Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
“Kita ketemu ya, Wo!”
“Iya, boleh Bang.”
“Pakai pakaian apa?”
“Pakai PDL (pakaian dinas lapangan) ya, Bang.”
Penggalan pembicaraan telepon antara Luhut Binsar Panjaitan dan Prabowo Subianto itu disambung derai tawa keduanya. Wo atau Bowo adalah panggilan Luhut untuk Prabowo. Sementara Prabowo memanggil Luhut dengan sebutan "Abang" karena Luhut lebih senior.
Dua purnawirawan jenderal itu selalu meluangkan waktu untuk saling bertemu dan bicara. Bahkan kini ketika masing-masing duduk pada kubu berseberangan di pemilu, keakraban keduanya tak sirna.
Setelah tawa habis karena kelakar Prabowo, Luhut menyambung obrolan di telepon itu. “Ah, enggak (PDL)lah. Kita kan bukan mau perang. Sudah, pakai pakaian kebesaran masing-masing,” ujarnya.
Komunikasi telepon antara Luhut dan Prabowo itu, menurut Staf Khusus Menko Maritim Atmadji Sumarkidjo, terjadi pada Kamis (18/4) atau satu hari usai pencoblosan. Luhut diutus Jokowi bertemu Prabowo untuk menginisiasi rekonsiliasi pasca-pemilu, dengan membuka jalan bagi kedua calon presiden untuk bertemu.
Pada Pemilu Presiden 2019, Prabowo bersanding dengan Sandiaga Uno, sedangkan Luhut di kubu lawannya—Jokowi-Ma’ruf Amin. Ketegangan kedua kubu meningkat pasca-hitung cepat 12 lembaga survei menunjukkan kemenangan Jokowi.
Prabowo tak peduli hitung cepat itu. Timnya mengaku melakukan penghitungan internal yang memperlihatkan kemenangan di pihaknya. Maka Prabowo mendeklarasikan kemenangan hingga empat kali.
Orang-orang di lingkarannya pun menggaungkan gerakan people power, hingga Ijtima Ulama III yang dihadiri Prabowo pada Rabu (1/5) menyatakan telah terjadi kecurangan terstruktur dalam pemilu dan mendesak KPU mendiskualifikasi Jokowi-Ma’ruf.
Semula, Luhut dan Prabowo berencana bertemu sambil makan siang pada Minggu (21/4). Namun, kabar pertemuan itu bocor. Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, menggelar konferensi pers sehari sebelumnya (20/4), dan menyebut soal rencana Luhut bertemu Prabowo.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi bereaksi keras. Mereka menolak pertemuan itu. Alhasil, rencana makan siang kedua sahabat lama itu buyar karena bising orang-orang di sekeliling Prabowo.
“Pak Luhut bilang, situasi kok jadi lain. Kalau pertemuan itu disorot media kan jadi formal. Ada beban-beban lain. Ada orang lain yang bilang, jangan (bertemu),” ujar Atmadji kepada kumparan di kawasan MH Thamrin, Kamis (25/4).
Atmadji sudah kenal Luhut sejak menterinya itu masih aktif di kemiliteran. Pertama kali kenal, Luhut berpangkat mayor dan menjabat Komandan Detasemen Khusus 81 Penanggulangan Teror Kopassus.
Menurut Atmadji, Luhut dan Prabowo rutin bertemu tiap sebulan, dua bulan, atau empat bulan sekali sejak sekitar tahun 2000. Mereka biasa santap siang di Sumire, restoran Jepang di Grand Hyatt Jakarta.
Bekal kedekatan personal inilah yang dipakai Luhut untuk mencoba bertemu Prabowo lagi. Namun ia tak suka kehangatan pertemanannya dengan Prabowo diganggu. Maka alih-alih bertemu di tempat yang semula dijadwalkan, keduanya kembali saling bertelepon untuk mengubah lokasi pertemuan agar tak tercium media.
“Jangan di Sumire deh, Bang. Banyak orang,” ujar Prabowo.
“Sudah, ketemu di Hotel Dharmawangsa saja,” jawab Luhut.
Tapi, lagi-lagi rencana makan siang mereka itu gagal. Banyak wartawan menyemut di Sumire maupun Hotel Dharmawangsa. Tambahan, pernyataan dari sejumlah anggota BPN Prabowo-Sandi yang menolak pertemuan itu membuat suasana kian riuh.
Prabowo dan Luhut pun sepakat menunda pertemuan.
“Sudah, nanti saja deh. Makan-makan kalau sudah tenang,” kata Luhut kepada Prabowo seperti ditirukan Atmadji.
Melalui akun Facebook-nya, Luhut menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Prabowo yang mestinya digelar Minggu (21/4), semula diundur menjadi pukul 14.00 WIB. Namun, ia dikabari ajudan Prabowo untuk menunda lagi menjadi pukul 17.00 WIB. Akhirnya, Prabowo meminta pertemuan dijadwal ulang karena merasa tak sehat.
Luhut tak menyanggah tujuan rencana pertemuan itu untuk mendinginkan suasana. Sebagai senior dan kawan lama, ia ingin mengingatkan Prabowo soal bagaimana seharusnya menyikapi Pilpres 2019. Mantan Menko Polhukam itu juga ingin mengajak Prabowo berpikir rasional soal hasil pilpres.
Luhut yakin, Prabowo adalah orang konsisten dan rasional. Ia memegang teguh idealisme, patriotisme, dan beritikad baik untuk negara.
“Saya tidak yakin Pak Prabowo akan merusak demokrasi kita. Beliau bukan tipe orang seperti itu,” kata Luhut.
Pertemuan tersebut, menurut Atmadji, bukan hendak membicarakan soal tawar-menawar jabatan terkait koalisi. Ia menegaskan, Prabowo tak mengincar jabatan.
Rencana pertemuan Luhut dan Prabowo kali ini tak semulus pada 2014. Lima tahun lalu, Luhut mengemban tugas yang sama dari Jokowi. Musababnya juga serupa, yakni sikap Prabowo yang tak mau menerima kemenangan Jokowi setelah hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menempatkan Jokowi-Jusuf Kalla di posisi pemenang.
Jadi, ketika itu, Luhut mengajak Prabowo makan siang di Sumire. Di situ, ia menyarankan agar Prabowo menerima hasil quick count.
“Saat makan siang, tadinya masih marah-marah, kemudian jadi ketawa-ketawa. Pak Luhut bilang, ‘Ya sudahlah, kalau hasilnya begitu, kan masih bisa ajukan ke MK. Enggak usah marah-marah begitu, buang-buang energi,’” ujar Atmaji menirukan ucapan Luhut kepada Prabowo.
Tapi situasi pada Pilpres 2019 ini berbeda. Lingkaran yang mengelilingi Prabowo semakin banyak, sehingga upaya Luhut bertemu Prabowo tak lagi mudah.
“Dulu di sekelilingnya enggak banyak orang. Makanya Pak Luhut kan bilang, ‘Saya ingin mengimbau para senior dan orang-orang itu, jangan berikan informasi salah,’” tutur Atmaji.
“Biarkanlah beliau mendapat informasi yang berimbang sehingga bisa membuat keputusan dengan input data yang benar. Tidak elok kalau kita membohongi atasan dengan informasi yang salah,” tulis Luhut.
Saat ini, meski belum bisa bertemu Prabowo, Luhut tak terburu-buru. Ia berjanji akan kembali menelepon Prabowo.
Sumber kumparan di BPN Prabowo-Sandi menyebutkan, ada sejumlah tokoh yang menolak keras pertemuan Luhut dan Prabowo. Mereka misalnya Ketua BPN Djoko Santoso, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, politikus senior Gerindra Rachmawati Soekarnoputri, hingga para ulama di Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama serta Alumni 212 yang belakangan setia mendampingi Prabowo.
Mereka meminta Prabowo tidak bertemu Luhut. Ketika diminta konfirmasi, Djoko Santoso menolak berkomentar. Begitu pula Amien Rais dan Rachmawati. Pertanyaan ke Hashim Djojohadikusum osoal rencana pertemuan juga tak direspons.
Selain itu, BPN Prabowo-Sandi membantah pernyataan Luhut bahwa Prabowo bersedia bertemu. Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan tak paham dengan tujuan rekonsiliasi itu.
Menurutnya, Jokowi dan Prabowo bukan berkonflik, melainkan berkompetisi. Dan karena mereka masih berkompetisi, maka tak perlu rekonsiliasi. Pertemuan, ujar Dahnil, mestinya dilakukan usai penetapan hasil perhitungan resmi KPU.
“Kompetisi belum selesai... Jadi justru orang-orang yang menggunakan narasi rekonsiliasi adalah pihak yang berlebihan melihat proses demokrasi,” ujar Dahnil di Kertanegara, Jumat (26/4).
Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak mengatakan, Prabowo sudah menolak menemui Luhut sejak awal. Seluruh kelompok pendukung di BPN Prabowo-Sandi juga menentang pertemuan tersebut, baik faksi ulama maupun partai politik koalisi Prabowo.
Menurutnya, arah pertemuan itu sudah jelas: meminta Prabowo menerima hasil hitung cepat dan tak melakukan berbagai aksi.
“Mana mungkin ada kesejukan di suasana yang membara ini. Bohong dan semu. Bagaimana akan terjadi perdamaian dan islah kalau kedua pihak sama-sama tidak mau mengerti kesalahannya,” tutur Martak, Senin (29/4).
Meski begitu, Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandi Eddy Soeparno yakin Prabowo pada akhirnya akan bertemu Luhut , meski tidak sekarang. Sebab, menurutnya, saat ini Prabowo masih fokus mengawal rekapitulasi suara C1 serta berbagai kecurangan yang muncul.
“Lagi pula, kami juga tidak mau mematahkan semangat teman-teman di bawah. Kalau ada rekonsiliasi, pertemuan, nanti mereka bilang game over,” kata Eddy.
Seperti apa sesungguhnya hubungan Luhut dan Prabowo? Bagaimana awal perkenalan dan kedekatan mereka? Simak selengkapnya pada artikel berikut.