news-card-video
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Kisah Pieter Huistra: Sebulan Jadi Pelatih Timnas Indonesia, PSSI Dibekukan FIFA

21 Mei 2021 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pieter Huistra. Foto: Mustafa ABUMUNES/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pieter Huistra. Foto: Mustafa ABUMUNES/AFP
ADVERTISEMENT
Kesialan saat melatih Timnas Indonesia ternyata pernah dirasakan Pieter Huistra. Hanya berselisih satu bulan setelah ditunjuk menukangi pasukan 'Garuda', PSSI justru dihukum FIFA terkait intervensi pemerintah. Apes!
ADVERTISEMENT
Saat aktif menjadi pemain, Huistra bukan sosok sembarangan. Beroperasi sebagai gelandang sayap, pesepakbola asal Belanda itu membela beberapa klub cimikEropa, sebut saja FC Groningen, FC Twente, Glasgow Rangers, hingga Lierse. Huistra juga sempat membela Sanfrecce Hiroshima di Liga Jepang.
Huistra juga punya catatan di Timnas Belanda. Beroperasi di sayap kiri, pria kelahiran 18 Januari 1967 itu memiliki 8 caps pada 1988/91. Saat Piala Dunia 1990, Huistra sebenarnya masuk rencana Leo Beenhakker. Akan tetapi, cedera di penghujung musim 1989/1990 membuat dirinya gagal terbang ke Italia.
Setelah pensiun, Huistra langsung menjadi pelatih. Dia memulai karier kepelatihan pada 2000 sebagai asisten pelatih Belanda U-17. Satu tahun berselang, dia pindah ke Asia Timur untuk menjadi asisten pelatih Timnas Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Dari Hong Kong, Huistra kembali ke Groningen untuk bekerja di akademi sebagai salah satu staf pelatih sebelum akhirnya dipercaya memimpin Jong Groningen. Dia berada di sana selama 4 tahun sebelum diangkat menjadi asisten pelatih Vitesse Arnhem pada 1 Juli 2005.
Pieter Huistra. Foto: Mustafa ABUMUNES/AFP
Hasil karya di Vitesse terdengar hingga telinga para petinggi Ajax Amsterdam.Huistra pun ditunjuk menjadi asisten pelatih menggantikan Rob Witschge yang mundur karena sakit. Selanjutnya, dia diangkat sebagai pelatih kepala Jong Ajax yang baru pada 24 April 2009.
Karier kepelatihan Huistra di tim senior terjadi pada musim dingin 2010 ketika Ron Jans mengumumkan akan meninggalkan Groningen pada akhir musim 2009/2010. Saat itu, Huistra diumumkan sebagai pengganti ketika Eredivisie 2010/2011. Di Euroborg Stadium, Huistra menjabat sebagai pelatih kepala selama dua musim penuh.
ADVERTISEMENT
Musim pertama sangat sukses. Dengan sepak bola yang menyerang dan dengan rekor jumlah poin, Huistra membawa timnya mencapai final play-off untuk lolos ke Liga Europa. Akan tetapi, kalah adu penalti.
Sementara, pada musim kedua, Huistra tidak mampu mengulang sukses musim 2010/2011. Groningen ada di posisi 14 sehingga Huistra dipecat pada 10 Mei 2012.
Dipecat Groningen tidak membuat karier Huistra terhenti. Sempat dipercaya menukangi De Graafschap di Eerste Divisie, Huistra akhirnya kembali ke Asia.
Pada 3 Desember 2014, Huistra ditunjuk menjadi Direktur Teknik PSSI. Saat itu, dia berjanji akan membangun buku panduan pembinaan pemain muda Indonesia.
Latihan Timnas Indonesia di Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: PSSI
Ketika rencana demi rencana yang sedang disusun belum bisa direalisasikan, Huistra ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia senior. Dia mengisi tempat kosong yang ditinggalkan Benny Dollo setelah menjalani dua laga persahabatan internasional melawan Kamerun dan Myanmar.
ADVERTISEMENT
Benny Dollo sendiri ditunjuk melatih Indonesia menggantikan Alfred Riedl. Nakhoda asal Austria tersebut dipecat usai Timnas Indonesia gagal total di Piala AFF 2014 dengan terhenti di fase grup.
Pada 7 Mei 2015, PSSI memutuskan Huistra sebagai pelatih interim Timnas Indonesia senior. Tugas Huistra adalah dua pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia Grup F melawan Taiwan pada 11 Juni 2015 dan Irak pada 16 Juni 2015.
"Mengapa PSSI memutuskan interim? Karena situasi sepakbola kita memang belum memungkinkan menunjuk pelatih definitif. Banyak pelatih yang ingin menukangi timnas jadi ragu seusai melihat situasi PSSI saat ini," kata Plt Sekjen PSSI saat itu, Azwan Karim, dikutip dari laman resmi PSSI.
Ketika itu, situasi internal PSSI memang tengah dilanda konflik. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tidak mengakui hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, PSSI hendak menggelar KLB di Surabaya pada 18 April 2015 untuk memilih ketua umum, wakil ketua umum, dan komite eksekutif untuk periode 2015- 2019.
Puncaknya, Menpora Imam Nahrawi menandatangani Surat Keputusan (SK) bernomor 0137 tahun 2015 tentang pembekuan PSSI. Akibat pembekuan itu, PSSI tidak bisa menggelar kompetisi resmi.
Intervensi pemerintah langsung direspons FIFA dengan keras. Setelah dianggap melanggar status FIFA, PSSI mendapatkan hukuman. Larangan mengikuti kompetisi internasional langsung berlaku dan berarti Indonesia tidak bisa melanjutkan kampanye Kualifikasi Piala Dunia 2018 maupun Piala Asia 2019.
Kecuali Timnas U-23 yang masih diperbolehkan ikut SEA Games 2015 di Singapura, semua kegiatan sepakbola dalam kewenangan FIFA, AFC, maupun AFF tidak diizinkan mengikutsertakan Indonesia. Bukan hanya timnas, klub-klub anggota PSSI juga dilarang tampil di kompetisi Asia.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (kiri) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) menghadiri Opening Ceremony Asean School Games 2019 di Holy Stadium, Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Kondisi itu bermakna Huistra tidak bisa melaksanakan tugasnya. Sejak ditunjuk menjadi pelatih interim hingga sanksi FIFA, maka dia hanya bekerja 1 bulan. Jangankan menjalani pertandingan, menggelar latihan saja belum. Huistra juga belum sempat memanggil para pemain timnas senior.
ADVERTISEMENT
"Sayang sekali, TC dan latihan tidak bisa digelar akibat situasi seperti ini (pembekuan FIFA). Saya hanya bisa mengatakan maaf kepada semua pemain," kata Huistra ketika itu.
Meski PSSI dihukum FIFA, Huistra belum meninggalkan Indonesia. Beberapa bulan kemudian, dia menjadi pelatih Persipasi Bandung Raya (PBR) yang ambil bagiandi turnamen Piala Jenderal Sudirman. Pada kompetisi yang dimulai 10 November 2015 itu, PBR tergabung di Grup A bersama Arema Cronus, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Gresik United.
Kendati demikian, tidak adanya kompetisi resmi dan pengakuan FIFA, akhirnya membuat Huistra angkat kaki dari Indonesia. Pada Januari 2016, dia pergi ke Jepang untuk menukangi Iwaki FC. Lalu, pada 31 Maret 2017 menjadi Penasehat Teknik klub Slovakia, AS Trencin. Selanjutnya, pada pertengahan 2017, Huistra membantu Shota Arveladze sebagai asisten pelatih Pakhtakor Tashkent (Uzbekistan).
ADVERTISEMENT
Karier Huistra bersama Pakhtakor mencapai puncak pada awal tahun ini. Dia ditunjuk menjadi pelatih kepala klub pemilik 13 trofi juara Liga Super Uzbekistan tersebut.
"Bangga menjadi pelatih baru @Pakhtakor_fc," tulis Huistra di akun Twitter resmi miliknya, @Pieter_Huistra.
****