Perusahaan Migas Raksasa Dunia dan Pertamina Rugi, yang Satu Ini Masih Untung

26 Agustus 2020 8:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pertamina Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pertamina Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
BUMN holding migas PT Pertamina (Persero) mencatatkan kerugian senilai USD 767,92 juta atau setara Rp 11,28 triliun pada tahun berjalan semester I 2020. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih meraup untung USD 659,9 juta.
ADVERTISEMENT
Kondisi industri migas di tahun 2020 ini memang penuh tekanan. Bahkan pada April 2020, harga minyak dunia sempat tercatat minus . Minyak WTI pernah tercatat minus USD 14,08 per barel. Harga minyak Mars US bahkan tenggelam lebih dalam, minus USD 30,03 per barel.
"Itu logis, pada saat tangki sudah pada penuh, permintaan turun, beberapa lapangan minyak ada yang tidak bisa ditutup, sekali ditutup tidak akan hidup lagi, maka memilih berutang pada pembeli, nanti dibayar saat harga naik lagi. Contoh minyak HPPO (minyak kental) yang kalau tidak dipanaskan membeku, maka tidak bisa sumurnya tidak diinjeksi uap dan seluruh peralatan menggunakan pemanas," papar praktisi industri migas Rudi Rubiandini kepada kumparan, Selasa (21/4).
ADVERTISEMENT
Kondisi ini membuat perusahaan migas raksasa dunia juga terpuruk, mencatatkan kerugian besar senasib dengan Pertamina rugi. Dikutip dari Forbes, hingga semester I 2020 perusahaan migas Amerika Serikat, ExxonMobil mencatatkan kerugian USD 1,3 miliar atau setara Rp 19 triliun.
Nasib lebih buruk dialami perusahaan-perusahaan migas Eropa. Yakni BP asal Inggris yang rugi USD 6,7 miliar (Rp 98,1 triliun), Total asal Prancis rugi USD 8,4 miliar (Rp 123 triliun), dan yang terburuk Shell asal Belanda yang rugi USD 18,4 miliar (Rp 270 triliun).
Keterpurukan industri migas juga dipengaruhi rendahnya penjualan produk hilir, seperti BBM dan gas bumi. Pandemi COVID-19 telah membuat kegiatan ekonomi melambat, sehingga kebutuhan energi menurun drastis.
Tangki minyak Saudi Aramco di Abqaiq, Arab Saudi. Foto: REUTERS / Maxim Shemetov

Perusahaan Migas, yang Buntung dan yang Untung

ADVERTISEMENT
Di tengah situasi tersebut, perusahaan migas Arab Saudi yakni Saudi Aramco masih mencatatkan laba USD 6,6 miliar atau setara Rp 96,6 triliun.
Masih menurut Forbes, Saudi Aramco menjadi perusahaan migas yang tetap ekspansif pada kuartal II 2020 yang penuh tekanan saat harga minyak tercatat minus. Pada saat itu, Saudi Aramco justru mengakuisisi 70 persen saham SABIC, perusahaan petrokimia lokal. Petrokimia sendiri merupakan salah satu produk hilir industri migas, yang menjadi bahan baku beragam produk lainnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.