Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di tengah prospek ekonomi yang suram, masyarakat khususnya investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi. Mereka mengalihkan dananya ke instrumen yang cukup aman, antara lain karena harganya stabil dan tak volatile. Emas menjadi salah satu pilihan.
Hal itulah yang membuat harga logam mulia itu melejit, baik di pasar komoditas global maupun di pasar ritel dalam negeri. Sejak Selasa (28/7) harga emas Antam menembus Rp 1 juta per gram dan terus bertahan hingga hari ini.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan ada faktor lain yang membuat harga emas melejit. Menurutnya kenaikan harga emas ini juga dipicu oleh perang dagang AS-China. “Jadi pindah aset yang aman, itu faktor utama,” katanya.
Sementara itu di pasar spot, harga emas menyentuh rekor tertinggi pada Rabu (29/7) malam WIB yakni USD 1.970,4 per troy ounce. Meski pada Kamis (30/7) terkoreksi 0,46 persen ke posisi USD 1.961 per troy ounce, namun harganya masih bertahan di level tinggi.
ADVERTISEMENT
Bank investasi asal Amerika Serikat (AS), Goldman Sachs, memprediksi harga emas masih akan terus naik hingga bisa tembus USD 2.300 per troy ounce. Dengan proyeksi tersebut, Goldman bahkan menyebut emas sebagai 'mata uang terakhir'.
Goldman melihat terlalu berisiko bagi seseorang memegang dolar AS saat ini sebagai instrumen investasi. Alasannya, ada potensi inflasi besar-besaran di AS dipicu oleh meningkatkan ketegangan geopolitik, ketidakpastian politik dan sosial, dan gelombang kedua pandemi virus corona di negara serikat.
ADVERTISEMENT