Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Nyeri luar biasa saat proses melahirkan adalah tampaknya jadi salah satu hal yang paling ditakuti wanita. Apalagi jika Anda sudah pernah merasakan sebelumnya atau mendengar cerita teman. Jika ada cara untuk mengurangi rasa nyeri selama persalinan normal, Anda mungkin tak ragu untuk mengambilnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu metode yang populer adalah lewat anestesi epidural. Mengutip laman American Pregnancy, lebih dari 50 persen wanita yang melahirkan di rumah sakit di Amerika Serikat meminta disuntik epidural.
Epidural adalah bius lokal yang meredam rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu, tepatnya dari pinggang ke bawah. Disuntikkan pada daerah tulang belakang, anestesi itu bekerja dengan melumpuhkan syaraf yang memberikan respons rasa nyeri untuk sementara waktu.
Alhasil, rasa sakit saat bersalin pun jadi minim dan Anda tetap bisa melanjutkan persalinan normal.
Dengan manfaat yang menggiurkan itu, Anda mungkin langsung tergoda. Tapi sebenarnya, manakah yang lebih baik, melahirkan dengan epidural atau tidak?
Sebelum memutuskan untuk menggunakan epidural, pastikan Anda memahami efek samping dan risiko yang mungkin terjadi. Hal itu dipaparkan dr N.B. Donny A.M. Sp.OG, dokter spesialis kandungan di RS Hermina Kemayoran, Jakarta. Ia menjelaskan bahwa efek epidural bisa berbeda pada setiap orang.
ADVERTISEMENT
“Efek yang muncul dari epidural bisa berbeda-beda. Jangan berekspektasi saat melahirkan jadi tidak merasakan apa-apa, enggak mungkin rasa nyeri jadi nol. Pemberian epidural memang menurunkan rasa nyeri, tapi tetap ada yang harus ditahan,” jelas dr Donny saat dihubungi kumparanMOM pada Rabu (24/04).
Selain itu, epidural baru bisa diberikan ketika sudah pembukaan 5 atau 6. Sebelum itu, ibu hamil harus merasakan nyeri kontraksi seperti biasa.
Ada pula risiko yang harus siap Anda hadapi jika memutuskan menggunakan epidural. Ibu memang tetap bisa merasakan kontraksi, tapi dalam beberapa kasus, suntik epidural membuat kontraksi terganggu.
“Yang harus diwaspadai adalah kontraksi rahim bisa terganggu karena epidural sehingga proses persalinan jadi lebih lama,” tambah dr Donny.
Selain itu, epidural yang masuk ke pembuluh darah bisa membuat tekanan darah ibu jadi turun. Otomatis, aliran darah ke janin juga bisa berkurang.
ADVERTISEMENT
“Jika sudah begitu bisa terjadi gawat janin, yakni detak jantung janin menurun. Kondisi ini tidak selalu terjadi, tapi ada risikonya. Ibu harus sadar kemungkinan komplikasi itu,” jelas dr Donny.
Ibu yang diberi epidural juga mungkin merasakan gatal-gatal di sekujur tubuhnya jika ternyata alergi terhadap anestesi itu. Reaksi ini merupakan salah satu efek obat yang mungkin muncul.
Namun dr Donny juga mengingatkan bahwa banyak ibu menggunakan epidural dan tidak mengalami efek samping di atas. Persalinan normal berjalan lancar, rasa nyeri berkurang, janin pun lahir dalam kondisi sehat.
“Dalam banyak kasus tidak terjadi apa-apa, tak ada efek samping yang muncul. Tapi semua tindakan medis kan ada informed consent, di mana pasien harus dijelaskan kemungkinan terburuk,” tutup dr Donny.
ADVERTISEMENT
Jadi Moms, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan jika ingin menggunakan epidural saat melahirkan normal. Pastikan Anda sudah memahami manfaat dan risikonya, ya!