Sebelum Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh, Keluarganya Habis Dibantai Israel

31 Juli 2024 11:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin tertinggi kelompok Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, menghadiri upacara pengambilan sumpah Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian di parlemen di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024). Foto: Majid Asgaripour / WANA / via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin tertinggi kelompok Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, menghadiri upacara pengambilan sumpah Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian di parlemen di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024). Foto: Majid Asgaripour / WANA / via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa bulan sebelum Ismail Haniyeh terbunuh, tiga putranya—Hazem, Amir, dan Mohammad—tewas pada 10 April 2024.
ADVERTISEMENT
Serangan udara Israel saat itu menargetkan mobil berisi keluarga Ismail di Gaza, Palestina. Haniyeh juga kehilangan empat cucunya, tiga perempuan dan seorang laki-laki, dalam serangan tersebut.
Sebelumnya, Haniyeh membantah pernyataan Israel bahwa putra-putranya adalah pejuang Hamas.
"Kepentingan rakyat Palestina didahulukan daripada segalanya," tuturnya ketika ditanya apakah pembunuhan keluarga Haniyeh saat itu akan memengaruhi perundingan gencatan senjata, seperti dikutip dari Reuters.
Terlepas dari penggunaan bahasa kerasnya di depan publik, diplomat dan pejabat Arab menganggap Haniyeh relatif pragmatis dibandingkan suara-suara yang lebih keras di dalam Gaza, tempat sayap militer Hamas merencanakan serangan 7 Oktober.
Ia dan pendahulunya, Khaled Meshaal, telah berkeliling untuk membicarakan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Qatar dengan Israel. Tawaran itu mencakup pertukaran sandera dengan warga Palestina di penjara Israel serta lebih banyak bantuan untuk Gaza.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim bertemu dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan mantan ketua Hamas Khaled Mashal di Qatar. Foto: Dok. Facebook/Anwar Ibrahim
Dikutip dari Reuters, Israel menganggap seluruh pimpinan Hamas sebagai teroris, dan menuduh Haniyeh, Meshaal, dan yang lainnya terus "menarik tali organisasi teror Hamas".
ADVERTISEMENT
Namun, seberapa banyak yang diketahui Haniyeh tentang serangan 7 Oktober masih tidak jelas. Rencana tersebut, disusun oleh dewan militer Hamas di Gaza, merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.
Meski demikian, Haniyeh, seorang Muslim Sunni, memiliki andil besar dalam membangun kapasitas tempur Hamas, dengan memelihara hubungan dengan Iran.
Selama satu dekade di mana Haniyeh menjadi pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Israel menuduh tim kepemimpinannya membantu mengalihkan bantuan kemanusiaan ke sayap militer kelompok tersebut. Hamas membantahnya.