Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Medio Mei 2017, pos penjagaan gerbang utama Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, dibanjiri surat. Surat yang dikumpulkan hingga berkarung-karung banyaknya itu ditujukan untuk Basuki Tjahaja Purnama, mantan Gubernur DKI Jakarta yang kerap disapa Ahok .
Sejak masuk bui pada 10 Mei 2017 setelah divonis dua tahun penjara karena kasus penistaan agama, dukungan berupa kiriman kartu ucapan dan surat, buku-buku, hingga makanan dari para pendukungnya mengalir seakan tiada henti.
“Surat itu tiap hari (datang) enggak berhenti, apalagi di awal-awal,” ujar Relawan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta, Nong Darol Mahmada, ketika ditemui kumparan di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/1). “Surat itu hampir semuanya dibalas,” imbuh istri Guntur Romli—politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Ahokers atau Teman Ahok—sebutan untuk pendukung Ahok—kerap datang membesuknya di hari Selasa dan Jumat. Mereka biasa berkumpul di sebuah gerai makanan cepat saji yang berjarak 300 meter dari gerbang utama Mako Brimob sebelum dijemput dengan mobil MPV hitam doff yang akan membawa mereka menemui sang idola.
Menurut salah satu juru parkir di gerai makanan cepat saji tersebut, sejak Ahok mendekam di rutan Mako Brimob, relawan Ahok hampir tidak pernah absen dalam menjenguk. Mereka mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah-biru khas kampanye Ahok-Djarot di laga Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Kan banyak komunitas yang pengin ketemu Ahok, biasanya lewat aku. Terus aku ngomong sama ajudannya. Ajudannya nanti mendaftarkan dulu dan bilang sama Pak Ahok, kalau Pak Ahok nggak berkenan ya dicoret,” kata Nong Darol.
ADVERTISEMENT
Dukungan yang berharga itu dijaga oleh Ahok. Melalui surat, ia berkomunikasi bukan hanya kepada pendukungnya saja tapi juga dunia di balik tembok penjara.
Pertama, lewat surat Ahok meminta para pendukungnya menghentikan aksi seribu lilin yang telah berlangsung selama sembilan jam.
Saat itu, bulan pertama Ahok mengawali masa hukumannya di Rutan Cipinang. Ribuan pendukungnya melakukan aksi menyalakan lilin di depan rutan dan menuntut Ahok segera dibebaskan.
Tak ayal, lalu lintas kendaraan di depan area Rutan Cipinang menjadi terganggu selama berjam-jam. Meski Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo telah memberi imbauan agar massa segera bubar, mereka tetap bergeming.
Hingga akhirnya Ahok menulis surat dan menitipkannya kepada Djarot Saiful Hidayat—rekan seperjuangan di Pilkada DKI Jakarta 2017—untuk dibacakan di depan para simpatisannya. Ahok meminta pendukungnya segera membubarkan diri dan menerima kejadian yang ia alami sebagai sebuah proses demokrasi.
ADVERTISEMENT
“Alangkah ruginya warga DKI dari sisi kemacetan dan kerugian ekonomi akibat ada unjuk rasa yang menganggu lalu lintas. Tidaklah tepat saling unjuk rasa dan demo dalam proses yang saya alami saat ini,” tulis Ahok dalam suratnya.
Mendengar pesan tersebut, massa Ahokers pun berangsur-angsur meninggalkan area Rutan Cipinang.
Meski tak menggunakan gawai apapun selama di dalam penjara, akun media sosial Ahok tetap terawat dengan baik. Akun tersebut dipelihara oleh beberapa staf yang tetap setia kepada Ahok, salah satunya Ima Mahdiah dan Sakti Budiono.
Melalui surat dan komunikasi dengan stafnya itulah Ahok tetap menjaga hubungan baik dengan para relawan dan penggemarnya. Selama 21 bulan, hampir setiap pesan bahkan sesederhana ucapan Natal, Tahun Baru, hingga Hari Raya Idul Fitri diunggah di akun media sosialnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menulis surat, Ahok bahkan menulis sebuah buku berjudul “Kebijakan Ahok”. Buku itu ditulisnya, ya ditulis tangan, setelah 1 tahun 3 bulan 7 hari berada di dalam sel tahanan.
“Saya menulis buku Kebijakan Ahok dengan maksud agar semua kebijakan yang pernah saya ambil dan pikirkan ketika saya menjadi pejabat publik dapat menjadi suatu pelajaran berharga,” tulis Ahok dalam suratnya yang dibacakan oleh Nicholas Sean Purnama, anak sulung Ahok, dalam peluncuran buku di Gedung Filateli, 16 Agustus 2018.
Berisi seluruh gagasan Ahok selama menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi, hingga naik dan menjabat sebagai Gubernur ke 15 di ibukota, buku tersebut dijual dengan harga Rp 1 juta. Mahalnya harga buku itu, menurut Ima, karena hasil penjualan dialokasikan untuk donasi melalui BTP Foundation.
Selain buku, Ahok juga ikut mempromosikan dan mengapresiasi film ‘A Man Called Ahok’ yang mengisahkan perjalanan hidupnya sejak kecil hingga menjadi seorang politisi.
ADVERTISEMENT
Film yang diperankan oleh Daniel Mananta dan diracik oleh Sutradara Putrama Tuta itu berhasil menggaet lebih dari 1,3 juta penonton. Untuk itu Ahok menuliskan surat dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat di balik pembuatan film tersebut.
“Terima kasih untuk para pejuang di balik layar yang telah bertutur tentang kehidupan masa kecil saya dengan karya yang bernilai,” tulis Ahok, Kamis (22/11/2018).
Tak lupa Ahok juga mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang sudah meluangkan waktu untuk menonton film tersebut. Ia berharap agar nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam film ataupun buku tersebut bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.
“Saya harap nilai-nilai yang ayah saya ajarkan kepada saya dapat terus disebarkan kepada generasi penerus bangsa.”
Politisi Bernama Ahok
ADVERTISEMENT
Seberapapun tebalnya jeruji besi Rutan Mako Brimob nyatanya tidak mampu menahan Ahok berpolitik .
Menjelang pemilu legislatif, Ahok mendorong salah satu stafnya Ima Mahdiah untuk melanjutkan perjuangan dijagat politik dengan maju menjadi caleg DPRD DKI Jakarta melalui PDI Perjuangan. Ima merupakan staf khusus Ahok sejak Pilkada DKI 2012 saat ia menjadi wakil dari Joko Widodo untuk menuju kursi DKI 1.
Ima terdaftar sebagai caleg PDIP untuk DPRD DKI Jakarta yang akan berkompetisi di daerah pemilihan DKI Jakarta X. Meliputi daerah pemilihan Kecamatan Kembangan, Kebon Jeruk, Grogol Petamburan, Taman Sari, dan Palmerah.
Ima menjelaskan, dirinya hampir setiap pekan mengunjungi Ahok di Mako Brimob untuk mendiskusikan soal pencalonannya dan memberitahu perkembangan politik yang terjadi. Atas kedekatan itulah Ahok menuliskan sebuah surat yang ditujukan untuk Ahokers yang khususnya berada di Dapil X untuk memilih Ima.
“Kepada warga-warga di dapil 10 DPRD Propinsi DKI. Mohon dukungannya, jangan golput pada Pemilu 17 April 2019 nanti. Saya titipkan surat ini melalui Ima Mahdiah caleg Dapil 10 PDIP untuk DPRD Propinsi DKI. Sehat, sukses, sukacita, dan selalu ada damai sejahtera Allah menyertai hati dan pikiran kita,” bunyi surat Ahok, Selasa (15/1).
ADVERTISEMENT
Menukil data KPU Jakarta Barat dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI di Pilkada 2017, pasangan Ahok-Djarot hanya menang di dua kecamatan daerah pemilihan Ima. Dua kecamatan itu adalah Kecamatan Grogol Petamburan dan Kecamatan Tamansari.
Sementara di Kecamatan Kembangan, Kebon Jeruk, dan Palmerah, pasangan Anies-Sandi berhasil mengalahkan Ahok-Djarot. Berdasarkan akumulasi di seluruh wilayah Jakarta Barat pasangan Ahok-Djarot mendapatkan 611.759 suara. Sedangkan Anies-Sandi mendapatkan 684.980 ribu suara.
Dukungan Ahok terhadap Ima mendapatkan tanggapan dari Sekjen PSI Raja Juli Antoni. Toni berharap Ahok juga mempromosikan caleg-caleg dari PSI. Apalagi salah satu caleg PSI, Rian Ernest adalah mantan staf Ahok maju sebagai caleg DPR RI dari Dapil Jakarta 1, wilayah Jakarta Timur.
Selain Rian, Toni juga menyebut beberapa sosok yang juga memiliki kedekatan dengan Ahok. Tsamara Amany misalnya, ia pernah magang di Balai Kota. Lalu Ketua Umum PSI Grace Natalie pun memiliki relasi dengan Ahok.
ADVERTISEMENT
“Saya juga berharap agar Pak Ahok beri endorsement ketika nanti keluar,” kata Toni, Selasa (15/1).
Sementara terkait Pemilu Presiden 2019, Ahok mengimbau penggemarnya untuk tidak golput dan memilih sahabatnya yakni Jokowi. Hal tersebut dilakukannya demi meredam kekecewaan Ahokers akan keputusan Jokowi yang memilih Kiai Ma’ruf Amin menjadi wakilnya.
Ma’ruf yang kala itu menjadi Ketua MUI mengeluarkan fatwa bahwa ucapan Ahok di Pulau Pramuka dikategorikan sebagai penghina Alquran dan ulama.
Dalam persidangan yang menyita perhatian publik itu Ma’ruf menjadi salah satu ahli yang memberatkan Ahok di pengadilan. Ma’ruf bersaksi bahwa ucapan Ahok membuat marah warga Pulau Pramuka. Terlebih, menurut Ma’ruf, fatwa tersebut merupakan hasil investigasi di MUI.
Takut kehilangan suara dari pendukung Ahok, Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan mengklaim Basuki Tjahaja Purnama akan berkampanye mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin selepas dari bui.
ADVERTISEMENT
"Ada yang bilang ke saya Pak Ahok marah (karena Jokowi pilih Ma'ruf Amin), kemarin beliau tulis surat ke saya bilang tetap dukung Jokowi,” kata Luhut, Minggu (12/8/2018).
Koordinator Teman Ahok, Mohammad Fathony menjelaskan saat ini Teman Ahok sudah bertransformasi menjadi gerakan Sejuta Teman dan memberikan arah dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf. Keputusan ini diambil sesuai dengan surat yang ditulis Ahok untuk memilih sahabatnya.
Menurut Fathony, kekecewaan terhadap pemilihan Ma’ruf Amin sebagai wakil Jokowi telah berlalu. “Enggak ada masalah sih sejauh ini Teman Ahok, Ahokers, it’s ok (mendukung Jokowi-Ma’ruf),” kata Fathony kepada kumparan, Jumat (18/1).
Kini, kurang dari sepekan menjelang bebas, dalam surat yang ia tulis pada Kamis (17/1), Ahok kembali mengingatkan kepada Ahokers untuk tidak golput pada 17 April mendatang.
ADVERTISEMENT
Di dalam surat itu, ia bercerita dirinya merasa bersyukur telah ditahan di Mako Brimob dan tidak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, jika menang ia hanya akan menjadi laki-laki yang menguasai Balai Kota dan tidak bisa menguasai dirinya sendiri.
“Jika terpilih lagi aku akan semakin arogan, kasar, dan semakin menyakiti hati banyak orang,” terang Ahok.
Ahok juga meminta maaf kepada berbagai pihak mulai dari Ahokers, PNS DKI, dan para pembencinya sekalipun. “Aku mau sampaikan mohon maaf atas segala tutur kata, sikap, perbuatan, yang sengaja maupun tidak sengaja menyakiti hati dan perasaan saudara dan anggota keluarga.”
Putra Sulung Ahok, Nicholas Sean Purnama, berkata ayahnya mengalami banyak perubahan selama di penjara. Hal yang paling mencolok adalah ketika Ahok bisa menahan sifat temperamentalnya.
ADVERTISEMENT
“Lebih nggak cepet marah, lebih tenang. Pas di penjara banyak waktu berpikir, banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang terjadi,” kata Nicholas kepada kumparan, di Bearhounds, Pluit, Rabu (16/1).
Sahabat sekaligus kerabat terdekat Ahok, Bambang Waluyo Djojohadikusumo menilai Ahok telah menjadi pribadi yang bisa mengendalikan diri. Ahok juga mulai bisa memilih diksi yang santun dalam bertutur.
“Lebih bisa menekan emosi. Udah nggak terlalu meledak-ledak. Even seorang Ahok, dia memandang masa tahanan ini untuk persiapan 25 tahun ke depan dalam hidupnya dan memenangkan dirinya,” kata pria yang akrab disapa Jojo Wahab, di Jalan Purworejo, Jakarta Selatan, Kamis (17/1).
Atas dasar perubahan itulah kini ia tidak mau lagi dipanggil Ahok. Di dalam suratnya ia berharap setelah nanti menghirup udara kebebasan masyarakat tidak lagi memanggil dirinya Ahok, tetapi cukup memanggilnya BTP.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT