksudkan juga sebagai strategi mengamankan atau menyelamatkan kredit supaya tetap berada dalam kondisi lancar,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pihak bank juga harus melakukan analisis karakter calon debitur. “Untuk itu, analisis karakter (watak) dan rekam jejak (track record) calon debitur menjadi penting untuk dilakukan dengan saksama,” tegasnya.
Selain itu, bank juga melakukan berbagai analisis. Seperti analisis kapasitas dan kapabilitas calon debitur; Analisis kondisi; Analisis Capital atau kecukupan modal; Terakhir analisis kecukupan nilai jaminan.
Dengan proses dan analisis yang panjang tersebut, Ryan Kiryanto menilai, kredit bermasalah di bank Himbara terkelola dengan baik. "NPL (Non-Performing Loan) gross mereka tidak sampai 3 persen, sementara net to NPL, di bawah 1 persen atau tepatnya 0,8 persen."