Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh, bahkan wajah, bukan alasan bagi perempuan untuk tak bersolek. Semua bisa cantik, termasuk pemakai burka.
ADVERTISEMENT
Itulah yang dilihat Adek Berry saat berkunjung ke Afghanistan --negeri gurun pasir di perbatasan Asia Tengah dan Asia Selatan, menjelang akhir 2011.
Fotografer perempuan Indonesia yang kerap meliput daerah konflik itu lantas penasaran dan mencari tahu soal berdandan itu.
Bermula saat Adek mengunjungi rumah produksi permadani. Saat mengedarkan pandangan ke sekeliling, ia melihat seorang ibu berburka turun dari tangga, tertutup dari ujung kepala ke ujung kaki.
Sepintas, terlihat tak ada bedanya dengan perempuan berburka lain. Namun kemudian, tanpa sengaja kain yang menutup tangan ibu itu tersingkap. Terlihatlah deretan cincin menghiasi jari-jari tangannya.
Adek bergerak sigap, mengangkat kamera dan mengabadikan jari-jemari penuh cincin yang tersembunyi itu.
Ia jadi menarik, dan ingin menggali lebih dalam. Dia pun pergi ke salon perempuan.
ADVERTISEMENT
“Aku dibawa ke bagian pasar yang isinya salon semua. Dari depan ke belakang. Tertutup gorden. Saya kan penasaran, what happened behind the curtain?” ujarnya.
Dari luar, salon itu saja sudah menarik. Terlihat jelas kontras budaya pada papan iklan salon. Papan itu menambilkan seorang perempuan barat dengan rambut tergerai --suatu hal yang nyaris tak mungkin dilakukan perempuan Afghanistan.
Kian penasaran, Adek pun mencoba masuk ke dalam salon-salon yang berjajar itu. Pada salon pertama, ia tak berhasil memotret apapun. Padahal suasana di dalam salon tampak begitu apik.
“Aku sudah gatel pengen motret karena semua perempuan cantik-cantik. Udah berias banget. Tapi kalau aku maksain potret, takutnya dipanggil polisi lagi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia pun mencoba strategi lain untuk mendapatkan gambar. Dimulai dari bercakap-cakap dengan sang pemilik salon dan beberapa orang pengunjung, Adek akhirnya diperbolehkan untuk mengambil gambar dengan syarat tertentu.
“Aku dibolehin motret, tapi dengan syarat enggak boleh potret wajah, jadi cuma rambut aja.”
Kesempatan tak ia sia-siakan. Tiap sudut salon ia abadikan, mulai memotret pekerja salon yang mengenakan jeans dan cat kuku, hingga majalah bersampul perempuan barat yang menjadi salah satu referensi riasan dan gaya rambut perempuan Afghanistan.
Selama ini, siapalah yang tahu kalau mode barat ternyata juga jadi inspirasi bergaya di Afghanistan? Mungkin tak banyak.
Potret-potret eksklusif itu lalu diperlihatkan Adek kepada atasan di tempat kerjanya, kantor berita Perancis Agence France-Presse (AFP).
ADVERTISEMENT
Alhasil, salah satu foto perempuan bercincin dan berias itu masuk ke dalam deretan foto eksklusif Lightbox 365: A Year in Photographs 2011 yang dikeluarkan majalah TIME.
Simak lebih dalam di sini:
Dari lensanya, selama 25 tahun Adek Berry mampu menghadirkan berbagai kisah kehidupan manusia. Kiprahnya memberi warna bagi dunia seni fotografi di Indonesia dan dunia.
Ikuti kisah-kisah seputar dunia fotografi di sini