Terinspirasi Perupa, Efek Rumah Kaca Garap EP Jalan Enam Tiga di New York

24 Februari 2020 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vokalis grup musik Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Vokalis grup musik Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
ADVERTISEMENT
Efek Rumah Kaca baru saja merilis EP atau mini album bertajuk Jalan Enam Tiga. EP itu berisikan total empat lagu, Tiba-tiba Batu, Normal yang Baru, Jalan Enam Tiga, dan Palung Mariana.
ADVERTISEMENT
Untuk mempromosikan EP Jalan Enam Tiga, para personel Efek Rumah Kaca, Cholil (gitar, vokal), Poppy (bas gitar), dan Akbar (drum) menyambangi kumparan. Mereka tampil di acara Musik Bawah Pohon yang dihadiri oleh puluhan teman kumparan dan Penerka, sebutan untuk fans Efek Rumah Kaca.
Penampilan grup musik Efek Rumah Kaca saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
Saat berbincang, Cholil menjelaskan bahwa EP Jalan Enam Tiga digarap di New York. Ia mengaku, terinspirasi dari para seniman yang gemar membuat karya sambil berkontemplasi di sebuah daerah tertentu.
"Ini album, kalau ibaratnya perupawan dan perupawati, ya, biasanya 'kan mereka untuk menggali imajinasi tuh suka residensi di daerah tertentu. Jadi, kami anggap mini album ini sebagai karya residensinya Efek Rumah Kaca," ujar Cholil.
Penampilan Vokalis grup musik Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
Cholil mengaku, sengaja memilih New York sebagai tempat rekaman mini album Efek Rumah Kaca. Sebab, ia sempat menetap di sana selama lima tahun terakhir dan sudah mengetahui, tempat rekaman mana yang bagus dan cocok dengan budget Efek Rumah Kaca.
ADVERTISEMENT
"Pokoknya, kita residensi di New York itu selama tiga minggu, workshop, bikin lagu, sekaligus merekam di sana. Hasilnya, jadi empat lagu di Jalan Enam Tiga," tuturnya.
Grup musik Efek Rumah Kaca saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
Uniknya, EP Jalan Enam Tiga terasa jauh lebih ceria jika dibandingkan dengan full album terakhir Efek Rumah Kaca yang bertajuk Sinestesia (2015). Cholil pun menjelaskan alasannya seraya berkelakar.
"Memang, secara keseluruhan kan terdengar lebih ceria ya. Mungkin, karena anak-anak (Efek Rumah Kaca) semua senang diajak ke New York jalan-jalan, lagi summer. Gitu enggak sih?" kata Cholil disambut tawa dari Akbar dan Poppy.
"Dengan suasana begitu, hasil lagunya enggak mungkin kayak band-band Iceland yang nuansa daerahnya lebih dingin, kelam. Ya, kita kebawanya mainnya musik yang lebih light, enteng, dan up beat," sambungnya.
Grup musik Efek Rumah Kaca saat berkunjung ke kantor kumparan, Senin (24/2). Foto: Faisal Rahman/kumparan
Meski begitu, tetap tersisipkan satu lagu yang terasa kelam dan gloomy. Lagu itu berjudul Palung Mariana.
ADVERTISEMENT
Cholil mengakui bahwa lagu itu memang menjadi yang paling mirip dengan nuansa-nuansa karya Efek Rumah Kaca di album-album terdahulu. Namun, teknik rekaman di lagu itu tetap berbeda dan segar.
"Dari segi tempo, Palung Mariana mungkin mirip, ya, sama Lagu Kesepian. Tapi cara main kami, chord, dan pengambilan nadanya, kayaknya belum ada. Akhirnya, kami coba main yang begitu. Agak folk gitu," kata Cholil.