Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mendengar Harapan Suster Katolik untuk Paus Baru Jelang Konklaf
6 Mei 2025 18:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Meski tidak punya hak suara dalam pemilihan paus di konklaf, tapi hampir 900 suster Katolik dari berbagai ordo berkumpul di Roma pada Senin (5/5) untuk memetakan arah ke depan. Mereka mengungkapkan harapan terhadap perkembangan gereja di bawah kepemimpinan paus berikutnya.
ADVERTISEMENT
Para suster berkumpul untuk menghadiri majelis pleno Persatuan Internasional Para Superior Jenderal. Secara kebetulan, majelis pleno ini akan dibuka pada Rabu (7/5), hari yang sama dengan konklaf.
Presiden kelompok induk pemimpin ordo religius wanita, Suster Mary Barron, mengajak kepala biara dan lebih dari 650 ribu suster di seluruh dunia berdoa supaya para kardinal membuat keputusan yang tepat dan merefleksikan cara untuk meneruskan misi Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu.
"Kita harus waspada dalam melakukan bagian kita untuk menjaga nyala pembaruan gereja," katanya kepada majelis para suster, dikutip dari AP, Selasa (6/5).
Di antara mereka yang hadir ada Suster Nathalie Becquart yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai wakil sekretaris wanita pertama di Sinode Uskup Vatikan pada 2021. Banyak yang menilai penunjukannya, serta penunjukan Suster Raffaella Petrini sebagai pejabat tinggi Vatikan, sebagai tanda bahwa hierarki gereja Katolik yang kaku dan dinominasi laki-laki akhirnya memungkinkan perempuan memikul tanggung jawab mengambil keputusan tingkat tinggi.
ADVERTISEMENT
Suster Delphine Kalisha dari Sisters of Mercy in Zambia berharap paus baru dapat melanjutkan promosi para suster di posisi kepemimpinan.
"Itu memberi harapan bagi kami, para wanita, di gereja," kata Suster Kalisha.
Sementara Suster Becquart mengungkapkan para suster ingin didengarkan dengan lebih baik dan lebih dihargai seperti yang lain.
"Mungkin kamu adalah kardinal atau suster muda, kami semua sama-sama dipanggil menjadi protagonis untuk menjalankan misi gereja," katanya.
Ordo-ordo dalam majelis itu terlibat dalam berbagai pelayanan seperti pendidikan dan kesehatan. Superior jenderal dari Argentina hingga Zambia mengatakan itu adalah peran penting gereja di garis depan pekerjaan sosial gereja, seperti yang ditekankan Paus Fransiskus.
Melanjutkan Misi Paus Fransiskus bahwa Gereja Merangkul Semua
Sementara itu, Suster Barron mendesak suster lainnya untuk melanjutkan visi Paus Fransiskus tentang gereja yang mendengarkan semua umat dengan berani memimpikan masa depan yang merefleksikan kasih Tuhan yang tak terbatas.
ADVERTISEMENT
"Jalan kita ke depan mungkin tidak jelas atau konvensional, tapi jalan itu diterangi harapan," kata Suster Barron, mengutip penyair Emily Dickinson dan Maya Angelou.
Dia mengajak para suster memenuhi kebutuhan kaum yang paling terpinggirkan di dunia. Topik yang dibahas dalam sesi kerja pertama adalah perang, imigran dan perdagangan manusia, perubahan iklim, dan ketimpangan ekonomi.
Sejumlah suster juga berharap paus selanjutnya meneruskan peninggalan Paus Fransiskus yang menjangkau kaum terpinggirkan, baik yang ada di Vatikan maupun di daerah perbatasan yang miskin
"Tujuannya adalah membawa Injil ke dalam fakta-fakta konkret di kehidupan sehari-hari," kata Suster Graciela Trivilino dari Argentina yang juga kepala Suster Fransiskan Bonlanden, yang membimbing orang-orang yang kecanduan selama bertahun-tahun.
"Kita semua berada di iklim yang penuh tantangan. Mari terus berharap bahwa hidup beragama dapat menjadi sesuatu yang menarik orang-orang justru melalui cara kita bekerja, dengan kehadiran kita," kata Suster Maria Agnese Ciarrocco dari Sisilia.
ADVERTISEMENT
Para suster yang datang dari Afrika juga mengungkapkan kekhawatirannya karena berkurangnya jumlah orang beriman di sana. Padahal, Afrika dikenal karena iman Katoliknya yang kuat.
"Bahkan kehadiran kami saja merupakan kesaksian yang sangat dibutuhkan orang-orang," kata Suster Theodosia Baki dari Ordo Suster-suster Tersier Santo Fransiskus di Kamerun. Ordo itu fokus pada pendidikan perempuan, perawatan kesehatan dan pengungsi di 5 negara Afrika.
Suster Barron mengatakan meski banyak tantangan, termasuk masalah mendapatkan visa untuk kerja misionaris, kontribusi para suster sangat dibutuhkan.
"Saya rasa saat ini di gereja dan dunia ada banyak kesempatan bagi hidup berbakti untuk membuat perbedaan," katanya.
Menanti Pempimpin Baru Umat Katolik