Sandiaga: Prabowo Tak Mau Memaksakan Kehendak

30 Juli 2018 12:53 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan SBY dan Prabowo Subianto di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan SBY dan Prabowo Subianto di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Akhir Juli tampaknya jadi berkah buat Gerindra. Setelah Demokrat merapat, nama Prabowo Subianto masuk daftar calon pemimpin yang direkomendasikan Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama.
ADVERTISEMENT
Namun, berkah itu tentu perlu dikelola dengan hati-hati agar tak lepas dari genggaman. Gerindra harus benar-benar serius berembuk dengan para mitra koalisinya--PKS, PAN, Demokrat--untuk merumuskan formula capres-cawapres yang paling pas.
Salah sedikit, formasi koalisi malah bisa berkurang. Seputar koalisi itulah kumparan berbincang dengan Sandiaga Uno, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra yang juga Ketua Tim Pemenangan Prabowo.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Minggu (29/7), di sebuah kedai kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Sandi menjelaskan langkah-langkah Gerindra menjelang pendaftaran capres-cawapres Agustus.
Capres Gerindra tetap Prabowo?
Sampai saat ini kami selalu meyakini, di Gerindra belum ada yang memenuhi syarat lebih baik dari ide dan gagasan Pak Prabowo untuk mengubah bangsa ini, khususnya bidang ekonomi yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja. Bagaimana supaya orang mencari kerja gampang, biaya hidup lebih terjangkau, harga-harga bahan pokok murah.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Gerindra berkompromi dengan parpol koalisi soal cawapres?
PKS menawarkan sembilan nama, PAN mungkin menawarkan empat nama. Demokrat baru nih. Kami belum mendengar, dan yang kami baca di luar kan Demokrat mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk maju.
Tentu itu semua harus kami hargai. Jangan lupa, Demokrat, PAN, dan PKS itu adalah koalisi di pemerintahan 2004 dan 2009. Jadi mereka mitra lama sebetulnya.
Prabowo Subianto, Sohibul Iman, Eddy Soeparno (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto, Sohibul Iman, Eddy Soeparno (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Baru di saat-saat terakhir kami bicara konstelasi nama. Kami kedepankan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kami juga beri kesempatan kepada kepada koalisi untuk mengajukan gagasan.
ADVERTISEMENT
Misalnya kebijakan tentang BUMN seperti apa. Karena kami ingin dunia usaha juga ikut berperan dan membuka lapangan pekerjaan. Juga bagaimana kebijakan untuk memastikan stabilitas harga-harga bahan pokok dan biaya hidup.
Sudah mulai harus mengerucut bicara seperti itu. Nah itu yang kami targetkan dalam waktu dekat. Setelah itu baru masuk konstelasi nama (cawapres).
Apakah kemampuan ekonomi jadi kriteria pendamping Prabowo?
Bukan sosoknya, tapi platformnya. Jadi Pak Prabowo kan bisa bicara tentang ekonomi. Pak Prabowo itu pebisnis dan cukup sukses di bisnis. Dia sanggup membangun bisnisnya setelah karier militernya. Jadi Pak Prabowo bisa mengambil peran ekonomi.
Saya melihat Pak Prabowo akan sangat bijak menentukan. Ini ‘The New Prabowo’, enggak ingin memaksakan kehendak. Dia justru ingin menampung dan menjalankan prosesnya sehingga semua merasa terayomi, dan keputusan bersama ini diterima oleh semua partai dan didukung ulama serta masyarakat.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Bagaimana peluang AHY untuk maju bersama Prabowo?
ADVERTISEMENT
Kami belum pada tahap pembahasan itu. Tapi Pak SBY sangat detail. Jadi kami yang menunggu dari Demokrat. Kami ingin pembahasannya nanti di saat yang tepat.
Kalau saya melihat Demokrat ingin menjadi bagian dari perubahan, dan ingin mendapat kesempatan untuk ikut andil dalam pembangunan Indonesia yang lebih cepat dan fokus di bidang ekonomi. Itu yang akan mereka dapat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Kalau Anies Baswedan untuk posisi cawapres bagaimana?
Bolanya ada di dalam pembicaraan mitra koalisi. Karena Pak Prabowo enggak bisa nyalon sendiri juga, kan. Harus ada partai lain yang memberikan persetujuan dan pertimbangan terhadap perkembangan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Adakah kesulitan bagi Gerindra dalam menentukan cawapres pilihan?
Enggak ada. Memang staging-nya aja. Kami bicara nama itu baru di tahap akhir. Tapi kami sudah tahu nama-nama PKS sekarang sudah mengerucut kira-kira (seperti apa). Kami ingin memastikan itu di ujung, setelah kami sudah sepakat.
Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Bagaimana agar pilihan Gerindra tidak melukai salah satu mitra koalisi?
Harus duduk bersama di meja. Apalagi PAN, PKS, dan Demokrat adalah mitra lama yang pernah bersama di pemerintahan sebelumnya. Kami justru yang baru (buat mereka). Gerindra kan selama ini oposisi. Sudah tiga periode jadi oposisi.
------------------------
Simak aksi Para Penantang Jokowi di Liputan Khusus kumparan.