Potret Memprihatinkan Sekolah Reyot di Simeulue Aceh

4 Mei 2017 10:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SDN 12 Teupah Barat (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Potret bangunan sekolah SDN 12 Teupah Barat Kabupaten Simeulue, Aceh ini sangat memprihatinkan. Bahkan, kondisinya jauh dari kata layak. Dilirik dari kejauhan, terlihat jelas beberapa atap di kelas yang bocor, banyak jendela-jendela yang bolong di ruang kelas tanpa ditutupi tirai, dan begitu banyak coretan yang terlihat di dinding kelas.
ADVERTISEMENT
Diski Syahputra salah satu siswa sekolah tersebut bercerita kepada kumparan (kumparan.com), ia mengatakan akibat atap ruang kelas yang bocor, jika hujan turun, proses belajar-mengajar tetap dilakukan. Namun seluruh meja dan kursi berpindah dari tempat semula untuk mencari titik-titik yang tidak mengalami kebocoran.
“Sering hujan, atapnya bocor. Kami tetap belajar. Hujannya ya turun aja. Kami minggir ke samping. Udah sering begitu,” ujar Diski di SDN 12 Teupah Barat, Simeulue, Aceh, Rabu (3/5).
Selain bocor, atap ruang kelas sudah terlihat keropos. Hal ini tentunya membahayakan nyawa para guru dan siswa saat melakukan proses belajar mengajar di dalam ruang kelas. Tidak hanya itu, kondisi toiletnya pun rusak parah. Ada 3 toilet yang disediakan oleh pihak sekolah, dua tidak berfungsi, dan satu lagi berfungsi namun kondisinya tidak layak dan tidak memenuhi standar sanitasi.
ADVERTISEMENT
Lemari di salah satu keas SDN 7 Teupah Barat (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Sekolah yang terletak sekitar 60 km dari pusat kota Simeulue Aceh ini, hanya memiliki 30 siswa dan 15 orang tenaga pengajar. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1982 ini pun hanya memiliki 5 ruang kelas. Karena tidak mencukupi, dengan terpaksa satu ruangan digunakan untuk dua kelas.
Kursi dan mejanya pun cukup memprihatinkan. Sebagian meja bolong, untuk menutupi itu pihak sekolah menempelinya dengan beberapa kayu lagi. Begitu pun dengan kursi yang diduduki para siswa, sebagian tidak memiliki sandaran, bahkan sebagian kursi sudah reyot, tidak layak untuk diduduki, dan jumlahnya pun tidak mencukupi. Lemari pada ruang kelasnya pun begitu, tidak dapat difungsikan, melainkan hanya sebagai pelengkap saja.
Biasanya sebuah ruang kelas dihiasi lambang negara dan presiden beserta wakilnya. Namun, di sekolah ini tidak terlihat ada poster yang tertempel di dinding kelas. Beberapa tembok kelas dipenuhi lumut dan coretan, bahkan warna dinding catnya kusam.
ADVERTISEMENT
Plafon SDN 7 Teupah Barat yang sering bocor (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Fasilitas di ruang kelas untuk penunjang sarana belajar juga tidak mendukung. Papan tulis yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar juga cukup memprihatinkan, sebagian papan tulis diletakkan di lantai tanpa ada penopangnya, hal ini tentunya sangat mengganggu pembelajaran para siswa di kelas.
Selain itu, perpustakaan sekolah ini pun sangat tidak layak. Di dalam ruang perpustakaan tersebut, hanya terlihat sebuah rak yang tergeletak bersama buku yang bertebaran dilantai yang telah dipenuhi oleh pasir. Betapa mengharukan. Karena mereka tidak bisa melihat dunia melalui buku, seperti kata pepatah.
Bahkan mes yang seharusnya menjadi tempat tinggal para guru pun tidak dapat dipergunakan, karena kondisinya yang sangat tidak layak untuk ditinggali. Atapnya bocor, jendelanya bolong, dan kotor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu untuk mengakses internet, Kepala Sekolah, Risdiwan, mengaku harus menempuh 30 km perjalanan dari sekolah menuju kota Sinabang, Simeulue Aceh. Hal itu tentunya membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang lebih.
“Data sekolah ini kan harus online, untuk akses internet kita harus ke kota Sinabang, jarak dari sini ke sana itu 30 km. Karena di sini sinyalnya susah. Begitu kan perlu biaya, itu kan menguras tenaga dan pikiran,” ujar Risdiwan.
Plafon yang rusak di SDN 7 Teupah Barat (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Risdiwan mengaku uluran tangan dari Bank BRI sebesar Rp 100 juta untuk mendukung pembangunan sekolah menjadi semangat baru untuk para guru dan siswanya. Ia mengatakan ini sebagai sebuah rezeki, dan rahmat dari Tuhan untuk membangun sekolahnya menjadi lebih baik. Sebelumnya pihak sekolah pernah mengajukan permintaan ke dinas pendidikan untuk membantu pembangunan sekolah tersebut, namun hingga kini belum juga ada respons.
ADVERTISEMENT
“Ini rezeki rahmat dari Tuhan. Mudah-mudahan dengan kedatangan BRI peduli dapat mengubah baik itu fisik sarana penunjang dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat untuk anak-anak kita di sini. Kami sangat berterima kasih. Kami sangat terharu. Bantuan dari dinas pendidikan mohon maaf kita belum ada, cuma iPad saat itu, ” katanya.
Meski kondisi sekolah tersebut jauh dari kata layak, semangat belajar siswa dan semangat guru dalam mengajar tidak pernah padam.
Murid-murid di SDN 12 Teupah Barat (Foto: Ridho Robby/kumparan)