Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Emak-emak Prabowo Sandi: Seribu Majelis Taklim Bergabung dengan Kami
20 Agustus 2018 12:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Tak mau kalah dengan koalisi Jokowi, Prabowo dan Sandiaga Uno menyiapkan bala tentara militan: emak-emak pengajian.
ADVERTISEMENT
“Juru bicara kami ada jutaan orang, dan mereka adalah emak-emak yang ada di seluruh Indonesia, di grassroot,” klaim Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman.
Emak-emak memang target kantong suara penting. “Yang merasakan kesulitan ekonomi riil selama ini kan emak-emak. Harga-harga kebutuhan bahan pokok tinggi, atau anak-anak lulus kuliah enggak dapat pekerjaan,” kata politisi Gerindra Andre Rosiade.
Dan jangan lupa: emak-emak adalah massa dengan jumlah besar.
Pengamat komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menyatakan, potensi suara perempuan mencapai separuh dari total pemilih pada Pemilu 2019. Data KPU menunjukkan, pemilih perempuan di dalam negeri berjumlah 93 juta orang lebih, sedangkan pemilih laki-laki sekitar 92 juta orang.
Salah satu motor utama gerakan Emak-emak Prabowo-Sandi ialah Ustazah Peduli Negeri. Kelompok ini pula yang memenangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Pilkada DKI Jakarta 2017.
ADVERTISEMENT
Selasa (14/8), di hari deklarasi dukungan untuk Prabowo-Sandi oleh Ustazah Peduli Negeri, kumparan berbincang dengan ketua gerakan itu, Nurdiati Akma, di Wisma Kodel, di sela kesibukan dia mengurus visa untuk berangkat haji keesokan harinya.
Nurdiati tak awam dengan politik. Ia politikus PAN yang pernah duduk di DPR RI periode 1999-2004. Ia juga menjabat Ketua Forum Silaturahmi Antar-Pengajian, anggota Dewan Pakar Dewan Masjid Indonesia, Ketua Wilayah Aisyiyah Jakarta, dan anggota forum Gubernur Muslim Jakarta yang kini bertransformasi menjadi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama.
Berikut petikan wawancara dengan Nurdiati.
Jadi Ustazah Peduli Negeri kembali mendukung Sandi, ya?
Ini memang kelanjutan dari perjuangan yang pernah kami lakukan pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Dulu kan kami bikin Ustazah Peduli Negeri waktu Anies dan Sandi maju.
ADVERTISEMENT
Di belakang kami, ada barisan emak-emak yang militan dan peduli negeri. Sejak awal kami membela gubernur Muslim untuk Jakarta, sudah terbesit di kepala kami untuk juga membela (pada level) presiden.
Sekarang, dengan munculnya nama Sandi, dia kami anggap representatif untuk kami bela. Seperti ini pemimpin yang kami harapkan. Mudah-mudahan nanti dia bisa mengantarkan negeri ini bermartabat. Bisa punya kendali sendiri, terutama di bidang ekonomi .
Itu sebabnya kami cepat-cepat menggelar deklarasi dukungan kepada Pak Prabowo dan Sandi. Kami yakin Pak Prabowo, dengan keberaniannya, sangat cinta pada negeri ini.
Apa keresahan emak-emak Peduli Negeri?
Dari obrolan-obrolan sebelum pengajian, teman-teman bilang, “Aduh, tadi di pasar telor kok jadi Rp 40 ribu sekilo, daging sekian, terus gimana dong?”
ADVERTISEMENT
Saya kan mengajarkan kepada ibu-ibu yang punya keahlian bikin pepes, untuk berjualan. Jadi kami pulang pengajian, kalau enggak sempat masak, beli dari teman sendiri. Nah, saat itu muncul pertanyaan, “Kok jadi naik harganya?”
Bagaimana Ustazah Peduli Negeri menggalang massa untuk Prabowo dan Sandi?
Ustazah-ustazah turun ke bawah. Nanti akan ada pertemuan-pertemuan rutin antara kami dengan mereka, pembinaanlah ya, untuk mengatur apa yang harus kami lakukn. Juga pembagian tugas, jadi siapa mengerjakan apa.
Ini mereka sudah mulai bangkit, sedang melakukan persiapan-persiapan untuk deklarasi (di daerah-daerah lain).
Tapi memang kami tidak membentuk sebuah organisasi yang terstruktur. Kami hanya membuat masing-masing membuka kesadaran diri dengan pola-pola seperti yang kami lakukan ini. Kalau mau ditiru, boleh. Kalau mau bikin sendiri, silakan.
ADVERTISEMENT
Berapa jumlah anggota Ustazah Peduli Negeri di seluruh Indonesia?
Kemarin yang hadir di Ijtima Ulama saja ada dari 15 provinsi. Insyaallah mereka segera membuka cabang (di daerah lain).
Kalau jumlah di Jakarta, semua majelis taklim di sini juga bergabung dengan kami--lebih dari 1.000 majelis taklim. Jadi (untuk menghitung anggota), tinggal dikalikan saja, misal seribu (majlis) kali 50 orang. Itu sudah 50.000 (di Jakarta).
Mereka tidak dibayar. Deklarasi (untuk Prabowo-Sandi) juga tidak dirancang jauh-jauh hari.
Spontan, ya?
Paling dalam 2-3 hari ini saja. Karena saya kan mau berangkat haji, terus teman-teman bertanya, “Bu, kapan nih kita deklarasi? Ibu nanti keburu pergi haji paling enggak sebulan.”
Akhirnya kami kemarin dua hari telepon-teleponan (atur deklarasi). Alhamdulillah, tinggal kami sentuh (beri tahu), mereka langsung datang. Seratusan dari Jabodetabek .
Deklarasi Ustazah Peduli Negeri untuk Prabowo-Sandi kan dilakukan di Gedung Aisyiyah, ada kaitan dengan Muhammadiyah?
(Aisyiyah adalah badan otonom perempuan Muhammadiyah)
ADVERTISEMENT
Saya enggak berani bicara begitu, karena itu keputusan pimpinan pusat. Tapi saya punya hak sebagai individu, dan kebetulan saya punya organisasi. Yang saya bawa adalah Ustazah Peduli Negeri, bukan Aisyiyah. Perkara jika Aisyiyah nanti ikut, kenapa tidak?
Ma’ruf Amin, cawapres Jokowi, kan representasi muslim juga. Bagaimana?
Kami juga kaget kok tiba-tiba Pak Ma’ruf Amin jadi (cawapres Jokowi). Kami tak bisa bahas itu karena dia (Kiai Ma’ruf) sama seperti kami. Tapi Jokowi, saya nggak tahu.
Padahal yang kami kejar-kejar Ustaz Abdul Somad. Betul-betul kami kejar (agar jadi cawapres Prabowo). Teman-teman kami di Riau, Pak Kiai, semua membujuk, langsung datang menemui ke rumah ibunya, tapi beliau enggak mau.
Kami juga nggak bisa bayangkan kalau beliau mau, sebab berarti akan berhadapan dengan guru besarnya (Ma’ruf Amin), kan nggak elok. Jadi rupanya skenario ini Allah yang bikin.
ADVERTISEMENT
Dia (UAS) punya prinsip, dan kami hargai prinsip itu. Allah yang membimbing sehingga menghindarkan kami dari pertikaian sesama saudara.
------------------------
Simak selengkapnya Liputan Khusus kumparan: Perang Jubir Jokowi vs Prabowo .