Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Dahnil Anzar: Prabowo Tidak Mau Mempermalukan Jokowi
25 Februari 2019 13:15 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
Dua hari setelah debat, Eggi Sudjana atas nama Koalisi Masyarakat Antihoaks, melaporkan capres nomor urut 01 ke Bawaslu. Mantan pengacara Rizieq Shihab yang kini jadi politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu menilai Jokowi telah memberikan keterangan palsu.
“Kalau Bawaslu tidak bersikap gentle, saya minta ke Koalisi (02) apakah kita sanggup menduduki Bawaslu dengan kekuatan people power. Tidak ada gunanya Bawaslu," ujar Eggi di kantor Bawaslu.
Sehari sebelumnya, Tim Advokat Indonesia Bergerak (TAIB) juga melaporkan Jokowi ke Bawaslu. Mereka menuding Jokowi menyerang pribadi Prabowo dengan menghina yang bersangkutan ketika debat.
Serangan yang dimaksud adalah pernyataan Jokowi terkait kepemilikan lahan seluas 340 ribu hektare di Kalimantan Timur dan Aceh. “Itu adalah sebuah statement yang menyerang personal, secara pribadi," kata angggota TAIB, Djamaluddin Koedoeboen.
Tak berhenti di situ, kubu 02 juga melontarkan berbagai serangan lain. Misalnya Sudirman Said yang ‘membuka’ pertemuan rahasia Jokowi dengan bos Freeport. Selain itu, isu konspiratif macam earpiece tersembunyi dan pulpen ala James Bond didengungkan kubu nomor 02
Berbeda dengan para pendukungnya, Prabowo justru tampil adem ayem saat debat. Ia tampak tak memiliki keinginan menyerang balik lawannya meski berkata mengantongi data-data yang bisa jadi peluru untuk menyanggah Jokowi.
“Pak Prabowo tentu tahu persis datanya. Tapi masyarakat kita kan nggak suka dengan orang-orang yang berusaha mempermalukan lawannya di depan publik,” ujar Koordinator Jubir BPN Dahnil Anzar Simanjutak kepada kumparan, Jumat (22/2).
Selain Dahnil, anggota BPN Jansen Sitindaon dan jubir BPN Ferdinand Hutahean pun memberikan pembelaan untuk capres jagoannya. Berikut hasil perbincangan kami bersama mereka.
Apakah Anda dan tim pemenangan Prabowo-Sandi sebelumnya memperkirakan Jokowi akan tampil menyerang, bahkan mengungkap fakta kepemilikan lahan Prabowo?
Dahnil: Sejak awal kami memang menduga begitu ya. Memang watak asli beliau kan tega menyerang, dan pada debat pertama juga begitu.
Saya pikir apa yang ditampilkan, termasuk data-data dengan penuh kebohongan dan kekeliruan, menunjukkan watak asli beliau di debat saat itu. Dan watak asli Pak Prabowo juga ditunjukkan di debat, di mana Pak Prabowo santun dan lebih sabar.
Di belakang panggung, saya dan Pak Sudirman (Said) dampingi Pak Prabowo. Kami sejak awal sudah mendorong Pak Prabowo mengungkap data, "Pak, ini harus dibalas. Bapak harus bilang bahwa semua data-data itu bohong dan keliru”.
Pak Prabowo justru santai saja. Beliau senyum dan bilang, "Biarlah. Debat ini bukan untuk mempermalukan. Ini seperti main silat.”
Pak Prabowo ini kan pendekar silat. Di silat itu tenaga serangan rival digunakan untuk menghantam dirinya sendiri. Ternyata benar, apa yang disampaikan Prabowo ke kami benar-benar terjadi.
Akhirnya yang mengungkap kebohongan Jokowi di debat itu justru publik dan media.
Waktu itu kami nggak update karena sinyal telepon tak ada. Setelah selesai debat, "Oh iya benar, Pak Prabowo yang bilang ini ibarat pertandingan silat”. Ternyata bukan Pak Prabowo yang mempermalukan Pak Jokowi, yang terjadi Jokowi mempermalukan dirinya sendiri. Semua datanya keliru.
Serangan-serangannya mengungkap pribadi Pak Jokowi yang sesungguhnya. Bahkan serangan pribadi terkait lahan Pak Prabowo justru mengungkap banyak kelebihan Pak Prabowo terkait komitmennya terhadap NKRI dan masyarakat.
Kami juga tersadar dengan alasan sikap Pak Prabowo itu tadi.
Ferdinand: Kami tidak terpikir bahwa Pak Jokowi akan menyampaikan hal-hal yang sifatnya pribadi. Di situ kami sama sekali tidak menduga bahwa Jokowi—harus saya sebut—mungkin culas ya, menyiasati, melakukan hal-hal seperti itu pada saat debat .
Bagi kami, yang kami bahas ini semua harusnya terkait dengan negara dan kebijakan negara. Kenapa dia hanya memilih Pak Prabowo untuk bicara tentang lahan? Kenapa tidak memilih, contohnya Erick Thohir, Oesman Sapta Odang, atau Luhut? Mereka juga menguasai lahan.
Kenapa dia hanya berbicara soal (lahan) Prabowo? Artinya, kami menduga dia sengaja untuk menyerang dan menjatuhkan Pak Prabowo di depan publik. Itulah yang membuat kami marah betul.
Saya protes keras pada saat itu. Saya minta KPU menegur Pak Jokowi. Itu yang terjadi malam itu.
Jansen: Itu makanya kami katakan, terkait persoalan serangan Pak Jokowi, persoalan lahannya Pak Prabowo, itu memang direncanakan sejak awal. Data yang lain salah semua kok. Sawit salah, kebakaran hutan salah, konflik agraria salah, jalan desa salah, jagung salah.
Itu makanya sekarang kami katakan, Pak Prabowo mengakui dia punya (lahan luas) waktu itu. Maka kami meminta, ya dibuka juga dong kepemilikan lahan orang-orang di sekitar Pak Jokowi.
Jangan-jangan, mereka juga menguasai lahan. Jangan-jangan menantunya dia juga menguasai lahan. Artinya terbukalah ke publik.
BPN minta debat dihentikan setelah Jokowi membicarakan lahan Prabowo? Mengapa?
Jansen: Benar. Kami meminta tim kandidat capres 01 diingatkan soal tata tertib. Tata tertib debat itu kan nggak boleh menyerang pribadi. ‘Sudah’, (diingatkan) kata KPU.
‘Kok dia masih melanggar? Kalau begitu ingatkan dia, kalau tidak kamu (KPU) maju ke depan. KPU umumkan ulang mengenai tatib itu karena masih jalan perdebatan.’
KPU kemudian mengatakan, "Laporkan saja ke Bawaslu.” Makanya kita tindak lanjuti dengan lapor ke Bawaslu.
Bagaimana dengan sentimen publik terhadap Prabowo saat debat?
Dahnil: Sentimennya positif sekali. Misalnya statement di swing voters itu, kami ada tim litbang yang melakukan riset dampak dari debat. Swing voters dan undecided voters itu menilai, "Lho ini kok seperti orang yang tertukar?”
Kan selama ini stigmatisasi di publik yang dibuat media, Pak Prabowo itu agresif dan kasar. Ternyata justru yang attitude-nya elok itu Pak Prabowo. Beliau tidak agresif, sering senyum, tidak nyinyir.
Justru yang nyinyir itu Pak Jokowi. Jadi kami menilai insentif elektoral pasca-debat terakumulasi terutama di kalangan swing voters dan undecided voters.
Ada angkanya?
Dahnil: Belum diakumulasi. Teman-teman Litbang masih presentasi tahap awal.
Kenapa Prabowo dan BPN baru menyanggah data-data Jokowi setelah debat usai?
Dahnil: Pak Prabowo tahu persis kekeliruan-kekeliruan sebagian data Pak Jokowi. Di backstage kami juga ngobrol. Tapi Pak Prabowo tetap tidak mau mempermalukan Jokowi.
Ini ibarat pertandingan silat, bukan untuk menjatuhkan lawan tapi tentang menyampaikan gagasan. Kemudian terkait dengan sikap kenegarawanan, beliau ingin menunjukkan sikap kenegarawanan itu.
Jansen: Pasca-debat kedua kemarin satu hal yang harus kita apresiasi adalah ternyata publik terlibat untuk melakukan cek fakta terhadap apa saja yang disampaikan oleh dua kandidat calon presiden itu.
Dari cek-cek fakta itu ditemukan, misalnya ternyata data-data yang beliau (Jokowi) lemparkan penuh keyakinan yang ditonton ratusan juta orang itu ternyata salah, tidak tepat, dan sesat.
Untuk mengetahui data-data itu ya tentu pasca debat kan? Karena ketika debat, Pak Jokowi itu kan calon presiden, sekaligus masih presiden sampai 20 Oktober 2019, tentu publik percaya. Apalagi beliau menyampaikan dengan penuh keyakinan, misalnya terkait persoalan sawit, persoalan tidak adanya kebakaran lahan, persoalan konflik agraria, persoalan pajak, dan jalan desa.
Jadi ketika beliau sampaikan di tengah forum debat dalam kapasitas juga sebagai presiden, nggak mungkin orang tidak percaya. Tapi faktanya publik terlibat dalam cek fakta, bukan hanya BPN.
Jadi, bukan untuk menutupi kelemahan Prabowo saat debat?
Dahnil: Bukan, nggak sama sekali. Pak Prabowo tentu tahu persis datanya. Ditambah lagi masyarakat kita kan nggak suka dengan orang-orang yang berusaha mempermalukan lawannya di depan publik.
Ferdinand: Sebetulnya tidak juga ya. Saya tidak melihat begitu. Tapi yang dilakukan oleh Dahnil ini adalah bagian daripada propaganda, bagaimana meyakinkan publik tentang 02 adalah pilihan yang baik, dan 01 melakukan hal-hal yang tidak baik.
Tapi kami tetap berpegangan bahwa yang dilakukan Pak Jokowi itu sangat tidak patut, yang dia lakukan itu betul-betul untuk menjatuhkan martabat lawannya. Padahal kalau kami juga mau meladeni, kami sangat bisa mempertanyakan pribadinya Pak Jokowi.
Banyak sekali yang bisa dipertanyakan, tapi kami tidak mau melakukan. Bahkan Pak Prabowo menolak untuk menyerang balik pada saat debat .
Dia bilang, 'Tidak boleh. Kita harus berdemokrasi santun dan beradab. Biarkan Pak Jokowi menjadi tidak santun dan tidak beradab."