Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sebuah konsep besar dalam industri musik, khususnya untuk Asia Tenggara baru saja diluncurkan oleh Tony Fernandes , CEO of AirAsia. Bekerja sama dengan Universal Music Group (UMG), Tony meluncurkan label rekaman yang ia beri nama RedRecords.
ADVERTISEMENT
Nantinya, Red Records akan fokus pada pencarian bakat-bakat musik di Asia Tenggara atau yang ia sebut dengan, A-Pop dan membawanya ke industri musik global.
"Ini adalah sebuah bentuk transformasi, dari sebuah industri penerbangan ke satu konsep besar gaya hidup yang menjadikan Asia sebagai kekuatan utama," kata Tony Fernandes saat peluncuran RedRecords di Kuala Lumpur, Malaysia, baru-baru ini.
Dalam kesempatan itu, kepada kumparan Tony bercerita bagaimana ia melihat selama ini Asia hanya sebagai pasar dari musik dunia.
Padahal jauh dari itu, Asia yang kaya akan budaya, memiliki banyak musisi yang berpotensi besar untuk dikembangkan ke industri musik dunia.
Inilah yang akan ia jalankan bersama Universal Music Group, dalam kerangka kerjanya di RedRecords.
ADVERTISEMENT
"RedRecords akan menjadi showcase untuk Asian Culture, bahwa Asian Pop akan diisi dengan keragaman budaya, musik khas dari masing-masing negara di Asia seperti gamelan dan lainnya," kata Tony Fernandes.
"Kita tidak hanya akan fokus ke niche market seperti jazz, tapi musik yang bisa dinikmati banyak orang," ujar Tony.
Guna mendukung perkembangan para artisnya nanti, juga akan digelar konser-konser yang akan dibuatkan paket perjalanan mulai dari tiket pesawat, hotel, dan pertunjukan.
"Harapannya nanti akan banyak wisatawan yang akan datang ke Indonesia, Malaysia dan lainnya," kata Tony.
Tony menjelaskan, meski telah merekrut artis Thailand Jannine Weigel sebagai artis pertamanya, namun ia mengatakan bahwa perjalanan RedRecords baru saja dimulai. Dalam artian, ia membuka peluang sebesar-besarnya bagi talenta musik di Asia untuk bergabung.
ADVERTISEMENT
Ia tidak memiliki klasifikasi khusus artis seperti apa yang akan dicari.
"Di industri musik saat ini sangat sulit menentukan artis seperti apa yang kami cari, bentuknya, sound-nya, tapi kami tahu setiap label punya arahnya masing-masing," ujar Tony Fernandes.
"Dan kami fokus mencari talenta muda Asia yang bisa membawa musik Asia ke dunia. Bisa artis solo, grup, atau DJ," kata Tony.
Lalu, bagaimana peluang dengan artis atau musisi dari Indonesia?
Sejujurnya Tony mengatakan, ia saat ini sedang tahapan untuk merekrut seorang artis Indonesia yang ia sebut tengah berada di Belanda. Namun, ia tidak mau menyebut nama si artis yang dimaksud.
"No (saat diminta menyebutkan nama si artis), yang jelas nanti akan banyak artis dari Indonesia," kata Tony Fernandes.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ia secara khusus menyebut dangdut sebagai salah satu genre yang ia lirik. Dalam kesempatan itu, Tony mengatakan jika ia pernah secara khusus pergi ke Bandung dan merekam sejumlah lagu dangdut.
Menurutnya, irama musik dangdut sangat menarik dan akan membuat siapa pun berjoget.
"Dangdut selalu menjadi impian saya untuk membawanya menjadi lebih komersial ke dunia. Irama dangdut adalah irama-irama tarian. Saya membayangkannya dangdut adalah 'the next dance music', sama seperti makarena atau Gangnam Style di Korea," ujarnya.
Ia mengatakan hal itu tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, ia percaya lewat kerja sama dengan Universal Music Group akan membuat itu bisa terwujud.
"Itu merupakan pekerjaan besar, seperti yang saya sebut bahwa nantinya akan banyak bunyi-bunyian khas dari Asia yang akan kita angkat seperti gamelan atau musik khas dari Thailand atau Kamboja. Kami saat ini mengenalkannya ke Tommy Brown (produser musik) dan mereka akan memberikan sentuhan magic, dan mereka (orang-orang di Universal Music Group) punya kemampuan untuk itu," kata Tony Fernandes .
ADVERTISEMENT
Calvin Wong, selaku CEO South East Asia and Senior Vice President Asia-Universal Music Group menyampaikan hal senada. Bahwa musik khas dari suatu negara yang diberi dengan sentuhan kreatif akan membuatnya lebih mudah diterima secara internasional.
Ia memberi contoh seperti yang dilakukan Major Lazer, dance music trio yang menggabungkan musik khas Jamaika dengan American Electronic Dance.
"Jadi banyak hal yang akan kami lakukan, tidak ada form khusus. Kami harus bekerja keras menemukan artisnya dulu pertama, lalu membentuk sound-nya akan seperti apa, tapi kami akan tetap menjaga orisinalitas," kata Calvin.
Tidak hanya karena AirAsia dan Universal Music Group sebagai perusahaan besar, kemudian bisa menentukan apa yang mereka mau. Hal itu jauh dari semangat yang akan mereka kerjakan.
ADVERTISEMENT
"Hal seperti itu akan menjatuhkan talent, justru kami ingin berkolaborasi dalam kreativitas. Karena itu Tony sangat antusias karena kami punya orang-orang berkualitas untuk membentuk kreatif itu bersama dan mewujudkannya. Seperti dangdut mungkin akan di-mix dengan western hiphop. Ini yang menarik dari kerja sama ini," katanya.
Ia pun yakin bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi talenta-talenta muda Asia untuk bisa mengambil porsi lebih dalam industri musik dunia.
"Stephanie Poetri adalah contoh yang sangat dekat saat ini. Tapi kami ingin lebih dari itu, tidak hanya sekadar menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris, tapi kolaborasi," kata Calvin.