Taliban Berkuasa, Kampus di Afghanistan Sepi saat Tahun Ajaran Baru

7 September 2021 10:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Universitas Gharjistan setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Universitas Gharjistan setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP
ADVERTISEMENT
Senin (6/9) menjadi hari pertama tahun ajaran baru di Afghanistan usai berakhirnya libur musim panas. Tetapi, kampus-kampus di Ibu Kota Kabul justru tampak sepi.
ADVERTISEMENT
Taliban pada Sabtu (4/9) mengeluarkan dekrit yang mengatur berjalannya pendidikan bagi perempuan di perguruan tinggi swasta. Aturan-aturan ketat inilah yang membuat para profesor dan mahasiswa enggan untuk hadir di kampus.
Seperti diketahui, dalam dekrit tersebut dijelaskan perempuan wajib mengenakan abaya dan nikab (cadar).
“Siswa-siswi kami tidak menerima [aturan] ini dan kami harus menutup kampus ini,” ujar rektor Gharjistan University di Kabul, Noor Ali Rahmani, dikutip dari AFP.
“Mahasiswi kami menggunakan hijab, bukan nikab,” imbuhnya.
Selain itu, ruangan kelas perempuan harus dipisahkan dari laki-laki. Jika tidak memungkinkan, maka area tempat duduk laki-laki harus dipisahkan dari perempuan dengan menggunakan tirai. Kebijakan ini berlaku jika jumlah mahasiswa di kelas kurang dari 15 orang.
ADVERTISEMENT
“Kami mengatakan, kami tidak menerima [aturan] ini karena ini akan sulit diterapkan. Kami juga mengatakan bahwa ini bukanlah Islam yang sebenarnya, ini bukanlah apa yang tertulis dalam Al-Quran,” tegas Rahmani.
Siswa menghadiri kelas mereka setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP
Kelas mahasiswi hanya boleh diajar oleh tenaga pengajar perempuan saja. Jika tidak memungkinkan, maka perguruan tinggi itu harus merekrut dosen laki-laki berusia lanjut yang memiliki catatan berkelakukan baik.
Selain itu, perempuan wajib menggunakan pintu masuk dan keluar khusus bagi perempuan, serta harus menyelesaikan perkuliahan 5 menit lebih awal dibandingkan mahasiswa laki-laki.
Ini semua diberlakukan untuk mencegah para mahasiswa saling bertemu di luar gedung kampus.
Aturan tersebut diberlakukan oleh Taliban untuk perguruan tinggi swasta. Hingga kini, Taliban belum mengeluarkan aturan apa pun soal perguruan tinggi negeri.
ADVERTISEMENT

Banyak Mahasiswa Melarikan Diri dari Afghanistan

Pada tahun-tahun ajaran sebelumnya, koridor kampus di Afghanistan dipenuhi oleh para mahasiswa yang saling berbincang-bincang, setelah tidak bertemu satu sama lain selama liburan musim panas.
Tetapi, pada Senin (6/9) ini, pemandangan sangat kontras dengan tahun-tahun lalu. Para tenaga pendidik mau tak mau memikirkan, berapa banyak anak-anak muda berprestasi yang melarikan diri dari Afghanistan begitu Taliban mengambil alih kekuasaan.
Siswa menghadiri kelas mereka setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP
Rahmani mengatakan, hanya sekitar 10-20 persen dari 1.000 mahasiswa yang datang ke Gharijstan University pada Senin, meskipun masih belum ada jadwal kelas.
Ia memperkirakan sekitar 30 persen dari mahasiswa meninggalkan Afghanistan sejak 15 Agustus silam.
Sementara menurut seorang mahasiswa ilmu komputer, Amir Hussein, segalanya berubah drastis usai pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban.
ADVERTISEMENT
“Banyak mahasiswa yang tidak tertarik untuk belajar lagi karena mereka tak tahu bagaimana masa depan mereka nanti. Sebagian besar dari mereka ingin meninggalkan Afghanistan,” pungkas Amir.
Sementara, seorang dosen ilmu komputer Gharijstan University, Reza Ramazan, mengatakan mahasiswi menghadapi risiko yang cukup tinggi ketika mereka berangkat menuju kampus.
“Situasi bisa berbahaya bagi mereka di checkpoint. Taliban bisa memeriksa telepon genggam dan komputer mereka,” ujar Reza.
Siswa menghadiri kelas mereka setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP

Perempuan Diizinkan Berkuliah Adalah Progress

Meskipun banyak aturan ketat yang diberlakukan, sejumlah mahasiswi merasa lega karena setidaknya, mereka masih diizinkan untuk kuliah.
Zura Bahman, pemberi beasiswa untuk perempuan di Afghanistan, mengatakan dirinya sempat berbincang-bincang dengan sejumlah mahasiswi.
“Mereka senang bisa kembali berkuliah di kampus, walaupun menggunakan hijab,” ujar Bahman di akun media sosialnya.
ADVERTISEMENT
“Taliban membuka universitas bagi para perempuan merupakan sebuah progress kunci. Mari terus terlibat untuk bisa menyepakati hak-hak dan kebebasan lainnya,” lanjut dia.
Juru bicara Ibn-e Sina University di Kabul, Jalil Tadjlil, mengatakan pintu masuk terpisah bagi perempuan dan laki-laki telah dibuat.
“Kami tidak memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak keputusan yang telah ditetapkan,” ungkap Jalil.