Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rahasia-rahasia di Balik Mencuatnya Szczesny di Juventus
7 Februari 2018 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
"Di Polandia, aku adalah pemain fenomenal, yang terbaik di negeri itu. Ketika datang ke Arsenal , aku mendapati ada 90 kiper yang lebih baik dariku. Aku sadar bahwa untuk mencapai level tertentu aku harus bekerja lebih keras dari yang lain," kata Wojciech Szczesny dalam sebuah acara teknologi di Italia, seperti dilansir Football-Italia.
ADVERTISEMENT
Momen yang dibicarakan Szczesny itu sudah lama berlalu. Dalam wawancara yang sama dia mengungkapkan bahwa dia datang ke London pada usia 15 tahun. Dengan demikian, ada selang waktu kurang lebih 12 tahun yang memisahkan Szczesny si remaja fenomenal Polandia dengan Szczesny si calon suksesor Gianluigi Buffon .
Ya, memang perjalanan Szczesny sudah begitu panjang. Datang ke Arsenal di usia semuda itu, pemain kelahiran Warsawa itu pada akhirnya mampu mengalahkan semua rival dan didapuk menjadi penjaga gawang utama The Gunners.
Kala itu, Szczesny memang masih harus bersaing dengan Manuel Almunia untuk menjadi kiper nomor satu Arsenal. Namun, persaingan tersebut berhasil dimenangi Szczesny dengan mudah.
Sayangnya, meski sempat mendeklarasikan kesiapannya untuk membela Arsenal sampai pengujung karier, Szczesny pada akhirnya harus tersingkir dari Emirates Stadium. Kedatangan Petr Cech membuatnya 'diasingkan' ke Roma selama dua musim.
ADVERTISEMENT
Di Roma, sebenarnya Szczesny mampu tampil apik dengan menjadi pilihan utama. Akan tetapi, itu semua tidak cukup untuk meyakinkan I Lupi yang akhirnya justru memilih Alisson Becker. Dari situ, petualangan Szczesny dengan Juventus bermula.
Musim ini, meski hanya berstatus sebagai pelapis Buffon, Szczesny mendapat durian runtuh seiring sempat bermasalahnya betis seniornya itu. Szczesny yang awalnya hanya dimainkan pada laga-laga minor pun mau tak mau naik menjadi kiper utama pada laga-laga yang lebih besar, termasuk Derby d'Italia menghadapi Internazionale .
Hasilnya? Luar biasa. Dari 15 kali bermain di semua ajang, gawang Szczesny hanya kemasukan 6 kali. Catatan clean sheet-nya pun mencapai angka 11. Dengan demikian, wacana untuk menjadikannya sebagai suksesor Buffon pun kian mengemuka saja.
ADVERTISEMENT
Atas performanya yang menawan bersama 'Si Nyonya Tua' ini, Szczesny pun membeberkan rahasia di baliknya. Di sana, ada peran teknologi, sosok Buffon sendiri, sampai kultur yang ada di Juventus.
"Pada saat latihan, kami sangat terbantu dengan pelacak GPS karena dengan begitu para pelatih kebugaran tahu siapa yang bekerja lebih keras dan siapa yang butuh bantuan. Pokoknya, tak ada yang bisa sembunyi," beber Szczesny.
"Saat ini, kami adalah atlet sepenuhnya, tidak seperti zaman dahulu. Paul Gascoigne dulu adalah pesepak bola top, tetapi bukan atlet top. Di era ini, seorang pemain harus benar-benar memiliki fisik yang bagus. Kami harus bermain tiap tiga hari sekali dan berlari sepanjang 12 km. Ya, aku memang tidak harus berlari seperti itu, tetapi tetap saja berat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Szczesny kemudian menjelaskan bagaimana rasanya ketika dia pertama kali datang ke Juventus. Baginya, musim ini adalah musim penentuan dalam kariernya.
"Hari pertamaku di Juventus benar-benar luar biasa. Aku berkata pada diriku bahwa kesempatan seperti ini takkan datang dua kali," tuturnya.
"Aku sudah tahu bahwa Buffon adalah kiper hebat, tetapi sebagai manusia, dia lebih hebat lagi. Dia adalah pemimpin sejati tim ini dan mau berkawan dengan siapa saja. Dia adalah orang yang dicintai semua orang karena dia memang suka membantu semua orang."
"Tak perlu lagilah aku bicara soal kiper seperti apa dia karena semua orang sudah tahu. Bisa bekerja bersamanya adalah pengalaman hidup fantastis yang ingin kuulangi lagi tahun depan," imbuh pria 27 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Di Juventus, Szczesny merasa bahwa perbedaan tanggung jawab yang dibebankan kepada pemain.
"Di sini kami harus menang. Kami punya kewajiban untuk meraih segalanya," kata Szczesny.
"Menang, bagi kami, adalah sesuatu yang normal, jadi ada kewajiban pula bagi kami untuk bekerja ekstra keras. Kupikir inilah yang membuat Juventus begitu digdaya. Enam gelar berturut-turut adalah hal yang luar biasa. Aku ingin membawa kami meraih sepuluh!" serunya.
Well, keinginan Szczesny ini sebenarnya sudah mendapat lampu hijau dari sang pelatih, Massimiliano Allegr i. Jelang laga Coppa Italia melawan Torino, Allegri berkata, "Saya sudah pernah bilang dan di sini, akan saya katakan lagi, Szczesny adalah pewaris takhta Buffon."
Nah, bagaimana Juventini? Sudah siap menyambut Szczesny sebagai pengganti Buffon?
ADVERTISEMENT