Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Beramal di Setiap Tetes Kelezatan Kecap Cap Korma
22 Oktober 2018 20:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu warisan kuliner Indonesia, tak heran jika kecap manis mudah ditemukan di mana saja. Bahkan hampir setiap daerah memiliki kecap manis andalannya masing-masing. Seperti, Kecap Cap Korma yang begitu diandalkan hampir oleh seluruh pedagang sate di Madura dan Jakarta.
Kecap Cap Korma pertama kali dibuat oleh pendirinya yakni Khadijah Aisah pada 1948 di Solo, Jawa Tengah. Saat itu, usaha yang dibangun oleh wanita dengan 7 orang anak tersebut merupakan industri rumahan yang resepnya ia racik sendiri.
"Proses pembuatannya masih sangat sederhana dan diolah di dapur di rumahnya dengan bahan-bahan alami yang hingga kini menjadi komitmen kami untuk selalu memastikan menggunakan bahan alami terbaik," ujar Adhi Nugroho, commercial director PT. Korma Jaya Utama yang ditemui kumparanFOOD beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kecap lokal yang memasuki usia 70 tahun itu, lantas berpindah ke Jakarta pada tahun 1974 yang kemudian memproduksi kecapnya secara masal dan berubah status menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM). Hingga kini setiap harinya Kecap Cap Korma mampu memproduksi hingga 4.800 botol.
Hingga kini kelezatan Kecap Cap Korma bisa bertahan karena memang masih menggunakan bahan-bahan alami mulai dari kedelai hitam, gula aren hingga rempah-rempahnya pun asli bukan essence. Namun, bukan hanya sekadar lezat, setiap Kecap Cap Korma yang kita nikmati ada amal yang terselip di dalamnya. Karena, setiap pelanggan yang beli kecap ini secara tidak langsung sudah beramal atau berinfaq sebesar 2,5 persen.
"Kita memiliki komitmen yang sesuai dengan tagline kami yaitu 'ada amal di balik kelezatan Kecap Cap Korma.' Jadi, secara otomatis pelanggan yang membeli kecap kami sudah beramal 2,5 persen," tambah Adhi.
ADVERTISEMENT
Bentuk infaq yang diberikan, lanjut Adhi, terdiri dari berbagai macam seperti penyediaan mobil ambulance yang diberikan langsung untuk para pelanggan mereka terutama para pedagang sate asal Madura. Saat ini, terdapat 7 unit mobil ambulance yang 5 diantaranya sudah diberikan kepada masyarakat Madura.
Bukan hanya itu, hasil amal yang dikumpulkan juga digunakan untuk membangun pondok pesantren dan sekolah madrasah di Madura serta Jakarta. Kecap Cap Korma juga membangun Yayasan Khadijah Aisah di Jakarta yang sudah dibangun sejak 2003 dengan lokasi tidak jauh dari pabriknya tersebut. Beasiswa juga diberikan kepada anak-anak yang berprestasi termasuk anak-anak dari karyawan pabrik. Saat ini, terdapat sekitar 20-30 karyawan yang diantaranya sudah berusia 60 tahun ke atas dan merupakan seorang janda.
ADVERTISEMENT
"Para karyawan kami kebanyakan sudah lanjut usia bahkan ada yang berusia 83 tahun dengan rata-rata 60 tahunan dan diantara mereka adalah janda. Ada sekitar 5 orang yang juga tidak bisa baca dan tulis. Ini juga bentuk komitmen kami untuk membantu perekonomian mereka," ujar Ana, finance staff PT. Korma Jaya Utama.
Tentunya ini sejalan juga dengan prinsip Kecap Cap Korma yang mengedapkan produk halal dan thayyiban. Di mana artinya, kecap ini ingin memberikan kebaikan mulai dari bahan yang digunakan, cara pembuatan hingga pengolahan managemennya.