Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tragedi tsunami di Tanjung Lesung, Jawa Barat, pada 22 Desember 2018 meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga besar Seventeen . Pada saat kejadian, grup musik asal Yogyakarta itu tengah menjadi pengisi acara dalam gathering karyawan PLN di Tanjung Lesung Resort Beach, Banten.
ADVERTISEMENT
Para personel yang tengah beraksi di panggung tentunya tak bisa mengelak dari terjangan tsunami yang terjadi secara tiba-tiba. Hanya sang vokalis, Riefian Fajarsyah alias Ifan, yang selamat.
Sebelum tragedi terjadi, Seventeen berencana membuat film dokumenter perjalanan mereka selama 20 tahun berkarya. Rencana itu tertunda karena tragedi tsunami yang terjadi di Tanjung Lesung.
Satu bulan setelah kejadian, tepatnya pada 22 Januari 2019, kamera milik drummer Seventeen, Windu Andi Darmawan, ditemukan. Di kamera tersebut terekam detik-detik terakhir kebersamaan personel Seventeen sebelum manggung. Selain itu, momen ketika tsunami menggulung panggung saat Seventeen tengah menyanyikan lagu kedua juga terabadikan.
Setelah kamera Andi ditemukan, CEO Mahakarya Pictures, Dendi Reynando, memutuskan untuk melanjutkan pembuatan film dokumenter Seventeen.
“Ifan awalnya risih diikuti kamera ke mana-mana karena salah satu cerita di sana adalah kejadian setelah tsunami dan Ifan satu-satunya personel inti yang bertahan hidup,” kata Dendi Reynando dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT
Film dokumenter mengenai perjalanan Seventeen tersebut diberi judul Kemarin. Upie Guava didaulat menjadi sutradara. Ia bersanding dengan Wisnu Surya Pratama sebagai penulis naskah.
Footage video Seventeen berupa mini DV yang terkumpul dari tahun 2003 menjadi modal awal penulisan film Kemarin. Total stok footage yang diolah sebanyak 55 jam.
“Kami memproduksi ulang adegan tsunami selama dua hari. Ini melibatkan puluhan extras. Kemudian di-touch up dengan CGI,” ucap Upie Guava.
Upie Guava menambahkan, produksi pembuatan film Kemarin memakan waktu selama 14 bulan. Prosesnya dimulai dari menonton semua footage hingga memilih angle cerita paling tepat yang akan disampaikan.
“Di setiap episode perjalanan Seventeen, kebetulan gue ada di dalamnya. Dari pertama kali datang ke Jakarta dengan formasi sebelum Ifan mengirim demo ke label, sampai pergantian vokalis. Setidaknya, saya ikut terlibat untuk memberikan sesuatu untuk teman-teman Seventeen yang sudah tidak ada,” ujar Upie Guava.
ADVERTISEMENT
Film Kemarin diproduksi di bawah Mahakarya Pictures bekerja sama dengan Mahaka Radio Integra. Adrian Syarkawi, CEO Mahaka Radio dan Mahaka Media, menyampaikan alasan mengapa pihaknya mau menggarap film dokumenter tentang Seventeen.
“Karena Seventeen salah satu band besar Indonesia yang sudah memberikan warna untuk industri musik Indonesia. Dan support untuk Ifan agar terus berkarya,” kata Adrian Syarkawi.
Rencananya, film Kemarin akan dirilis pada 23 April mendatang di Indonesia. Film ini juga akan didistribusikan dan tayang di Malaysia. Trailer-nya sudah dapat disaksikan di YouTube.
Perilisan film Kemarin juga akan menjadi penanda kembalinya Ifan Seventeen secara utuh ke dunia musik Indonesia. Sebelumnya, ia sempat menarik diri dari panggung dan rehat.