Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Profesi sebagai food blogger kerap dianggap sebagai 'ladang' yang sangat menjanjikan. Pasalnya, peran food blogger kini banyak dibutuhkan terutama dalam mempromosikan dan memperkenalkan kuliner maupun produk makanan. Tak heran, banyak yang beralih untuk menjajal peruntungan di dunia food blogging ini.
ADVERTISEMENT
Namun, perjuangan untuk menjadi food blogger tak semudah yang dibayangkan. Hal ini juga dirasakan oleh salah satu food blogger ternama di Indonesia, yakni Hans Danial. Pemilik akun blog bernama eatandtreats ini telah merintis blognya sejak enam tahun lalu, dan berkat konsistensinya, ia mampu mempertahankan eksistensinya hingga kini. Bahkan, Hans kini telah menjadi salah satu food blogger yang kerap diundang dalam acara-acara premium.
Ya, komitmen dalam menjaga kualitas konten dan kedisiplinan menjadi prinsip yang selalu ia terapkan. Kepada kumparanFOOD, Hans mengaku sudah membuat komitmen kepada diri sendiri untuk serius dalam mengelola blognya tersebut.
"Selalu ingetin ke diri sendiri untuk update sesuai perjanjian dengan diri sendiri di awal mulai ngeblog. Kalo tiga kali seminggu ya harus tetep update tiga kali, mau secapek apa pun," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Hans juga selalu menjaga kualitas gambar yang akan ditampilkan di blognya. Terlihat dari tampilan feed Instagram maupun blognya, foto-foto hasil jepretan Hans memang memiliki kualitas yang baik dan sangat menarik.
Telah menekuni fotografi sejak masa kuliah, tak heran bila kemampuan fotografinya patut diacungi jempol. Bahkan, pemilik nama lengkap Stanislaus Hans Danial Subianto ini juga kerap membagikan filter foto yang merupakan hasil kreasinya sendiri kepada para followersnya di Instagram.
Tak hanya semata-mata mencari tempat yang sedang populer saja, Hans juga kerap mengikuti keinginan hatinya saat memilih restoran atau tempat makan yang akan diulas.
"Kalau ada tempat atau makanan yang sedang tren tentunya pengen ikut ngeliput, tapi most of the times, I follow what I want at that moment," ujar Hans.
ADVERTISEMENT
Baginya, profesi food blogger dan food reviewer ini tidak hanya membutuhkan kemampuan menulis dan fotografi saja. Namun, ia juga harus memiliki pengetahuan terhadap kuliner dan makanan. Uniknya, pengetahuan tentang cita rasa makanan tersebut ia pelajari secara otodidak, dengan berdiskusi bersama para blogger dan pelaku kuliner lainnya.
"Dulu aku cuma bisa bilang kalo makanan ini enak atau gak enak, tapi seiring dengan jam terbang yang makin tinggi, sekarang jadi tahu bahan-bahan apa saja yang terasa dalam makanan tersebut," jelasnya sambil tertawa.
Selain itu, Hans juga menerangkan bahwa menjadi food blogger haruslah cerdas saat sedang mengulas makanan. Selain jujur dalam berpendapat, ia juga harus bisa memberikan kritikan yang baik dan tidak menjatuhkan.
ADVERTISEMENT
"Waktu baru dua tahun awal-awal blogging, I was like super super mean kalau mengulas makanan. Tapi sekarang ya, udah lebih grow up, if you want to criticize, be smart,"
Kendati sudah menjalani food blogging selama enam tahun, ternyata Hans masih kerap merasa kekurangan inspirasi saat hendak menulis. Apalagi, dibutuhkan mood tersendiri untuk memulai menulis.
"Sampai sekarang masih sering 'mentok' dan gak ada inspirasi, apalagi nulis kan butuh mood, ya. Tapi inget aja sama janji ke diri sendiri yang di awal tadi, pokoknya harus bisa update seminggu tiga kali aja." pungkasnya.