Polemik Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar di Pabrik Tahu Sidoarjo

20 November 2019 5:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi industri tahu.  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi industri tahu. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan sampah plastik impor asal Amerika Serikat (AS) sebagai bahan bakar pabrik tahu di Sidoarjo, Jawa Timur, mengundang polemik.
ADVERTISEMENT
Tak hanya satu, setidaknya ada 30 pabrik tahu yang menggunakan bahan bakar sampah plastik.
Kondisi tersebut diberitakan New York Times pada Minggu (17/11). Asap dan abu dari sampah plastik impor yang dibakar disebut bisa menimbulkan racun terhadap tahu yang diproduksi.
Aliansi kelompok pegiat lingkungan hidup Indonesia dan asing melakukan kajian terhadap telur ayam yang ada di sana. Telur ayam ditemukan mengandung racun, seperti dioksin yang dikenal dapat menyebabkan penyakit kanker, parkinson, hingga cacat saat lahir.
Karnawi, warga yang tinggal di dekat tujuh pabrik tahu di Sidoarjo, mengungkapkan para pekerja mulai membakar sampah plastik dan kertas dari pagi buta hingga malam.
"Ini terjadi setiap hari, dengan asap itu selalu berada di udara. Saya jadi tidak bisa bernapas," ucap pria berusia 84 tahun itu.
Ilustrasi pekerja memotong tahu. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Pemprov Jawa Timur angkat bicara terkait kondisi di tempat produksi tahu rumahan di Desa Tropodo, Krian, Sidoarjo, itu. Mereka menilai penggunaan bahan bakar sampah plastik tidak berbahaya bagi produksi tahu.
ADVERTISEMENT
“Memang karena faktor ekonomi, sehingga masyarakat lebih memilih sampah plastik. Tapi sebenarnya itu tidak langsung ke makanan, hanya diambil uapnya untuk pemanas, sehingga tidak berbahaya. Tapi masalah ini akan kami tindak lanjuti untuk mencari jalan keluar," terang Kabid Industri Non-Agro Disperindag Jatim, Bagas Yulistyia, Senin (18/11).
Dia mengatakan, penggunaan sampah plastik tersebut dipicu kondisi ekonomi produsen tahu. Sebab, sampah plastik terbilang lebih murah dan mudah didapatkan dibandingkan bahan bakar lainnya seperti kayu.
Kendati demikian, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong para produsen tahu mengganti bahan bakar sampah plastik tersebut. Dia menyebut ada sejumlah pilihan bahan bakar dapat digunakan.
Di antaranya adalah wood pallete dan gas baik PGN, CNG, atau LPG. Ia menyatakan, rencana penggantian bahan bakar itu sudah didiskusikan dengan Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah.
ADVERTISEMENT
“Maka kita ingin mencoba memediasi bagaimana para pelaku IKM tahu di Tropodo itu siap-siap mengkonversi bahan bakar yang sementara ini dari plastik itu dikonversi. Satu opsinya adalah wood pallete. Paling memungkinkan dan paling terjangkau itu wood pallete, menurut hitungan Pak Bupati (Sidoarjo),” jelas Khofifah di acara peringatan hari pangan di JX Internasional, Selasa (19/11).
Sampah plastik yang digunakan untuk bahan bakar pengolahan produksi tahu di Sidoarjo. Foto: Dok. Istimewa
Aksi memprotes penggunaan sampah plastik oleh pabrik tahu di Sidoarjo pun dilakukan sejumlah aktivis. Aktivis Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menggelar demonstrasi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (19/11) siang.
Mereka mendesak Khofifah memberi atensi khusus. Direktur Ecoton Indonesia, Prigi Arisandi, menilai penggunaan bahan bakar sampah plastik untuk memproduksi tahu mengandung racun kimia dioksin.
ADVERTISEMENT
"Dioksin ini adalah indikator kalau ada bagian Jawa Timur yang rusak karena aktivitas pembakaran plastik puluhan tahun," ucap Prigi di lokasi.
Prigi juga menantang Khofifah melakukan kajian terhadap telur-telur di Jatim. Telur ayam di Jatim diduga terkontaminasi dioksin dari ampas tahu. Musababnya, ayam-ayam yang ada di sana diberikan makanan ampas tahu.