Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jabat tangan dan tawa antara Prabowo Subianto dengan Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR asal NasDem, berakhir dengan bisik-bisik. Riri, sapaan Lestari, baru saja melontarkan ajakan pada Prabowo untuk bertemu ketua umumnya, Surya Paloh.
Jumat itu (11/10), Riri bersama pimpinan MPR lainnya tengah bertandang ke rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, untuk menyampaikan undangan pelantikan Jokowi sebagai presiden.
Mendengar ajakan Riri menemui Paloh, Prabowo menyambut. Ia berbisik, “Aku panggil Surya itu Bewok. Kapan (bisa) ketemu?”
Tawa lantas mengalir mengingat penampilan Surya Paloh yang memang tak pernah lepas dari berewok.
Percakapan antara Prabowo dan Riri itu diceritakan sumber di lingkaran Prabowo kepada kumparan. Riri sendiri tak merespons saat dihubungi.
Paraban Bewok dari Prabowo untuk Paloh bukan untuk mengejek, melainkan romantika demi mencairkan ketegangan politik. Apalagi Prabowo dan Paloh sudah saling kenal sejak Orde Baru. Ketika itu, Prabowo adalah perwira militer yang tertarik dengan politik, sedangkan Paloh sudah malang melintang di Golkar.
Kini, pasca-Pilpres 2019, niat Prabowo membawa Gerindra merapat ke pemerintahan sempat ditolak partai koalisi Jokowi, termasuk NasDem yang dipimpin Paloh.
Padahal, isyarat bergabungnya Gerindra ke barisan Jokowi tidaklah baru. Sejumlah pertanda sudah mulai dilontarkan sejak Prabowo bertemu Jokowi sambil menjajal MRT dari Stasiun Lebak Bulus ke Senayan pada Sabtu (13/7).
Saat itu, baru PDIP satu-satunya partai koalisi pemerintah yang membuka pintu untuk Gerindra. Sementara NasDem pimpinan Surya Paloh justru merespons “main mata” Jokowi dan Prabowo dengan menggelar pertemuan partai koalisi tanpa mengajak PDIP, Senin (22/7).
Paloh berturut-turut bertemu Ketua Umum Golkar, PKB, dan PPP. Mereka rupanya hendak “unjuk kekuatan” guna menandingi niat Prabowo bertamu ke rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dua hari berikutnya, Rabu (24/7).
Itu sebabnya ketika Prabowo mendengar peluang untuk bertemu Paloh dari Riri, ia menyambutnya. Ia perlu mencairkan hubungan dengan Partai NasDem, Golkar, PKB, dan PPP.
Pertemuan lantas digelar di rumah Surya Paloh, Permata Hijau, Jakarta Selatan, Minggu (13/10). Berikutnya, Prabowo menyambung lawatan berturut-turut ke Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada Senin (14/10) dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto pada Selasa (15/10).
Prabowo bersilaturahmi sana-sini jelas bukan tanpa tujuan. Ia boleh kalah dalam pilpres, tapi tetap punya target. Sasarannya adalah kursi menteri.
Menurut mantan pasangan Prabowo dalam Pilpres 2019, Sandiaga Uno, semula Gerindra menarget menteri di bidang ekonomi. Namun sasaran itu kemudian bergeser ke pos Menteri Pertahanan untuk Prabowo.
Musababnya, kondisi Papua yang memanas pasca-insiden di asrama mahasiswa Papua Surabaya pada 16 Agustus membetot perhatian Prabowo, yang kemudian lantas membuat berbagai analisis atas persoalan itu.
“Kasus Papua jadi concern kita bersama. Kalau negara ini terus terpecah-belah, maka harus ada simbol persatuan. Dan simbol persatuan yang paling strategis itu ya Pak Prabowo ,” ucap Sandiaga di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10).
Walau munculnya nama Prabowo di bursa calon menteri membuat nyaman partai-partai koalisi Jokowi, terbukti ia dilirik oleh Jokowi. Senin (21/10), Prabowo masuk antrean calon menteri yang dipanggil ke Istana. Ia pun menyatakan terbuka kepada wartawan bahwa ia diminta membantu presiden di sektor pertahanan.
Padahal, menurut sumber kumparan, beberapa nama lain sebelumnya sudah ditaruh di pos pertahanan. Salah satunya mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko. Namun karena Prabowo masuk, Moeldoko dikembalikan ke jabatannya semula selaku Kepala Staf Presiden.
Kemunculan Prabowo sang seteru Jokowi di kabinet tak pelak mengecewakan partai koalisi dan para relawan. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa.
“Sebagai partai koalisi, sebagai yang berjuang bareng-bareng, walaupun sedikit kecewa ya harus kita terima untuk mendukung Pak Jokowi dan apa pun keputusan yang diambil,” kata kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, Jumat (25/10).
Dua sumber pejabat pemerintahan mengatakan, Jokowi punya banyak alasan untuk memilih Prabowo dan tak cemas dianggap “memelihara anak macan.”
Pertama, Prabowo tak lagi punya keistimewaan seperti saat menjadi perwira aktif cum mantu Presiden Soeharto. Kedua, ia tak akrab dengan perwira TNI yang saat ini memegang posisi kunci.
Ketiga, sejumlah senior Prabowo di ketentaraan “dipasang” di kabinet sebagai pengunci. Sebut saja Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Agama Fachrul Razi yang yang merekomendasikan pemecatan Prabowo dari militer dalam kasus penculikan aktivis pada 1998.
Jokowi pun telah membuat jaring pengaman untuk mengatur kinerja menteri kabinet. Ia sejak awal menegaskan, tidak (boleh) ada visi menteri; yang ada adalah visi presiden.
Jokowi juga bakal menerbitkan peraturan presiden yang memungkinkan Menko untuk menganulir kebijakan menteri di lingkup koordinasinya. Maka, Menkopolhukam Mahfud MD bisa saja memveto kebijakan Prabowo selaku Menhan.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menyebut salah satu spekulasi hadirnya Prabowo dalam kabinet adalah sebagai poros baru penyeimbang koalisi pemerintah. Prabowo membuat Jokowi dapat memperkuat daya tawarnya ketika berhadapan dengan partai koalisinya sendiri.
“Ini upaya Jokowi membangun poros baru atau memperluas jaringan politik sehingga bargaining position-nya naik di atas,” kata Yunarto.
Babak baru bergulir. Mantan seteru itu kini menjadi resmi bergabung dalam barisan sekutu Jokowi.
_________________
Simak Liputan Khusus kumparan: Prabowo, Sekutu Baru Jokowi