Sebelum Konklaf Dimulai: 133 Kardinal Tiba; Vatikan Akan Putus Sinyal Telepon

7 Mei 2025 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang imam memegang ponsel pintar menjelang konklaf pemilihan Paus di kawasan Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Senin (5/5/2025). Foto: Marko Djurica/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang imam memegang ponsel pintar menjelang konklaf pemilihan Paus di kawasan Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Senin (5/5/2025). Foto: Marko Djurica/Reuters
ADVERTISEMENT
Sebanyak 133 Kardinal dari seluruh dunia sudah tiba di Roma sejak Senin (5/5) untuk ikut serta pada pemilihan Paus baru pada, Rabu (7/5).
ADVERTISEMENT
Pemilihan Paus baru digelar usai Paus Fransiskus meninggal dunia pada 21 April 2025 lalu. Paus baru nantinya akan memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Ratusan kardinal itu berasal dari 70 negara dari lima benua. Ada dua kardinal yang absen pada konklaf kali ini karena alasan kesehatan.
Kardinal Indonesia Ignatius Suharyo berjalan saat tiba untuk mengikuti konklaf pemilihan Paus di Vatikan, Senin (5/5/2025). Foto: Amanda Perobelli/Reuters
Adapun Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo sudah tiba di Roma sejak Minggu (4/5) lalu.
Pada Rabu (7/5) sore para kardinal akan dikumpulkan di Kapel Sistina untuk memulai konklaf. Sebelum digelar, para kardinal akan disumpah menjaga kerahasiaan.
Bukan cuma kardinal, seluruh staf pendamping, mulai dari petugas medis, operator lift, penjaga kantin sampai staf kebersihan juga disumpah menjaga kerahasiaan.

Vatikan Akan Putus Sinyal Telepon Selama Konklaf

Dua pekerja memegang salib kayu saat bersiap menjelang konklaf pemilihan Paus di kawasan Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Senin (5/5/2025). Foto: Marko Djurica/Reuters
Vatikan pada Senin (5/5) mengatakan akan memutus sinyal telepon selama konklaf untuk memilih paus baru. Namun, pemutusan sinyal tidak mempengaruhi Lapangan Santo Petrus.
ADVERTISEMENT
Kantor kepresidenan Kegubernuran Negara Kota Vatikan mengatakan, pemutusan sinyal akan dimulai pukul 15.00 waktu setempat.
"Mulai pukul 15.00 pada 7 Mei, semua sistem transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon genggam yang ada di wilayah Negara Kota Vatikan akan dinonaktifkan," kata pemerintah, dikutip dari AFP.
"Sinyal akan dipulihkan setelah pengumuman pemilihan paus," lanjutnya.
Ribuan umat diperkirakan akan berkumpul di lapangan di depan Basilika Santo Petrus untuk menunggu pengumuman pengganti Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu.

16 Kardinal Calon Kuat Pengganti Paus Fransiskus

Hingga saat ini, tidak ada kampanye resmi atau daftar kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Semuanya masih spekulasi.
Meski demikian, setidaknya ada 16 papabile yang dijagokan dan dinilai berpotensi menggantikan Paus Fransiskus menurut AFP. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya berdasarkan wilayah:
ADVERTISEMENT

Eropa

1. Pietro Parolin (Italia)
2. Pierbattista Pizzaballa (Italia)
3. Matteo Maria Zuppi (Italia)
4. Claudio Gugerotti (Italia)
5. Jean-Marc Aveline (Prancis)
6. Anders Arborelius (Swedia)
7. Mario Grech (Malta)
8. Peter Erdo (Hungaria)
9. Jean-Claude Hollerich (Luksemburg)

Asia

10. Luis Antonio Tagle (Filipina)
11. Charles Maung Bo (Myanmar)
Afrika
12. Peter Turkson (Ghana)
13. Robert Sarah (Guinea)
14. Fridolin Ambongo Besungu (Republik Demokratik Kongo)

Amerika

15. Robert Francis Prevost (Amerika Serikat)
16. Timothy Dolan (Amerika Serikat)

Harapan Suster Katolik untuk Paus Baru

Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina. Foto: Tiziana FABI / AFP
Jelang konklaf pada Rabu (7/5) Kardinal asal Filipina, Luis Antonio Tagle disebut-sebut sebagai kandidat kuat Paus yang baru. Jika terwujud maka Tagle mencetak sejarah sebagai Paus pertama dari Asia.
Dukungan terhadap Tagle pun datang dari umat Katolik dunia. Tagle disebut-sebut sebagai pantas menjadi suksesor Paus Fransiskus lantaran punya pikiran dan tindakan yang dianggap serupa.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, di kampung halamannya Filipina, ada yang tidak menginginkannya terpilih jadi paus.
Orang itu adalah Suster Marilena Narvaez, yang pernah jadi guru Tagle saat kecil.
"Saya takut dengan politik di Roma," kata Suster Narvaez saat diwawancarai AFP, dikutip Selasa (6/5).
"Saya berkata kepadanya saya tidak berdoa agar dia jadi paus," katanya yang kini berusia 83 tahun.
Sementara di kota asalnya, Imus, keluarganya menolak untuk diwawancarai. Museum kecil yang didedikasikan untuk Tagle pun ditutup. Langkah itu mungkin dilakukan untuk menghormati seruan uskup setempat, untuk menghindari kampanye pencalonan Tagle sebagai paus.
Pelayanan Tagle selama 2 dekade difokuskan untuk kaum miskin. Karena itulah banyak yang mendukungnya sebagai paus.
"Dia bukan santo, tapi air matanya dengan mudah jatuh untuk kaum miskin," kata warga yang menjual lilin di halaman katedral Imus, Maria Minda Ortiz.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengingat Tagle pernah membantu suaminya yang pengemudi becak berubah dan memeluk agama Katolik sebelum meninggal dunia.