Panti Asuhan 'Ajaib' Pilot Budi

16 Januari 2017 13:54 WIB
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Panti Asuhan Roslin. (Foto: Dokumen pribadi Budi Soehardi)
Kompleks bangunan seluas 1,1 hektare itu berdiri kokoh bernaung langit biru cerah. Untuk menuju ke sana, hanya berjarak 10 menit dari Bandara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Total ada tujuh gedung yang terpancang di atas lahan itu.
ADVERTISEMENT
Itulah Panti Asuhan Roslin yang didirikan dan dikelola oleh Budi Soehardi, mantan pilot Singapore Airlines, sejak 1999.
“Tuhan kasih saya pekerjaan yang bagus. Gaji saya semuanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan kebutuhan panti,” kata Budi.
Maka dalam bangunan berdinding krem-kelabu itu, 138 anak dengan rentang umur 8 bulan sampai 28 tahun, hidup bersama setiap hari. Bisa dibayangkan betapa ramainya.
Gedung sekolah Panti Asuhan Roslin. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Roslin bukan panti asuhan biasa. Anak-anak di dalamnya bukan cuma memperoleh perawatan dan tempat tinggal, tapi juga pendidikan yang layak.
Budi mengupayakan semua anak asuhnya dapat menuntut ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. Ia punya prinsip tegas soal edukasi.
“Pemberian yang terbaik adalah pendidikan. Bukan gadget, bukan wealth, bukan lux. Kalau anak-anak itu dikasih pendidikan, mereka bisa melakukan apa saja dan berkontribusi ke mana aja,” ujar Budi saat berbincang dengan kumparan di La Moda, Plaza Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kini, dua anak asuh Budi di Panti Asuhan Roslin telah meraih gelar sarjana. Mereka ialah Gerson Mangi dan Sonya Ivoni Tanono. Gerson lulus dari jurusan kedokteran umum, sedangkan Voni lulusan ilmu komputer. Keduanya diwisuda akhir 2016 lalu.
Budi Soehardi dan Gerson Mangi. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
“Dalam tiga-empat bulan ke depan, 3 anak akan lulus kuliah juga. Mereka jurusan teknik mesin, pertanian, dan keperawatan gigi,” kata Budi, bahagia.
Setelah anak-anak asuhnya lulus kuliah, Budi menganjurkan agar mereka kembali ke daerah asal masing-masing untuk berkarya dan membangun masyarakat setempat.
Peggy Soehardi dan Sonya Ivoni Tanono. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
“Saya enggak menuntut mereka untuk membantu Panti sama sekali. Mereka enggak perlu bayar apa-apa ke Panti. Tapi saya menuntut mereka untuk bisa berkarya di mana saja. Kalau nanti mereka menjadi orang mampu, mereka harus mau membantu paling tidak satu orang di mana saja,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
“Kami memberdayakan anak-anak terlantar, mengedukasi mereka melalui pendidikan dan cinta kasih layaknya sebuah keluarga, agar mereka menjadi agen-agen perubahan di masyarakat. Itu saja, simpel,” imbuh Budi.
Anak-anak Panti Asuhan Roslin saat makan. (Foto: Dokumen pribadi Budi Soehardi)
Panti Asuhan Roslin membawa Budi Soehardi meraih penghargaan CNN Heroes 2009. Ia menjadi satu-satunya warga negara Indonesia yang mendapat titel pahlawan dari CNN sejak ajang tahunan berskala nasional itu digelar sejak 2007.
Tak heran, sebab Roslin begitu luar biasa. Bukan cuma lulusan sarjana yang dihasilkan panti asuhan itu, tapi juga beras dan sayuran.
Panti Asuhan Roslin swasembada sayuran. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
“Kami swasembada beras dari tahun 2008 sampai 8 bulan yang lalu,” kata Budi.
Tak heran, sebab tanah seluas 100 hektare lebih di sekeliling Panti Asuhan Roslin dimanfaatkan sebagai kebun, sawah, ladang, dan lahan produktif lainnya.
ADVERTISEMENT
Padahal semula tanah itu tandus dan kering, namun “disulap” menjadi lahan produktif.
Anak-anak Roslin menunjukkan hasil panen mereka. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
“Waktu kami swasembada beras, setiap tahun dalam empat tahun kemarin, panti asuhan kami bisa berbagi. Memberi beras yang kami tanam sendiri ke gereja, ke orang lain, ke sekolah-sekolah. 12 sampai 14 kali dalam setahun. Kami bantu orang luar,” cerita Budi.
Panti Roslin, menurut Budi, hanya satu contoh kecil yang menunjukkan bahwa daerah miskin dan kering bisa melakukan swasembada pangan --tanpa bantuan pemerintah.
“Apalagi kalau dibantu pemerintah, tentu saya bisa bekerja lebih banyak lagi,” ujar Budi.
Ia mengatakan, sesungguhnya masih banyak lahan tidur ideal di Kupang yang bisa dimanfaatkan untuk cocok tanam produktif.
Anak-anak Panti Asuhan Roslin bercocok tanam. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)
Panti Asuhan Roslin berdiri dari niat awal Budi dan Peggy Soehardi menampung anak-anak korban konflik Timor Timur yang mengungsi ke Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Panti itu kemudian berkembang. Tak hanya menampung anak korban konflik Timor Timur, namun juga anak-anak yatim piatu dan miskin yang terlantar di sekitar NTT.
“Ada yang dari Pulau Timor, Rote, Lembata, Flores, Alor, Sumba. Ada juga satu anak dari Makassar, tapi sebentar lagi sudah selesai sekolahnya dan akan pergi,” kata Budi.
Pendidikan dan kemandirian (swasembada) adalah prinsip hidup yang ditanamkan Budi kepada anak-anak asuhnya.
To be self-sufficient. Kami tidak mau anak-anak to be granted --dapat semua hanya terima. Kami mengajarkan mereka untuk berusaha sebaik mungkin, untuk bekerja. Kami beri alatnya, yaitu pendidikan dan vocational training,” ujar pilot kawakan itu.
Dengan upaya keras, tak ada yang tak mungkin dilakukan di bawah langit.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya kisah Budi dan Panti Asuhan Roslin:
Gerson, Budi, dan anak-anak Panti Asuhan Roslin. (Foto: Dokumentasi pribadi Budi Soehardi)