Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Siapa sih, yang tidak suka melihat bayi tersenyum atau tertawa? Pasti bikin gemas ya, Moms! Sebaliknya, sedih rasanya bila melihat bayi memasang wajah muram atau sedih.
ADVERTISEMENT
Faktanya, bayi bisa merasa sedih sama seperti mereka bisa merasa senang, takut dan bahagia. Demikian menurut Dr Angharad Rudkin, psikolog klinis anak dari Universitas Southampton, Inggris.
Dalam buku "What's My Child Thinking?", Dr Angharad menjelaskan bagaimana di masa lalu, para ilmuwan meremehkan apa yang mampu dirasakan dan dipikirkan bayi. Tapi berbagai penelitian modern telah membuktikan bahwa bayi secara neurologis mampu mengalami kesedihan dan memiliki dunia internal yang jauh lebih kompleks daripada yang pernah kita pikirkan.
Memang, bayi baru lahir hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menggerakkan tubuhnya dan mengeluarkan suara-suara atau tangisan. Itulah sebabnya terkadang sulit untuk memahami apa yang mungkin mereka rasakan.
Tapi seiring waktu, orang tua biasanya sudah dapat menangkap dan membedakan suara, gerak atau tangisan bayinya.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang membuat bayi sedih?
Menurut Dr Angharad, bayi akan merasa sedih karena berbagai alasan yang sama dengan kita, Moms. Misalnya karena merasa kesepian, tidak nyaman, kelelahan hingga kelaparan.
Anda juga tidak perlu khawatir jika bayi Anda terlihat sedih, lho! Dr Angharad mengingatkan bahwa hal ini sangat normal, dan tidak berarti Anda telah melakukan kesalahan.
Bahkan, rasa sedih sebenarnya bermanfaat agar bayi mendapat kesempatan untuk belajar mengatasinya. Tentu saja dengan bantuan orang dewasa di sekitarnya!
Saat bayi merasa sedih, orang tua bisa membantu menenangkan atau menghibur. Misalnya dengan memeluk, membelai dan menenangkan sambil berbicara dengan lembut padanya.
Katakan pada si kecil, "Wah, anak Ibu kelihatannya sedih. Tenang Sayang, Ibu peluk supaya kamu merasa lebih baik, ya!" atau, "Tidak usah sedih, Ibu hanya keluar kamar sebentar untuk mengambil air minum. Nanti Ibu kembali, lagi."
ADVERTISEMENT
Namun, perhatikan juga bagaimana bayi mengalami kesedihan dan kemampuannya mengatasi rasa sedih tersebut. Sebab kesedihan yang berlarut-larut pada bayi bahkan dapat berkembang menjadi depresi.
Karena bayi tidak mampu mengekspresikan diri secara verbal, gejala depresi pada bayi sulit diidentifikasi. Gejala utama yang paling umum adalah ekspresi wajah yang tidak gembira dan tidak responsif, postur tubuh yang lesu, tingkah laku fisik yang lebih lambat, tingkah laku yang mudah marah, rewel kesulitan makan dan tidur, dan sakit dan nyeri fisik.
Tak hanya itu, bayi dengan depresi secara signifikan lebih cenderung berjuang dengan kesehatan mental mereka sepanjang masa kanak-kanak dan dewasa.
"Hal ini terkait dengan pola konektivitas otak yang terkait dengan risiko gejala kesehatan mental anak," kata Dr. Cynthia Rogers, seorang psikiater anak di Universitas Washington, Amerika Serikat seperti dilansir Huffington Post.
ADVERTISEMENT
Karena itu, orang tua perlu memperhatikan kesedihan bayi sejak dini. Sebab langkah pertama untuk menghentikan kesedihan bayi adalah menyadari bahwa bayi pun bisa merasa sedih, mengenali kapan bayi merasakannya dan membantu bayi mengatasinya.
Jika khawatir kesedihan bayi sulit diatasi, berkonsultasilah pada dokter ahli. Bayi mungkin perlu mendapat pengobatan termasuk psikoterapi orangtua-orang tua, terapi bermain, dan beberapa terapi yang dirancang khusus untuk mengatasinya.