Hasto soal Kaesang Ingin Berpolitik: di PDIP Satu Keluarga Tak Boleh Beda Partai

28 Januari 2023 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat membuka kursus politik bagi anggota baru PDIP di Sekolah PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (30/10/2022). Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat membuka kursus politik bagi anggota baru PDIP di Sekolah PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (30/10/2022). Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, merespons keinginan putra bungsu Presiden Jokowi, Keaesang Pangarep, yang ingin terjun ke politik.
ADVERTISEMENT
Hasto mengatakan, PDIP akan menerima Kaesang bila ingin berkarya di politik lewat PDIP, mengikuti jejak Jokowi dan putra sulungnya Gibran Rakabuming.
Apalagi, di PDIP tak dikenal yang namanya satu keluarga inti berada dalam partai politik yang berbeda-beda. Karena itu, Hasto menilai akan lebih baik Kaesang masuk ke PDIP tempat Jokowi dan Gibran bernaung.
"Ya sekiranya (Kaesang, red) mau masuk ke PDI Perjuangan, karena kami ini punya aturan bahwa dalam satu keluarga tidak bisa masuk dalam pilihan partai-partai yang berbeda," kata Hasto di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1).
Kaesang Pangarep. Foto: Rio Motret via Instagram/@kaesangp
Hasto menilai komitmen satu keluarga tidak masuk partai yang berbeda-beda itu sangat penting untuk dibangun. Sebab, kata dia, satu keluarga harus memiliki emotional bonding yang sama.
ADVERTISEMENT
"Karena itu juga menunjukkan suatu emotional bonding, kesadaran, dan pendidikan politik itu dimulai dari keluarga," tukas Hasto.
Politikus asal Yogyakarta ini menjelaskan, PDIP tentu sangat terbuka bagi Kaesang untuk bergabung dan mengajukan permohonan bergabung ke PDIP. Sebab dalam konteks keanggotaan, PDIP menggunakan stelsel aktif sehingga siapa pun itu, harus mengajukan permohonan kalau mau bergabung ke PDI Perjuangan.
"Mengapa ada stelsel aktif? Karena itu sebagai sebuah momentum bahwa ketika masuk ke partai, mereka harus menyatukan diri, harus merelatifkan kepentingan individunya, dan mengedepankan kepentingan kolektif partai," kata Hasto.
Kepentingan kolektif partai ini, lanjut Hasto, didorong oleh ide, pemikiran, gagasan, dan cita-cita Bung Karno dalam pemberdayaan wong cilik, rakyat marhaen.
"Karena itulah harus muncul sebagai sebuah kesadaran bahwa berpolitik bukan untuk sekadar jalan pintas mencapai target individual, tetapi sebagai proses untuk mengikuti pendidikan politik dan kaderisasi serta bersedia ditugaskan oleh partai dalam bidang apa pun," tukas Hasto.
ADVERTISEMENT
Hasto menambahkan, pendidikan politik dari keluarga itu sangat penting. Karena itu pula dalam aturan pencalegan PDIP, misalnya, suami istri dari partai berbeda tidak bisa dijadikan sebagai caleg.
"Kemudian dalam suatu keluarga itu kan ada pembatasan-pembatasan, dari segi jumlah, kecuali menjadi anggota dan satu keluarga tidak boleh ditugaskan dalam satu tingkatan yang sama," papar Hasto.
Hasto mentontohkan Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono dengan istrinya atau anaknya, tidak boleh menjadi caleg di dalam level tingkatan yang sama atau satu dapil yang sama.
"Karena itu suatu regulasi, mengigat kami tetap memegang semangat reformasi. Di dalam melakukan rekrutmen (anggota partai, red) memang basisnya keluarga, tetapi terkait dengan hal-hal penugasan (penempatan jabatan, red) satu keluarga itu kami menerapkan berbagai bentuk pembatasan," jelas Hasto.
ADVERTISEMENT
"Tapi untuk menjadi anggota dalam suatu keluarga, tidak ada batasan sama sekali, dari kakek, nenek, bapak, ibu, cucu, semuanya bisa bergabung ke PDI Perjuangan" tandas Hasto.