Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengingat Masa Lalu, Menatap Masa Depan seperti Wes Brown
14 Agustus 2018 9:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara dengan beberapa media terpilih, salah satunya kumparanBOLA, Wes Brown bercerita tentang dua momen terbaik sepanjang kariernya sebagai pesepak bola. Dalam ceritanya, Brown tampak jelas masih menyimpan rasa cinta terhadap Manchester United .
ADVERTISEMENT
Maklum, klub ini sudah dia bela selama satu dekade lebih. Di sisi lain, Brown merupakan salah sedikit warga lokal yang beruntung bisa merasakan bermain di tim senior United.
Jebolan akademi United itu bercerita bahwa menjuarai Liga Champions di musim 2007/08 sebagai pengalaman luar biasa. Apalagi, ia menciptakan satu assist untuk Cristiano Ronaldo dalam laga final melawan Chelsea yang di waktu normal, berakhir imbang 1-1. Lantas, kemenangan United direbut lewat adu penalti yang berakhir dengan skor 6-5.
Akan tetapi, perasaannya tak lebih hebat dibandingkan saat ia melakoni debut di tim senior ketika The Red Devils menghadapi Leeds United di Premier League musim 1997/98.
Sosok yang sempat merasakan treble winners bersama United di musim 1998/99 itu bahkan mengingat detail-detail kecil ketika ia turun sebagai pemain pengganti. Mulai dari apa yang terjadi sebelum laga, hingga ketika ia menjejakkan kaki ke lapangan.
ADVERTISEMENT
“Saya beri tahu apa yang terjadi dalam laga pertama saya. Waktu itu hari Jumat di tahun 1998, dan Gary Pallister – bek yang membela United pada era 1989-1998 – bilang bahwa saya akan bermain pada laga di hari Sabtu. Setelahnya, saya sudah seperti orang gila saja. Saya tidak bisa tidur pada Jumat malamnya karena terus kepikiran,” kenang Brown dengan penuh antusias.
“Karena itulah, saya jadi merasa lelah dan panik keesokan harinya. Kemudian, saya diberi tahu bahwa saya takkan bermain dalam laga tersebut. Saya sempat bermuram durja. Tapi, secara mengejutkan, saya bermain sebagai pemain pengganti.”
“Ketika saya masuk ke lapangan, kaki saya bergetar hebat; saya betul-betul merinding. Tapi, setelah menyentuh bola sekali, saya merasakan ada semangat yang sulit untuk dideskripsikan. Mungkin karena saya mendengarkan suara suporter United saat itu. Pengalaman tersebut, bagi saya, terasa seperti seorang astronaut pertama kali terbang menggunakan roket,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Karena di laga tersebut Brown tampil apik, maka dia pun mulai dikenal di kalangan suporter United. Memang sempat meredup karena absen dalam jangka waktu lama di musim 1999/2000 akibat cedera. Meski begitu, setelah ia sembuh, Sir Alex Ferguson justru memujinya sebagai bek paling menjanjikan di United pada masanya.
Hal ini kemudian dibuktikan Brown dengan aksi nyata di atas lapangan. Mulai dari musim 2000/01 hingga 2002/03, ia tampil solid sebagai bek tengah. Musim 2002/03 bahkan terasa spesial bagi Brown karena ia berhasil mencetak gol pertamanya untuk United.
Hebatnya lagi, gol tersebut terjadi dalam laga babak grup Liga Champions melawan Juventus di Old Trafford, Februari 2003. Di akhir laga, United berhasil menang 2-1 atas I Bianconeri. Gol pertamanya ini juga menjadi gol kesukaannya, bahkan melebihi ketika mencetak gol ke gawang Liverpool di Old Trafford musim 2007/08.
ADVERTISEMENT
“Untuk gol, yang paling mengesankan adalah gol ke gawang Juventus, karena gol itu merupakan gol pertama saya dan terjadi di ajang Liga Champions. Saya selalu mencetak gol melalui kepala saya, termasuk di laga tersebut. Ya, mau bagaimana lagi? Itulah satu-satunya cara mencetak gol yang saya kuasai,” kata Brown sambil terkekeh.
“Tapi, gol melawan Liverpool juga terasa menyenangkan karena sejarah rivalitas kedua klub selama ini. Saya ingat, tim saya menang saat itu dan kemenangan itu merupakan salah satu hari terbaik dalam karier saya. Tapi, tetap, gol yang terbaik saya adalah gol ke gawang Juventus.”
Sayangnya, Brown tak bisa mengakhiri kariernya di United karena ragam cedera dan persaingan ketat Iini belakang United . Alhasil, ia memulai perjalanan lima musimnya bersama Sunderland pada musim panas 2010. Setelah itu, ia membela Blackburn Rovers selama semusim, sebelum pada akhirnya pergi ke Indian Super League.
ADVERTISEMENT
Di Liga India, Brown bisa dibilang menemukan kecintaan yang telah lama hilang dari dunia sepak bola. Bersama Kerala Blasters, Wes Brown kembali menjadi pujaan. Sayangnya, Liga India tak semudah apa yang dibayangkan Brown pada awalnya. Akibatnya, ia mulai mempertimbangkan untuk gantung sepatu.
“Saya pikir, sepak bola India makin bagus saja seiring waktu. Bahkan, liga mereka masuk ke dalam 100 liga terbaik di dunia. Salah satu penyebabnya, mereka membantu eks pemain Premier League untuk mendapatkan panggung,” kata Brown.
Lantas, apa yang akan dilakukan Brown jika pada akhirnya dia betul-betul pensiun? Entahlah. Sosok yang sudah meraih lisensi UEFA A dari Asosiasi Sepak Bola Irlandia dan pernah melatih tim junior Blackburn di musim 2016/17 itu belum yakin apa langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Tapi, satu hal yang pasti, ia akan memilih pilihan yang menyenangkan untuk dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah terlalu tua sekarang untuk bermain sepak bola. Di sisi lain, saya sudah mengambil lisensi kepelatihan. Saya pernah melakukan sesi latihan bersama tim-tim muda dan saya menyukainya. Meski begitu, untuk sekarang, saya belum bisa menjanjikan apa-apa karena saya belum yakin betul ingin menjadi pelatih atau tidak,” pungkasnya.