Beban di Kaki Pemain Roma dan Perban di Tangan Di Francesco

28 Agustus 2018 9:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih AS Roma, Eusebio Di Francesco. (Foto: Marco Bertorello.)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih AS Roma, Eusebio Di Francesco. (Foto: Marco Bertorello.)
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik dari Eusebio Di Francesco ketika melangsungkan jumpa pers seusai laga AS Roma versus Atalanta di Stadion Olimpico, Selasa (28/8/2018) dini hari WIB. Allenatore Roma itu datang dengan kondisi tangannya dibalut perban. Perban itu ada sangkut pautnya dengan jalannya pertandingan.
ADVERTISEMENT
Laga ini sendiri berjalan sangat menebangkan bagi pasukan Di Francesco. Belum genap dua menit, I Giallorossi berhasil mencetak dua gol duluan melalui Javier Pastore. Namun, setelah gol itu, Roma malah mengakhiri babak pertama sebagai pecundang. Karena terlalu memberi banyak celah di lini belakang, Atalanta pun bisa tiga kali melancarkan serangan balik cepat yang sukses berujung gol.
Barulah di babak kedua Roma bisa mencetak dua gol yang pada akhirnya bikin skor menjadi 3-3. Karena terbawa emosi, Di Francesco tak sadar telah meninju dinding bangku cadangan berkali-kali hingga tangannya terasa nyeri dan perlu diperban.
“Cara gila itulah yang saya tempuh agar bisa lebih fokus dengan pertandingan. Saya ingin tim ini bermain dengan seimbang dalam 10 menit terakhir. Harus saya akui, laga ini malah terasa seperti laga para amatir,” kata pelatih kelahiran Pescara berusia 48 tahun itu, sebagaimana dilansir dari Football Italia.
ADVERTISEMENT
“Sejujurnya, kami bermain sangat buruk selama babak pertama. Kami terlalu lamban dalam proses transisi ke bertahan atau ke menyerang. Seperti, ada beban di kaki kami.”
Javier Pastore (kiri) berusaha merebut bola dari Berat Djimsiti (kanan). (Foto: SOLARO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Javier Pastore (kiri) berusaha merebut bola dari Berat Djimsiti (kanan). (Foto: SOLARO / AFP)
Dalam kesempatan yang sama, Di Francesco tak luput memberikan kredit kepada Atalanta. Sebab, dengan mengistirahatkan beberapa pemain kunci seperti Papu Gomez, skuat berjuluk La Dea itu berhasil tampil dengan sepak bola menyerang yang berujung dengan banyak gol.
“Kami perlu berikan kredit kepada Atalanta, yang memiliki kualitas fisik lebih bagus daripada kami dan mungkin juga tim-tim lainnya di Serie A. Di babak pertama, mereka seperti mesin dengan bensin terisi penuh, sementara kami terus melakukan kecerobohan di sana dan di sini,” kata sosok yang sempat melatih Empoli itu.
ADVERTISEMENT
“Saya bahkan ingin mengganti tujuh atau delapan pemain saya jeda babak pertama demi mengimbangi Atalanta. Saya juga rasakan kemarahan dalam 10 menit terakhir, karena kami berhenti bermain sebagai tim. Padahal, Atalanta tak menyerah untuk tetap menyerang hingga menit-menit akhir,” pungkasnya.