Komnas HAM Duga Ada 10 Korban Tambahan saat Kerusuhan di Wamena

18 Oktober 2019 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Komnas HAM di kantor Komnas HAM, Jumat (18/10). Foto:  Abyan Faisal Putratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Komnas HAM di kantor Komnas HAM, Jumat (18/10). Foto: Abyan Faisal Putratama/kumparan
ADVERTISEMENT
Komnas HAM kembali menggelar konferensi pers terkait dengan status dan situasi terkini di Wamena, Papua. Dalam temuannya, Komnas HAM menemukan informasi mengenai 10 orang korban tambahan, meski belum 100 persen terkonfirmasi.
ADVERTISEMENT
"Terakhir kami mendapatkan informasi lagi yang cukup kredibel tapi harus konfirmasi ulang lagi yaitu ada 10 orang lagi di luar 33 (korban) itu yang juga tewas," ujar ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan di kantor komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/10).
Pihaknya sampai saat ini masih menunggu konfirmasi lebih lanjut dari pihak yang berada di Wamena. Menurut mereka, 10 korban ini tidak diketahui karena tidak dibawa ke rumah sakit.
Sejumlah pengungsi dari Wamena memasuki Gapura Surya Nusantara usai turun dari KM Dobonsolo di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
"Ini tidak sempat dibawa ke rumah sakit (10 dugaan korban), mereka langsung dibawa ke kampung halamannya di sana dikebumikan. Sehingga tidak terdeteksi oleh pihak keamanan yang ada di Wamena," tutur Taufan.
Walaupun belum benar 100 persen, ia yakin bahwa informasi mengenai korban-korban ini berasal dari sumber yang valid.
ADVERTISEMENT
"Tambahan data ada 10 lagi tapi tentu saja belum 100% terkonfirmasi kan cuma sumber informasi kami ini menurut kami kredibel sumber informasinya, kami bisa percaya itu," imbuhnya.
Konferensi pers Komnas HAM di kantor Komnas HAM, Jumat (18/10). Foto: Abyan Faisal Putratama/kumparan
Pihaknya mengaku masih akan menelusuri lebih dalam terkait kebenaran info tersebut. Meski begitu konfirmasi mengenai jumlah korban tambahan ini tak bisa cepat dilakukan.
"Mohon maaf kalau crosscheck minggu ini akan repot. karena harus ke kampung yang letaknya di lembah dan juga ke gunung itu kan harus ada persiapan tertentu supaya nanti yang menyelediki pulang gitu," kata Taufan.
Selain itu, Taufan menjelaskan bahwa hingga saat ini situasi di Wamena masih dalam kategori tidak aman. Keadaan perekonomian pun belum stabil seperti semula.
Kondisi kendaraan dan ruangan yang hangus terbakar di Kantor Bupati Jayawijaya, Wamena, Papua, Rabu (9/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Suasananya masih cukup mengkhawatirkan mencekam sehingga belum ada ekonomi itu belum normal, kota masih sepi aktivitasnya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan sama, Komisioner HAM, Beka Hulung Hapsara, menduga korban ditembak oleh suatu pihak. Namun pihaknya masih akan menelusuri lebih lanjut.
"Ini masih harus diinvestigasi, dicari lagi kebenarannya karena sepuluh orang itu dugaannya tertembak tapi langsung dibawa pulang ke kampung. Tapi ini tidak mudah juga memvalidasi informasi tersebut benar atau tidak," sebut Beka di Kantor Komnas HAM, Jumat (18/10).
Warga mengungsi di Mapolres Jayawijaya saat terjadi aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Marius Wonyewun
Kerusuhan di Wamena pecah pada 23 September lalu, akibat kesalahpahaman terkait ujaran seorang guru PGRI di Wamena.
Banyak pihak menganggap bahwa guru bernama Riris Panggabean tersebut mengucapkan kata 'kera'. Padahal Riris mengaku dia mengatakan 'keras', bukan 'kera'.