Prabowo Unggul di Quick Count, Mardiono Sindir soal Sujud Syukur

14 Februari 2024 18:11 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono memberikan sambutan dalam kegiatan malam bersama Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, di kediaman wali kota, Makassar, Jumat (26/1/2024) malam. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono memberikan sambutan dalam kegiatan malam bersama Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, di kediaman wali kota, Makassar, Jumat (26/1/2024) malam. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Quick count atau hasil hitung cepat yang digelar sejumlah lembaga di Pilpres 2024 masih berlangsung hingga saat ini. Meski paslon yang ia usung, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, saat ini berada di posisi buncit, namun Plt Ketum PPP, Muhamad Mardiono, tak masalah dengan itu.
ADVERTISEMENT
"Kita juga punya pengalaman mulai dari Pemilu 2014 sampai Pemilu 2019, di mana ada pasangan yang melakukan sujud syukur dan syukuran, menyatakan kemenangannya, dan kemudian pada akhirnya itu kalah," kata Mardiono di Jakarta, Rabu (12/2).
Pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 lalu, sebelum KPU mengumumkan hasil akhirnya, Prabowo Subianto sempat mendeklarasikan kemenangan dan melakukan sujud syukur. Namun ternyata, di kedua pemilu itu, Prabowo kalah dari Jokowi.
Kini, Prabowo kembali maju di pilpres dengan menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Berdasarkan hasil quick count sementara, pasangan ini unggul telak di angka 50-an bahkan 60-an persen.
Capres-Cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD usai memberikan keterangan pers di Rumah Pemenangan TPN, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Jangan sampai ini kemudian membuat rakyat kita yang sedang melakukan pesta demokrasi itu dicederai oleh kecemasan. Jadi biarlah pesta demokrasi dinikmati oleh rakyat secara natural, rakyat yang sedang berdaulat menggunakan senjata kekuasaan tiap sekali itu betul-betul bisa ia nikmati," ucap Mardiono.
ADVERTISEMENT
Ia meminta, dalam pemilu ini, biarlah rakyat yang berdaulat dan menjalankan demokrasi. Sebab dalam demokrasi, rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi.
"Selanjutnya, jika kemudian ada unsur pembentukan opini, itu telah terdesain sebuah kecurangan, misalnya untuk melegitimasi desain-desain rencana kecurangan itu, tidak kalah penting kita menyoroti bahwa dalam pemilu ada mekanisme yang sesungguhnya [harusnya] transparan," pungkas Mardiono.