Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Aktris Dian Sastro merupakan ibu dari dua orang anak. Dari pernikahannya dengan Maulana Indraguna Sutowo, Dian dikaruniai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Anak laki-lakinya adalah Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo (8 tahun) dan seorang anak perempuan Ishana Ariandra Nariratana Sutowo (6 tahun).
Saat pemeran film ‘Ada Apa Dengan Cinta?’ ini menjadi pembicara di acara ‘Special Kids Expo (Spekix) 2019, Jumat (23/8) di JCC Senayan, Jakarta, Dian mengatakan jika anak pertamanya, Shailendra mengidap autisme.
Hal itu disadari Dian saat anaknya masih berusia enam bulan. "Dari tujuh signs (autisme) itu ada ciri dalam anak saya," kata Dian Sastro.
Tujuh ciri tersebut, antara lain anaknya tidak memiliki ketertarikan bersosialisasi atau bermain dengan anak-anak lain. Ketika menginginkan sesuatu, anaknya tidak bisa menunjuk langsung. Melainkan menarik tangan Dian ke hal yang ia inginkan.
ADVERTISEMENT
Sang anak, kata wanita kelahiran Jakarta ini, juga tidak mau menatap mata lebih dari satu atau dua detik, tidak mau meniru ucapan, ekspresi wajah atau gerak-gerik.
Selain itu, anaknya tidak bereaksi ketika namanya dipanggil, tidak mau melihat ke arah benda yang ditunjuk, dan tidak pernah bermain pura-pura atau role play. Hal kecil lainnya, Shailendra juga tidak bisa meniup lilin sampai usianya 2 tahun.
Sempat ada perasaan sedih di diri Dian. Ketika anaknya jarang memiliki kontak mata dengan pemain film ‘Aruna dan Lidahnya’ ini, Dian berpikir jika dia orang yang membosankan. Sehingga sang anak lebih senang menjalani apa yang dia lakukan.
“Terus terang, sebagai orang tua, kita juga merindukan kondisi batin, bonding. Di film tuh, orang tua bisa lihat-lihatan sama anak. Itu enggak bisa terjadi sama anak saya sampai umur 4 tahun,” ujar Dian Sastro dengan mata yang berkaca-kaca.
Namun ia merasa cukup beruntung karena keluarganya menyadari perbedaan yang terjadi pada anaknya. Dan meminta Dian untuk lebih awal melakukan pemeriksaan ke dokter. Akhirnya, Dian dan suami membawa sang anak ke dokter tumbuh kembang anak dan psikolog.
ADVERTISEMENT
"Opini satu dokter doang enggak percaya, masih denial, setelah cek ke tiga dokter, ternyata bener itu anak saya (autisme). Umurnya baru delapan bulan (kala itu)," ujar Dian.
Sejak saat itu, secara bertahap Dian mendampingi anaknya mengikuti berbagai terapi. Mulai dari terapi okupasi, wicara, dan perilaku.
"Kabar baik dengan intervensi yang lumayan early dari umur delapan bulan, saya terapi secara non-setop ada sampai empat tahun. Di umur enam tahun anak saya sudah dianggap enggak perlu terapi lagi," kata Dian.
"Saat ini anak saya udah kelas tiga SD, dari kelas satu SD udah enggak terapi lagi. Di sekolah dia bisa ikutin pelajaran dengan baik, dan punya banyak teman. Sekarang kemampuan sosialnya sudah meningkat. Sekarang sudah bisa curhat sama saya, cerita, gosip, jahil, planning jahilin adiknya," kata Dian.
Melalui keputusannya berbagi cerita, Dian berharap bisa memberi semangat bagi orang tua di luar sana yang mungkin memiliki hal serupa dengannya.
ADVERTISEMENT
"Aku pengin terbuka karena aku pengin sharing postitif. Kalau kita kasih pertolongan, ada jalan terang agar bisa mandiri secara akademis, karier dan sosial," ujar Dian Sastro .