Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Hari ini, tepat 6 tahun yang lalu, seorang mahasiswa MIPA Jurusan Biologi Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori , ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga, UI.
ADVERTISEMENT
Saat ditemukan, jasad pemuda tersebut sudah sulit untuk dikenali. Terdapat luka lebam di wajah dan badan yang sudah membengkak. Tak ada kartu identitas yang ditemukan bersama jasad korban.
Kasus ini bergulir sangat lama, dan hingga kini belum menemukan titik terang penyebab kematian pemuda 18 tahun tersebut. Terhitung sejak 2015, sejumlah spekulasi kematian Akseyna bermunculan ke publik.
Awalnya polisi menyebut kematian Akseyna akibat bunuh diri , yang langsung dibantah oleh orang tua korban. Namun belakangan, polisi meralat pernyataan tersebut karena ditemukan luka lebam di bagian kepala yang diduga sebagai hasil penganiayaan. Penemuan fakta ini sempat membuat polisi melakukan gelar perkara ulang.
Setelah 6 tahun berselang, kasus ini tak kunjung menemukan fakta baru. Namun, harapan orang tua Akseyna tak pernah memudar. Mereka selalu memiliki harapan suatu saat nanti akan ada kebenaran yang terungkap di balik kematian putra mereka.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan ayah Akseyna, Marsekal Pertama TNI Mardoto, yang selalu rutin mengikuti perkembangan kasus kematian putranya di sosial media.
Postingan rutin yang dibuat Mardoto selalu mendapat respons serta dukungan dari warganet yang ikut mendoakan agar kebenaran di balik kematian Akseyna segera terungkap.
Bunuh Diri Atau Dibunuh?
Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015. Jasadnya mengapung 1 meter dari tepi danau. Untuk diketahui, kedalaman di pinggir Danau Kenanga hanya sekitar 1,5 meter, sementara Akseyna memiliki tinggi sekitar 170 sentimeter dan bisa berenang.
"Kasus ini sulit, tapi menarik," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Pol Krishna Murti.
Tak ada kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian. Namun patroli pengamanan dilakukan setiap satu jam sekali. Di malam hari, sekitar Danau Kenanga UI memang sepi, akses kendaraan ditutup pukul 23.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Jasad Akseyna ditemukan mengenakan jaket hitam, kaus putih, dan celana hijau. Ada robekan di ketiak jaket, dan robekan kecil di bagian tumit sepatu yang dipakai Akseyna.
Pemuda itu ditemukan masih memakai tas yang di dalamnya berisi lima paving block berbentuk kotak, batu-batu kecil, dan sebuah payung. Ketika ditimbang, berat tas itu mencapai 5 kilogram.
Dari hasil autopsi ditemukan lebam akibat benturan benda tumpul di sekitar dada korban. Lebam juga ditemukan di bagian kening, atas alis, dan bibir. Ditemukan juga pendarahan di kedua telinga bagian dalam. Sementara di paru-paru korban ditemukan air dan pasir. Lalu ganggang yang identik dengan yang ada di Danau Kenanga.
Ahli Forensik Ferial Basbeth mengatakan, pembusukan mayat tenggelam bisa terjadi dalam waktu 24 jam. Pembusukan itu menimbulkan gas dalam jasad korban yang mendorongnya untuk muncul ke permukaan air.
ADVERTISEMENT
"Pembusukan bisa lebih cepat jika banyak bakteri yang masuk ke tubuh korban lewat luka yang menganga. Keberadaan pasir dan air dalam paru-paru menunjukkan korban masih bernapas ketika masuk danau," jelas Ferial.
Surat Terakhir
"Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything,"
Demikian isi surat yang diberikan Achmad Jibril Jamaluddin, teman Akseyna kepada Mardoto, tanggal 30 Maret 2015. Jibril mengatakan, surat itu ia temukan saat menginap di kamar kos Akseyna sehari sebelumnya.
Namun ada beberapa kata yang dicoret dalam surat tersebut. Kata 'never' dicoret menjadi 'not', kata 'ever' menjadi 'eternity', dan kata 'me' menjadi 'existence'.
Grafolog atau ahli tulisan tangan berpendapat, tulisan itu kemungkinan besar adalah tulisan tangan Akseyna sendiri. Namun coretan dan perubahan kata, menurut grafolog, bukan merupakan tulisan Akseyna. Begitu juga dengan tanda tangan yang dibubuhkan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Grafolog menilai, surat itu tak memiliki karakter seperti halnya yang dibuat oleh orang yang ingin melakukan bunuh diri. Karena suicide note, biasanya memiliki karakter paragraf yang teratur tanpa coretan, ada penekanan di dalam tulisan yang menunjukkan emosi di penulis, dan adanya lekukan yang mengarah ke kiri di akhir kata.
Sementara tulisan tangan yang ditemukan Jibril di kamar kos Akseyna tak menunjukkan ia dalam kondisi emosi yang terganggu. Sebaliknya, tulisan tambahan di dalam surat itu menunjukkan si penulis dalam kondisi gugup.
Sehingga menurut analisa, ada kemungkinan isi surat tidak semuanya ditulis Akseyna. Ada pihak lain yang menunjukkan ada pihak lain yang mencoba menyamarkan kematian Akseyna, seolah-olah pemuda itu ingin bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Sementara polisi dalam dokumen autopsinya berkesimpulan, diduga kuat Akseyna menjadi korban kekerasan lebih dulu sebelum diceburkan ke danau. Kekerasan memang tak menyebabkan kematian, namun bisa menyebabkan kondisi tubuh korban lemah.
Polisi Kembali Selidiki
Tanggal 3 Februari 2020, Polres Depok kembali melanjutkan penyelidikan kasus pembunuhan Akseyna.
Kabagpenum Polri saat itu, Kombes Asep Adi Saputra mengatakan penyidik dari Polres Depok melakukan olah TKP pada Senin (3/2). Namun tidak dijelaskan alasan polisi kembali melanjutkan penyelidikan dalam kasus ini.
Kapolres Depok saat itu Kombes Azis Andriansyah saat ditanya mengenai hasil olah TKP juga belum bisa berkomentar banyak. Ia mengatakan pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan.
Sementara Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro ingin polisi terus mengusut kasus ini. Ia berharap ada titik terang dalam kasus ini.
ADVERTISEMENT
"Ya diusut lah kalau ada titik terang silakan diselidiki terus. Paling tidak kita bisa mengetahui karena pada waktu itu ada yang tidak bisa dijawab," kata Ari dikutip dari Antara.
Sampai saat ini tak terdengar lagi kabar hasil penyelidikan polisi atas kasus ini. Remang, misterius, dan tanpa kejelasan, entah sampai kapan.