Megawati Sebut Kemiskinan China 0 Persen, Bagaimana Faktanya?

29 Juni 2021 21:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) ke-8 yang diselenggarakan Tsinghua University di Beijing, Senin (8/7/2019). Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) ke-8 yang diselenggarakan Tsinghua University di Beijing, Senin (8/7/2019). Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyebut kemiskinan di China sudah mencapai 0 persen. Dia pun membandingkan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan China dengan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Saya bilang tadi RRC, sekarang dia bisa mengatakan lho, 100 tahun Partai Komunis dia declare ke dunia poverty [kemiskinan] 0 persen lho," kata Megawati saat menjadi pembicara kunci dalam acara 'Sarasehan Nasional Indonesia Muda Membaca', Selasa (29/6).
Ketua Umum PDI Perjuangan itu pun merasa heran, negara yang punya penduduk terbanyak di dunia bisa memangkas kemiskinan dengan baik dibandingkan Indonesia.
"Itu pertanyaan saya why dia bisa? Padahal [penduduk] dia 1,5 miliar. Kita cuma 270 juta, seperapatlah. Kenapa kita kayak maju mundur melulu? Apa salahnya?" ujarnya.
Jokowi dan Xi Jinping. Foto: Antara/Bayu Prasetyo
Lantas soal kemiskinan penduduk China yang disebut Megawati 0 persen, seperti apa fakta sebenarnya?
Dari penelusuran kumparan, pernyataan Megawati soal data kemiskinan China 0 persen itu bersumber dari pidato Presiden China Xi Jinping, pada Kamis, 25 Februari 2021. Dalam pidato yang berlangsung selama 1 jam itu, Xi Jinping mengeklaim telah berhasil memenangkan perang melawan kemiskinan pedesaan di China.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kantor berita resmi Pemerintah China, Xinhua, Xi Jinping menyebut telah berhasil mengentaskan 100 juta warganya dari kemiskinan. Hal ini dia sebut sebagai kado awal ulang tahun ke-100 Partai Komunis China yang jatuh pada bulan Juli tahun ini.
“Ini adalah kemuliaan dan kehormatan orang-orang China,” katanya.
Mengutip data Bank Dunia, angka kemiskinan China pada tahun 2000 masih di posisi 49,8 persen. Jumlah itu terus menurun drastis menjadi 0,6 persen di 2019, sebelum pandemi COVID-19 mencuat dari negara ini dan merebak ke berbagai negara di dunia.
Pada 2020, angka kemiskinan China disebut ada di posisi 0 persen. Sementara media Barat menyikapi data ini dengan skeptis. “Klaim Xi Jinping untuk memberantas kemiskinan muncul ketika pandemi COVID-19 akan menjebak 150 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia. Ini menurut Bank Dunia,” tulis The Washington Post menyikapi pidato pemimpin China itu.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana mungkin China telah muncul dari krisis global akibat pandemi yang relatif tanpa cedera?” tulisnya lagi.
Dana sebesar itu disalurkan sebagai bantuan produktif untuk masyarakat miskin, berupa pinjaman tunai hingga hewan ternak. Kepala daerah pun bergegas dari pintu ke pintu rumah warga miskin, untuk menyalurkan bantuan tersebut.
Penduduk kelas menengah China di distrik Liwan Guangzhou, provinsi Guangdong, China. Foto: Cnsphoto via Reuters
Sementara itu BBC menulis, pengentasan kemiskinan khususnya di pedesaan menjadi target ambisius Xi Jinping sejak dia memimpin China pada 2012. Pemerintah China sendiri sejak 2010 menetapkan standar kemiskinan di pedesaan, yakni penduduk yang memiliki penghasilan minimal USD 2,30 per hari. Angka ini bahkan lebih tinggi dari standar Bank Dunia yang mematok USD 1,90 per hari.
Para pemimpin di daerah pun, berlomba-lomba menjalankan program pengentasan kemiskinan pemimpin nasional mereka. Pada 1990 ada lebih dari 750 juta orang di Cina yang hidup di bawah garis kemiskinan atau sekitar dua pertiga dari populasi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2012 saat Xi Jinping memimpin pertama kali, jumlah penduduk miskin sudah menyusut drastis jadi kurang dari 90 juta jiwa. Pada 2019, data yang terakhir dirilis Bank Dunia, menyebutkan angka kemiskinan China sebesar 0,6 persen dari populasi penduduk negara itu.
“Jadi jelas, bahkan pada tahun 2019 China sedang dalam perjalanan untuk mencapai targetnya,” tulis BBC.