Mana Lebih Aman, Pegang Emas atau Dolar saat Ekonomi Suram Akibat Pandemi?

30 Juli 2020 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emas dan uang dolar menjadi pilihan investasi di masa pandemi. Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO & Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Emas dan uang dolar menjadi pilihan investasi di masa pandemi. Foto: FB Anggoro/ANTARA FOTO & Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona membuat prospek ekonomi suram, baik secara global maupun nasional di Indonesia. Sejumlah negara yang masuk kategori ekonomi maju, bahkan sudah mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonominya negatif, pada dua kuartal berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Di tengah prospek ekonomi yang suram, masyarakat khususnya investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi. Mereka mengalihkan dananya ke instrumen yang cukup aman, antara lain karena harganya stabil dan tak volatile. Emas menjadi salah satu pilihan.
Hal itulah yang membuat harga logam mulia itu melejit, baik di pasar komoditas global maupun di pasar ritel dalam negeri. Sejak Selasa (28/7) harga emas Antam menembus Rp 1 juta per gram dan terus bertahan hingga hari ini.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan ada faktor lain yang membuat harga emas melejit. Menurutnya kenaikan harga emas ini juga dipicu oleh perang dagang AS-China. “Jadi pindah aset yang aman, itu faktor utama,” katanya.
Pergerakan harga emas di pasar spot global, catat rekor tertinggi dalam sejarah. Foto: goldprice.org
Sementara itu di pasar spot, harga emas menyentuh rekor tertinggi pada Rabu (29/7) malam WIB yakni USD 1.970,4 per troy ounce. Meski pada Kamis (30/7) terkoreksi 0,46 persen ke posisi USD 1.961 per troy ounce, namun harganya masih bertahan di level tinggi.
ADVERTISEMENT
Bank investasi asal Amerika Serikat (AS), Goldman Sachs, memprediksi harga emas masih akan terus naik hingga bisa tembus USD 2.300 per troy ounce. Dengan proyeksi tersebut, Goldman bahkan menyebut emas sebagai 'mata uang terakhir'.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2020. Foto: tradingview.com
"Dikombinasikan dengan rekor tingkat akumulasi utang oleh pemerintah AS, kekhawatiran nyata terhadap umur dolar AS karena mata uang cadangan (emas) sudah mulai muncul," tulis Goldman dalam sebuah rekomendasi kepada kliennya, seperti dilansir Yahoo Finance, Rabu (29/7).
Goldman melihat terlalu berisiko bagi seseorang memegang dolar AS saat ini sebagai instrumen investasi. Alasannya, ada potensi inflasi besar-besaran di AS dipicu oleh meningkatkan ketegangan geopolitik, ketidakpastian politik dan sosial, dan gelombang kedua pandemi virus corona di negara serikat.
ADVERTISEMENT