Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Friedrich Silaban, Arsitek Kristen yang Rancang Masjid Istiqlal
5 September 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar sempat memperkenalkan arsitek masjid tersebut ke Paus Fransiskus. Dia adalah Friedrich Silaban.
ADVERTISEMENT
"Arsitek masjid Istiqlal Mr. Friedrich Silaban, seorang warga negara Indonesia, saudara kita dari umat Christiani, membangun masjid ini dengan visi besar untuk menciptakan harmoni kehidupan bangsa Indonesia dan juga dunia," kata Nasaruddin di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9).
Di Istiqlal juga terdapat terowongan silaturahmi yang melambangkan keberagaman dan toleransi.
Lantas, seperti apa profil sang arsitek?
Silaban adalah seorang Protestan sekaligus anak pendeta dari Sumatera Utara. Silaban lolos pada sayembara 'Rancang Bangun Masjid Istiqlal' yang diikuti oleh 30 peserta.
Dewan Juri sayembara terdiri dari para arsitek dan ulama terkenal yang diketuai oleh Presiden Sukarno. Ia menang dengan rancangannya yang bertajuk Sandi Ketuhanan. Desainnya itu kemudian menghiasi menara utama masjid.
Pembangunan Masjid Istiqlal telah melalui perjalanan panjang, hingga akhirnya masjid nasional ini menjadi salah satu ikon Islam Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdiri di antara dua kanal Kali Ciliwung, masjid ini merupakan salah satu proyek raksasa pemerintahan Soekarno setelah Proyek Monas dan Istana Negara. Dalam bahasa Arab, nama 'Istiqlal' memiliki arti kemerdekaan.
Tempat Masjid Istiqlal berdiri awalnya merupakan kawasan taman Wilhemina Park, di mana banyak berdiri monumen peninggalan Belanda dan penaklukan Aceh. Monumen-monumen itu akhirnya dirobohkan demi pembangunan masjid.
Friedrich Silaban lahir pada 16 Desember 1912 dan meninggal pada 14 Mei 1984.
Setelah menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academie van Bouwkunst [nl] Amsterdam, Belanda pada tahun 1950.
Ia kemudian bekerja menjadi pegawai Kotapraja Batavia, Opster Zeni AD Belanda, Kepala Zenie di Pontianak Kalimantan Barat (1937) dan sebagai Kepala DPU Kotapraja Bogor hingga 1965.
ADVERTISEMENT
Friedrich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Pada April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars.
Ia merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada Konferensi Nasional di Jakarta, yakni pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) di mana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana".