news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bayi Tidak BAB 3 Hari, Bahaya atau Normal Ya?

18 Oktober 2020 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang tua perlu memahami frekuensi BAB bayi yang normal Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua perlu memahami frekuensi BAB bayi yang normal Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ada begitu banyak hal terkait tumbuh kembang bayi yang bisa membuat orang tua kaget, bingung bahkan panik. Apalagi orang tua yang baru pertama kali punya anak. Hal-hal yang kelihatannya sederhana seperti soal frekuensi buang air besar (BAB) atau pup bayi pun bisa jadi sumber kebingungan.
ADVERTISEMENT
Misalnya saat bayi tidak BAB atau pup sampai 2, 3, bahkan 5 hari. Sementara umumnya, orang dewasa BAB setiap hari. Normalkah bila hal ini terjadi pada bayi? Atau justru jadi tanda bahaya yang perlu diwaspdai?

Memahami Frekuensi BAB Bayi

Bayi baru lahir sampai usia 2 bulan bisa BAB sampai 10 kali sehari Foto: Thinkstock
Sebelum memahami lebih lanjut apa yang terjadi, Anda perlu mengerti bahwa tinja adalah buangan sisa makanan yang tidak dicerna dan diserap tubuh. Kekeraapan tubuh membuang sisa makanan (BAB) ini, tergantung usia.
Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada bayi baru lahir sampai usia 2 bulan, (terutama yang disusui ibunya) buang air besar sering terjadi, bisa sampai 10 kali sehari. Ini karena refleks gastrokolika pada bayi masih kuat.
ADVERTISEMENT
Refleks gastrokolika ialah refleks tubuh yang meningkatkan pergerakan usus besar yang timbul akibat makan dan minum sehingga bayi buang air besar segera setelah makan.

Kondisi BAB Bayi yang Perlu Dipahami

Amati warna dan bentuk tinja atau pup bayi untuk mengetahui kondisi kesehatannya Foto: Shutterstock
Tinja bayi pada usia ini normalnya tampak cair, berbusa, dan berbau asam. Hal ini disebabkan karena usus bayi belum berfungsi sempurna sehingga sebagian laktosa (gula susu) tidak dicerna dengan sempurna.
Laktosa yang tidak dicerna usus halus masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri. Mirip proses fermentasi bila kita membuat tape ketan. Terbentuk gas, terlihat seperti buih. Berbau asam karena terbentuk asam-asam organik dan berbentuk cair karena terbentuk cairan akibat proses fermentasi.

Perubahan BAB Bayi Setelah Usia 2 Bulan

Bayi usia 2 bulan ke atas akan mulai jarang BAB Foto: Shutterstock
Mendekati usia dua bulan, frekuensi BAB bayi akan berubah. Yang tadinya tiap hari dan sering, kini mulai jarang.
ADVERTISEMENT
Bahkan bayi bisa saja tidak BAB sampai 5-7 hari. Ini merupakan hal yang normal dan tidak berarti bayi Anda mengalami sembelit atau konstipasi.
Kenapa begitu?
Fungsi saluran cerna bayi berangsur berkembang, refleks gastrokolika mulai mengendur.
Ketersedian enzim laktase untuk mencerna gula susu (laktosa) mulai mencukupi sehingga laktosa mulai dicerna dengan baik, fermentasi laktosa berkurang.
Namun, koordinasi otot-otot sekitar anus belum sempurna sehingga bayi sukar mengeluarkan tinja yang mulai memadat kental.

Kapan Harus Khawatir

Bawa ke dokter bila sejak lahir bayi sulit BAB Foto: Shutterstock
Dengan penjelasan di atas, artinya sepanjang kenaikan berat badan bayi normal dan bayi tampak sehat, berbuih, dan berbau asam merupakan hal yang normal.
Begitu juga bila bayi jarang BAB namun bentuk tinjanya masih berbentuk pasta/lembek, buang air besar yang jarang merupakan hal yang normal. Anda tidak perlu khawatir, Moms.
ADVERTISEMENT
Lain halnya bila tinja keras dan berbentuk bulat, seperti tahi kambing, ini baru tergolong sembelit atau konstipasi. Bila sejak lahir bayi sudah mengalami kesulitan buang air besar dan tinjanya keras, perlu dikonsultasikan pada dokter.
Lantas, kapan frekuensi BAB bayi akan sama seperti orang dewasa?
Biasanya, anak akan BAB satu kali sehari seperti orang dewasa setelah berusia 3 tahun, Moms. Pada anak normal, buang air besar sejarang-jarangnya sekali tiap tiga hari, dan sesering-seringnya tiga kali sehari, asalkan bentuk tinjanya normal, tidak encer atau tidak keras.