Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Perang Dagang Trump Dimulai Besok, China, Jepang, Korsel Atur Siasat
1 April 2025 15:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Donald Trump akan segera mengumumkan kebijakan perang dagang terbaru, Rabu (2/4). Rencana ini direspons tiga negara untuk berembuk menghadapi ancaman Presiden AS yang baru itu.
ADVERTISEMENT
Ketiga negara ini adalah China, Jepang, dan Korea Selatan. Sebuah akun bernama Yuyuan Tantian yang terafiliasi dengan TV di China (China Central Television/CCTV) dalam sebuah postingannya di Weibo membocorkan menteri perdagangan ketiga negara itu bertemu untuk mempercepat pembicaraan tentang kesepakatan perjanjian perdagangan bebas demi mulusnya perdagangan di regional dan global.
Kesepakatan tersebut menjadi penting karena Jepang dan Korea Selatan mengimpor bahan baku semikonduktor dari China. Sementara China sendiri juga tertarik untuk membeli produk chip dari Jepang dan Korea Selatan, ungkap akun tersebut, Yuyuan Tantian, dalam sebuah postingan di Weibo.
Saat ditanya soal rencana kesepakatan itu, Juru Bicara Kementerian Perdagangan Korea Selatan menyatakan laporan tersebut terlalu berlebihan. Ketiga negara bertemu hanya untuk bertukar pikiran soal perdagangan global.
ADVERTISEMENT
"Ketiga negara bertukar pandangan tentang lingkungan perdagangan global, dan seperti yang dapat Anda lihat dalam pernyataan bersama, mereka berbagi pemahaman mereka tentang perlunya melanjutkan kerja sama ekonomi dan perdagangan," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan Korea Selatan dikutip dari Reuters, Selasa (1/4).
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang membantah soal kabar pertemuan negaranya dengan China dan Korea Selatan. Kabar pertemuan ketiga negara ini menjadi ramai karena Jepang dan Korea Selatan selama ini merupakan mitra dagang utama AS.
Perang dagang terus digaungkan Trump sejak dia terpilih menjadi Presiden AS Januari 2025. Bukan cuma China, Kanada, dan Meksiko yang akan kena tarif impor tinggi oleh AS, Trump juga ingin kebijakan ini berlaku ke negara lain, termasuk ke Rusia yang sudah diumumkan akan memberlakukan tarif impor sekunder hingga 50 persen bagi negara yang impor minyak dari sana.
ADVERTISEMENT
IMF Nilai Perang Dagang Tak Akan Picu Resesi
International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan perang tarif Amerika Serikat (AS) yang dijatuhkan Presiden Donald Trump kepada China, Kanada, dan Meksiko, dampaknya takkan memperlambat atau bahkan memicu resesi global.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan kemungkinan akan sedikit menurunkan prospek ekonomi dalam pembaruan Prospek Ekonomi Dunia berikutnya dalam waktu sekitar tiga minggu. Tapi Georgieva tak melihat resesi secara global.
"IMF belum melihat "dampak dramatis" dari tarif yang diterapkan dan mengancam sejauh ini oleh Presiden AS Donald Trump sejak dia kembali ke Gedung Putih," kata Georgieva.
Menurut data, pada bulan Januari IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 menjadi 3,3 persen dari 3,2 persen pada perkiraan sebelumnya di bulan Oktober. Pasalnya, peningkatan setengah poin persentase, prospek AS bertengger di angka 2,7 persen yang menyumbang sebagian besar kenaikan ekonomi global itu.
"Apa yang kita lihat dalam indikator frekuensi tinggi memang menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen, kepercayaan investor agak melemah, dan kita tahu bahwa itu kemudian diterjemahkan menjadi dampak pada prospek pertumbuhan," kata Georgieva.
ADVERTISEMENT
Georgieva mengharapkan pembaruan World Economic Outlook (WEO) yang jatuh tempo pada bulan April ketika IMF mengadakan pertemuan musim seminya di Washington untuk mencerminkan kecilnya koreksi ke bawah terhadap perkiraan tersebut.
Katanya dampak saat ini masih cenderung “sedang”, dalam arti Georgieva memperingatkan banyak negara telah menggunakan ruang fiskal dan moneter selama COVID-19 dan sekarang memiliki tingkat utang yang tinggi, membatasi kemampuan mereka untuk menanggapi guncangan di masa depan.
Setiap perlambatan atau pembalikan dalam proses disinflasi dapat memperlambat penurunan suku bunga dan membuatnya lebih sulit bagi negara-negara untuk membiayai kembali utang mereka.
Perkembangan perdagangan dapat mengurangi pertumbuhan di AS kata Georgieva "sedikit," tetapi prospek keseluruhannya tetap "Ok”.